Kaku membiru, begitulah wujud diriku. Entah bagaimana Aku datang ke tempat ini, tanpa tahu angin apa yang membawaku kemari, aku hanya terdiam dan membeku. Aku lupa apa yang terjadi, seketika muncul sosok Cintana yang lewat di depanku, sebuah klise karena aku sendiri tidak tahu siapa Cintana itu, yang jelas aku selalu ingin bersama dirinya.
Aku ingin berjalan bersama Cintana, dalam hujan dan malam gelap ini, tetapi aku tak bisa melihat sosok bayangnya itu. Aku ingin berdua dengannya diantara ranting dan daun gugur ini. Aku ingin berjalan memeluknya, tetapi hanya keresahan yang muncul di sorot mata sedihnya itu.
Aku menunggu dengan sabar, kesepian yang menghampiri menjadi biasa dengan sendiri. Aku menunggu di atas sini dengan sabar, melayang-layang, terkena angin dan hujan, menanti gugurnya tempatku ini.
Titik cahaya muncul menerpa mata sayu ini, ramai insan datang untuk menghampiri, terlihat mata Cintana yang menangis menceritakan kejadian ini. Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Aku hanya melihat keranda dan pria itu, pria yang ramai memerintah dengan nama ustadz, menyeru untuk menurunkan sosok diriku.
Perlahan mereka menurunkanku, perlahan, dengan hati-hati dan perasaan naas. Aku merasa begitu hinanya diriku hingga kain-kain menutupi mulut dan hidung mereka, itu membuatku hancur, “Apakah begitu hinanya diriku?” Seketika itulah yang muncul dalam pikiranku.
Aku hanya ingin berdua dengan Cintana, perlahan semua ingatan diri telah kembali. Teringat diriku yang menggantung di tempat ini, yang menyesali karena diriku telah mati…
Cerpen Karangan: Syahala Fizky Alrhychard Instagram @syahalafizky Syahala Fizky Alrhychard, lahir di Banyumas 3 Juni 2002, seorang mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UM Purwokerto angkatan 20. Instagram @syahalafizky Email: rhychard889[-at-]gmail.com