Tes.. tes.. tes.. tetes hujan perlahan-lahan turun dan akhirnya menyentuh tanah, langit masih terlihat mendung dan tak terlihat sinar kemilau sang mentari yang selalu tersenyum dengan hangat kepadaku.
Kriek.. terdengar suara pintu kamarku dibuka “bunda…” panggilku, wanita paruh baya itu menatapku dengan senyum terlukis di wajahnya, ia mendekatiku dan akhirnya duduk di sampingku “kamu cepat sembuh ya niken..” ucapnya seraya mengelus rambut pendekku yang selalu rontok setiap harinya dengan kasih sayang.
Sudah hampir sebulan aku selalu menderita seperti ini, setiap hari rambut panjang yang selalu kugerai rontok dan perlahan lahan menipis hingga akhirnya aku harus merelakannya untuk dipotong pendek. “minggu depan kamu harus operasi untuk meringankan penyakit kamu” ucap bunda “niken nggak mau… niken tau yang operasi hanya 70 persen yang hidup bunda.. niken nggak mau bunda kehilangan niken dan niken nggak mau kehilangan bunda” ucapku, kulihat air menggenang di kedua pelupuk mata bunda dan akhirnya membentuk aliran sungai kecil yang membelah kedua pipi bunda, “bunda jangan menangis” ucapku mengusap pelan kedua pipi bunda “bunda baik-baik saja niken.. sebentar lagi ani dan sasya bakalan datang untuk menjenguk kamu” ucap bunda “bunda jangan sedih ya.. bunda nggak boleh nangis karena keadaan niken.. bunda harus janji” pintaku “bunda janji.. sekarang kamu istirahat sayang bunda tinggal dulu” ucap bunda seraya pergi dari kamarku, “ya allah… angkatlah penyakitku..” pintaku memohon.
Tak lama kemudian kudengar isak tangis di depan pintu kamarku dan rasa ingin tau ku terlalu besar untuk mengetahui siapa di sana “bunda..” ucapku pelan, kudengar bunda menangis dan kudengar juga suara ani dan sasya dan tidak mungkin.. aku mendengar bahwa aku tidak akan mungkin bisa hidup lagi walaupun dengan jalan operasi “ya allah.. cobaan apa lagi yang kau berikan untukku” ucapku menangisi keadaanku,
Tok.. tok.. tok.. “niken.. ini sasya sama ani..” ucap sasya mengetuk pelan pintu kamarku, kuhapus air mata yang menggenang di kedua pelupuk mataku dan aku memilih untuk membukakan pintu untuk kedua sahabat baikku itu “hai.. kalian datang juga aku udah lama nungguin kalian” sapaku “wah.. niken tampak lebih sehat dari sebelumnya dan kurasa kamu bakalan sembuh sebentar lagi” ucap ani “ya.. semoga” ucapku “kok kamu kaya’ gak ada harapan gitu sih” tanya sasya “nggak kok.. pagi ini dingin jadi nggak semangat buat ngelakuin apa pun” jawabku pelan “mending kita jalan-jalan aja gimana” usul ani “usul yang bagus” ucapku pelan “baiklah sekarang kita akan kemana” tanya saysa “bagaimana jika ke taman tempat kita bermain saat kita kecil dahulu” usulku, mereka berdua saling bertatapan dan kemudian menyetujui usulku.
“dulu.. di sini kita sering main ayunan ini” ucapku seraya duduk di atas ayunan “dulu juga kita di sini sering ketawa sering nangis aku juga suka iseng sama kalian berdua..” lanjutku “niken.. kamu kenapa sih” tanya ani “aku tau aku nggak bisa hidup lebih lama lagi” jawabku menatap ani “kamu nggak boleh gini niken.. kamu harus kuat kamu harus ada harapan buat hidup” ucap sasya menyemangatiku “kuharap aku masih diizinkan hidup buat bunda” harapku “udah sore pulang yuk” ajakku kepada kedua temanku, sakit yang jelas itu yang kurasakan saat ini, mungkin nanti aku takkan melihat wajah bunda dan kedua sahabatku dan mungkin aku akan bertemu dengan ayah dan melepas kerinduanku bersamanya selama ini.
Di rumah aku hanya bisa berbaring dan berusaha terlihat baik-baik saja di depan bunda tapi.. keadaanku semakin memburuk hingga akhirnya aku juga harus dilarikan ke rumah sakit “bunda gak boleh sedih” pintaku seraya mengusap pipi bunda yang berlinang dengan air mata “bunda tidak akan sedih niken.. bunda akan berusaha menghadapi semua ini dengan tegar” ucap bunda “bunda.. biken mungkin gak bisa nemenin bunda lagi niken gak bisa meluk bunda lagi niken gak bisa masak bareng bunda lagi” ucapku “nanti niken bakalan sama ayah jadi bunda gak perlu khawatir sama niken bunda cukup mendoakan niken ya bunda.. bunda juga bakalan niken doain” lanjutku
“ani.. sasya makasih udah mau jadi sahabat aku.. kalian jagain bunda ya.. kalian jangan lupain aku ya” pintaku “niken kamu gak boleh ngomong gitu” ucap sasya “aku berterima kasih sama kalian semua..” ucapku sebelum akhirnya aku dibawa malaikat pergi jauh, kulihat bunda, sasya dan ani menangis tapi aku tak bisa berbuat apa-apa aku hanya bisa melihat dan akhirnya mereka semua menghilang dari pandanganku.
Sore itu juga jasadku dimakamkan deraian air mata mengiringi kepergianku “semoga kamu tenang dan bahagia di sana niken” ucap sasya dan ani bersamaan sebelum pemakaman berakhir dan sebelum mereka takkan pernah melihatku lagi.
Cerpen Karangan: Lawlietsugar akun wattpad: lawlietsugar e-mail: lawlietsugar[-at-]gmail.com ig: @lawlietsugar