Kata orang sahabat itu seseorang yang sangat mengenal dirimu, dia yang selalu ada saat kamu butuhkan, yang tidak menuntut balasan apapun atas apa yang telah dia lakukan untukmu, dia juga tidak akan membiarkan air matamu jatuh yang dia inginkan hanyalah melihatmu bahagia. Seseorang yang selalu setia menemanimu disaat suka dan duka dan dia akan lebih mempedulikan dirimu dibandingkan dirinya sendiri.
Sejatinya manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, jadi wajar saja hampir atau bahkan mungkin semua penduduk di muka bumi ini memiliki sahabat. Menurutku sahabat adalah seseorang yang datang dengan membawa ketulusan, yang hadir untuk saling melengkapi kekosongan yang ada, dia juga datang membawa kepercayaan, dia yang akan selalu ada disetiap detik yang kamu lewati meskipun dia tak nampak di matamu.
Tapi sekarang aku tidak percaya dengan yang namanya sahabat. Menurutku sahabat itu tidak ada, dia hanya datang sesaat lalu pergi meninggalkan begitu saja. Dia tidak memberi bahagia hanya sekedar luka dan kecewa yang kudapatkan darinya, dia teramat sangat jahat memberi sesak dan kerinduan.
Mengapa kamu pergi? Sebuah pertanyaan yang ingin kutanyakan padamu, jawaban yang bertahun tahun kunanti. Semua kepercayaanku akan sosok sahabat sudah tidak ada, semua hilang tanpa ada yang tersisa. Kamu tau? Itu semua karena kamu. Kamu yang tiba tiba pergi meninggalkanku tanpa berpamitan, tanpa senyum bahkan kamu tidak memberi sapa terakhirmu.
Hari hari aku lewatkan seorang diri, bukan karena tak ada yang ingin menemaniku. Semua karena kamu, kamu telah hilangkan kepercayaan itu, aku tidak ingin memiliki hubungan yang lebih dari sekedar teman biasa, teman yang hanya berstatus teman sekolah. Mungkin aku ini terlalu egois karena mengabaikan mereka semua yang datang dengan tulus. Kamu tau? Sekarang aku adalah gadis yang pendiam, pemurung, cuek, dan tidak peduli pada siapaun.
Di tengah malam bersama kegelapan tanpa bintang itu adalah aku tanpa kamu. Aku selalu merindukanmu ditengah kesunyian seperti ini, meskipun aku sangat membencimu tapi aku tidak bisa membohongi diriku sendiri bahwa aku menyayangimu. Walau hadirmu tak selalu memberiku bahagia, karena kamu selalu membuat aku menangis setiap hari dengan kenakalanmu dan kejailanmu yang sebenarnya sangat aku rindukan.
Aku selalu berharap semoga tuhan berikan aku kesempatan untuk bertegur sapa denganmu, agar ku tau apa yang membuatmu pergi. Kebencian yang kupendam padamu selalu berakhir dengan kerinduan yang teramat sangat menyakitkan. Bertahun tahun kugantungkan harapan yang mungkin saja bisa membuatku lebih hancur karena tidak pernah kutemu jawabannya.
Di tahun kelima penantianku terhadap kabar darimu kini terjawab, kudapatkan kabarmu dari salah satu akun sosmed yang kupunya, bodoh sekali setelah 3 bulan pesan darimu berlalu aku baru menyadarinya, kucoba tetap membalas dengan besar harapan semoga kamu masih mengingatku. Malam itu kudapti balasan pesan yang mengingatkanku pada kejadiaan lima tahun yang lalu. Betapa senang sekali hatiku kebencian yang bertahun tahun tersimpan pergi begitu saja.
Akhirnya kudapati penjelasan yang membuat aku sangat membencimu. Ternyata kamu pergi ikut bersama orangtuamu yang pindah ke luar kota yang pada saat itu mendadak sehingga kamu tidak bisa berpamitan padaku. Bertahun tahun kamu mencoba mencariku dari semua sosial media untuk bisa memberi kabar, dan sebenarnya ingin sekali kamu bertemu denganku kembali, tapi sang waktu belum mengizinkan. Maaf aku salah menilaimu, maaf aku terlalu egois, hanya kata maaf dan penyesalan yang kupunya. Sejak saat itu aku mulai membuka diri agar bisa menerima kawan yang ingin bersahabat baik denganku.
Sekitar 2 bulan kamu menghilang lagi entah kemana dan mengapa? Kali ini aku benar benar kecewa denganmu, kau hadir tiba tiba lalu kau pergi menghilang entah kemana tanpa kata yang baik. Tapi sekarang aku tidak pernah lagi membecimu walaupun betapa kecewanya diriku padamu, kubiarkan orang orang yang datang menghampiriku dengan membawa ketulusan dan keyakinan bahkan aku menyambutnya dengan hangat, karena setiap orang yang hadir di dalam hidup kita tidak ada yang kebetulan mereka mempunyai tempatnya masing masing, mungkin saja masanya aku dan kamu telah habis. Dan aku belajar dari kamu sahabat tidak harus selalu ada di dekat kita karena dia selalu ada di hati. Dan semoga jarak tercipta bukan sebagai pemisah, kesibukan yang ada bukan sebagai penumbuh lupa, serta cinta dan cita cita bukan sebagai pendua masih ada doa sebagai salam terindah dan semoga rido ilahi adalah jalan bertemunya kita.
Cerpen Karangan: Lilis Ulfah Andriyani Blog / Facebook: Lilis Ulfah Masih belajar agar lebih baik lagi 🙂