“Hufh… Akhirnya sampai juga,” Kataku. Perkenalkan. Namaku Syifa Amalia. Sekarang ini aku bersekolah di SMAN Putra bangsa. Yap, ini adalah tahun ajaran baru, dan semua siswa baru masuk sekolah atau ke jenjang yang dinaikinya, termasuk diriku ini. Waktu itu, aku masuk SMA ini, sendirian. Tanpa teman, ataupun yang mendampingiku. “Hufh, biarlah sendirian,” kataku dalam hati
Langsung saja aku mencari sebaris namaku yang tercantum diantara daftar kelas dan siapa yang ada di dalamnya. Setelah itu mataku tertuju pada namaku yang tercantum dalam kelompok kelas “X MIPA 3”. Langsung saja aku langsung menuju ke kelas X MIPA 3. Setelah sampai di sana, keadaannya masih sepi. Cuma ada tiga atau empat anak di sana. Setelah itu, aku langsung menuju ke bangku paling depan. Tak lama kemudian, seorang anak datang ke arahku. Dia pun melempar senyum padaku. Aku pun membalas senyumannya dengan senyum paling manis yang kupunya. “Hai! Nama kamu siapa? Aku Syifa Amalia,” kataku sambil mengajak dia salaman “Aku Safitri Amanda,” Kata Fitri. Sejak saat itu, kami menjadi teman yang sangat akrab
Hari-hari pun berlalu dengan cepatnya. Tak terasa, sudah setahun ini aku berada di SMA ini bersama Fitri dan kawan-kawan yang lain. Pada suatu hari, tiba-tiba Fitri menghampiriku sambil menangis. “Ada apa Fit?,” Tanyaku. “Aku habis dari ruang bk, Syif, aku dituduh mencuri uang seorang anak kelas MIPA 2” Kata Fitri sambil menangis. Aku pun terkejut. Bagaimana mungkin, Fitri yang orangnya sederhana ini mencuri uang? Dan untuk apa? Serentetan pertanyaan itu tiba-tiba muncul di kepalaku. “Tapi kamu benar-benar tidak mencurinya, kan?,” Kataku “Beneran, Syif. Hiks…” Jawab Fitri sambil terus menangis. “Katanya, hilangnya uang tersebut kapan?” Tanyaku. “Katanya kemarin saat istirahat. Waktu itu aku disuruh Pak Edi untuk absen keliling kelas. Dan keadaan kelas MIPA 2 saat itu sepi,” Kata Fitri. “Aku rasa…” “Pliss, Syif. Aku tidak mungkin mencuri, pasti saat itu aku dijebak seseorang,” Kata Fitri. “Iya, Fit. Aku percaya padamu, kok. Eh, aku ke koperasi dulu, ya!. Soalnya mau beli buku gambar untuk pelajarannya Pak Faiz nanti,” Kataku
Langkah kakiku membawaku menuju ke koperasi sekolahku. Tapi sebelum ke koperasi sekolah, aku menuju kamar mandi untuk membasuh muka. Langsung saja aku masuk ke dalam salah satu kamar mandi. Setelah pintu kututup, samar-samar aku mendengar seseorang berbicara, dan sepertinya jumlah mereka sekitar 5 orang. “Hahaha… Untung ada Si Fitri! Kalau tidak, rencana kita bakal ketahuan,” kata salah satu orang, yang kuketahui suaranya seperti suaranya Bella, teman sekelasku! “Hahaha… Iya. Lumayan, uang lima ratus ribu ini buat shoping-shoping,” kata yang lain. Saat kutersadar bahwa itu adalah suara dari Geng Bella cs, langsung saja aku mengambil hpku yang ada di saku rok untuk merekam pembicaraan mereka semua tentang uang yang mereka curi.
15 menit kemudian, mereka pun berlalu dari kamar mandi tersebut. Langsung saja, rekaman suara tersebut kusimpan dan kujadikan bukti pembelaan Fitri. Setelah itu, aku keluar dari kamar mandi dengan hati-hati. Karena aku khawatir, salah satu dari mereka menyadari bahwa aku ada di dalam kamar mandi saat mereka membicarakan hal itu. Aku pun berlari menuju ke kelasku, dan melupakan keinginanku untuk membeli buku gambar, yang terpenting sekarang, adalah keadilan untuk kawanku.
“Syif, kamu kemana aja sih, kok lama banget?,” Tanya Fitri khawatir “Fit, kamu harus ikut aku sekarang juga!,” Jawabku sambil menghandeng tangan Fitri menuju pintu keluar dari kelas. “Kita mau kemana?” Tanya Fitri. “Kita akan menuju ke ruang bk, karena aku tahu siapa yang benar, dan siapa yang salah sekarang,” Jawabku.
Tak butuh waktu lama, akhirnya sampai juga di ruang bk. Seampai di sana, aku langsung menjelaskan tentang aku yang mendengar pembicaraan Bella cs tentang mereka yang mencuri uang seorang anak dari kelas MIPA 3 dan Fitri yang dijadikan sebagai kambing hitamnya. Tak lupa juga, aku menyetel rekaman suara yang isinya tentang pembicaraan Geng Bella cs. Setelah mendengar penjelasanku dan mendengar rekaman suara yang kurekam, akhirnya Geng Bella cs dipanggil dan dijatuhi hukuman.
Setelah semua urusan selesai, kami berdua berjalan dengan santai menuju ke kelas kami. “Syif, makasih ya, untuk semua yang kau lakukan padaku, yang telah percaya padaku, dan telah menunjukkan bukti bahwa aku tak bersalah,” Kata Fitri. “Iya, Fit. Aku ini ‘kan kawanmu, jadi sudah lumrah bila dalam pertemanan kita saling tolong menolong dalam kebaikan, dan bersama-sama menjalani suka duka bersama,” Kataku santai. “Emmh.. Kalau begitu, kita bersahabat aja!,” Kata Fitri. “Ok! Sahabat!.” Kataku sambil tersenyum. Sejak saat itu, kami berdua menjadi sahabat.
6 bulan pun telah berlalu. Seiring berjalannya waktu, kulihat perubahan pada sifat sahabatku. Yang mula-mula sifatnya sangat baik padaku, berubah menjadi seperti orang yang membenciku. Saat itu, aku membutuhkan bantuannya dalam menyelesaikan masalah yang ada di dalam pikiranku. Dan aku meminta solusi padanya. Tapi jawabannya tidak mengenakkan, bahkan terkesan melukai hatiku. Waktu itu, ku coba menanyakan padanya tentang mengapa sifatnya berubah, dan dia pun menjawab “Maaf, Syif. Aku sudah bosan bersahabat denganmu. Dan tolong, jauhi diriku ini,” Kata Fitri sambil berlalu dari hadapanku. Mendengar hal itu, aku pun pergi darinya, dan aku pun menuju ke perpustakaan sekolah. Di sana aku menumpahkan tangisku, dan tiba-tiba ada seseorang yang menghampiriku.
“Hai!. Mengapa kamu menangis sambil menutupi mukamu dengan buku?” Tanya orang itu. “Aku..” “Ceritakanlah padaku. Anggap saja aku ini sudah akrab denganmu,” Lalu, kuceritakan semuanya dari awal sampai akhir. Lalu dia pun berkata “Sudahlah, yang sabar ya. Hidup itu penuh dengan cobaan, mungkin saat ini hubungan persahabatan kalian saat ini diuji.” kata orang itu. “Oh, iya. Namaku Farel. Kalau kamu tidak keberatan, kamu mau gak jadi sahabatku? Aku siap membantumu, kok!.” Kata Farel. “Iya, Farel. Aku mau jadi sahabatmu,” Kataku sambil tersenyum.
Kini, kusadar, apa makna arti sahabat yang sesungguhnya. Menurutku, persahabatan itu harus dilandasi oleh sikap percaya satu sama lain, setia, tolong menolong disaat sahabat membutuhkan bantuan kita, tidak meninggalkan sahabat saat sahabat dalam kesusahan/keterpurukan, dan saling pengertian. Maka, bila persahabatan tersebut telah dilandasi oleh hal tersebut, insyaallah, akan terciptalah persahabatan yang abadi.
Cerpen Karangan: Dewi Lathifa Rahmadani Blog / Facebook: Dewi lathifarahmadani Kelas: X MIA 5 Sekolah: MAN 2 Tulungagung.