Kringgg… Suara alarmku berbunyi aku lekas bangun dari tempat tidurku, terik matahari pagi ini memulai aktivitasku. Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 7:30 aku pun cepat-cepat menuju meja makan dan mengambil sepotong roti lalu segera memakannya setelah itu aku bergegas menuju motorku tapi suara mama sempat menghentikanku sejenak “rendy kamu melupakan ini” ternyata mama memberiku sebuah bekal “terima kasih ma, aku merepotkan mama saja” jawabku sambil tersenyum kecil. “enggak kok ren, kan mama jadi terbiasa bangun pagi dengan hal itu” ucap mama seraya tersenyum aku hanya tertawa kecil lalu bergegas berangkat ke sekolah.
Perjalanan menuju sekolahku tidak membutuhkan waktu yang lama tapi karena di Jakarta sering terjadi kemacetan jadinya perjalanan ke sekolahku membutuhkan waktu yang agak lama. Saat berhenti di salah satu lampu merah tidak sengaja aku berpapasan dengan mobil sahabatku bagas mobil itu melesat sangat kencang sekali setelah lampu merah berganti hijau akupun lekas mengikuti mobil itu, ternyata mobil itu berhenti di salah satu rumah sakit besar di Jakarta. Aku mulai curiga dengan hal itu tapi waktu sudah menunjukan pukul 7:00 akhirnya aku mengurungkan niatku untuk menyelidiki hal itu.
Setelah sampai di sekolah aku masih memikirkan hal yang tadi itu sambil menunggu sahabatku bagas datang. Tidak lama kemudian bel masuk pun berbunyi, rasa kecurigaanku semakin meningkat karena tidak biasanya bagas terlambat masuk sekolah. Lalu tidak lama setelah jam pelajaran pertama dimulai seorang guru piket mengantarkan sebuah kabar buruk, ternyata bagas terkena penyakit parah sehingga harus dilarikan kerumah sakit. Akupun agak sedikit terkejut dengan hal itu ternyata kecurigaanku tadi benar. Setelah pulang sekolah aku bergegas menuju rumah sakit.
Akupun tiba di rumah sakit itu lalu bergegas mencari ruangan dimana bagas dirawat. Ternyata bagas dirawat di kamar 305. Aku masuk ke ruangan itu, kulihat bagas terbaring lemas disana dan ada tante lusy di sampingnya. “ehh ada rendy rupanya, silahkan duduk ren” tante lusy menyapa dengan senyum manisnya lalu mempersilahkanku duduk. “sebenarnya apa yang telah terjadi dengan bagas tan?” tanyaku. “hmm begini ren, bagas terkena penyakit…” bagaspun memotong pembicaraan tante lusy “ini hanya penyakit biasa kok ren bentar lagi juga sembuh”. Kata bagas sambil tersenyum kecil, aku pun sedikit curiga dengan bagas. Lalu setelah kami bertiga berbincang-bincang sekian lama akupun memutuskan untuk pulang.
Tidak lama setelah aku beberapa langkah meninggalkan ruangan bagas tante lusy menghentikan langkahku, aku sempat terkejut dengan hal itu ternyata tante lusy ingin berbicara soal penyakit yang dialami bagas. “Bagas divonis dokter mengidap penyakit kanker otak, dia ternyata tidak mau sahabatnya tau tentang hal ini karena dia tau bahwa sahabatnya akan sedih jika tau hal ini maka dari itu dia merahasiakannya darimu ren”. Aku sangat terkejut dengan hal itu, ”apakah bagas bisa sembuh tan dari penyakit itu?” tanyaku. Tante lusy hanya lesu mendengar pertanyaan itu, “kata dokter kemungkinan dia sembuh hanya sedikit sekitar 10%”. Aku sangat kaget akan hal yang dikatakan tante lusy barusan.
Saat aku sedang dalam perjalanan pulang suasana hatiku sangat tidak enak campur aduk antara sedih dan cemas apa yang akan terjadi dengan bagas sahabatku pikiranku melayang-layang karena hal itu. Pikiranku terfokus hanya pada operasi yang akan dilakukan bagas pada esok hari. Karena hal itulah yang akan menentukan apakah dia akan sembuh dari penyakitnya atau dia akan meninggalkan kami selama-lamanya.
Esokpun tiba aku rela tidak masuk sekolah karena ingin melihat bagaimana operasi yang akan dijalani sahabatku aku hanya berharap operasi itu akan berjalan dengan lancar. Tante lusy dan om dani sudah menantiku di ruangan tunggu kulihat raut wajah mereka berdua sangat cemas akan hal yang terjadi pada anaknya tersebut.
Operasi ini ternyata memakan waktu yang lama. Suasana di ruang tunggu pun sangat sunyi sekali karena hari sudah menjelang malam. Kami bertiga sudah kelelahan sekali Nampak dari raut muka yang sudah kusam karena telah lama menunggu hasil operasi tersebut.
Seiring operasi itu berjalan tante lusy membaca ayat-ayat suci al-quran sembari hujan deras turun diluar. Hawa dingin sangat menyengat sekali pada malam ini. Seketika itu kami dikejutkan dengan keluarnya seorang dokter dari ruang operasi tersebut. Sontak saja ini membuat kami bertanya-tanya apa yang telah terjadi.
“Dok bagaimana kondisi anak kami apakah dia selamat?” Tanya tante lusy pada dokter itu. Dokter dengan suasana hati yang tidak enak berkata “ibu dan bapak saya dan tim saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk operasi ini tapi tuhan berkata lain anak bapak dan ibu telah tiada”. Sontak saja itu membuatku kaget dan menangis sejadi-jadinya disana. Kami bertiga merasa sangat kehilangan seseorang yang penting dalam hidup kami.
Seminggu berlalu setelah kejadian meninggalnya bagas aku pun sadar bahwa kita harus mengikhlaskan seseorang untuk pergi dan kita sebagai yang ditinggalkan harus sabar dan tabah akan hal tersebut. Kita juga tidak boleh berlarut dalam kesedihan terus-menerus.
Cerpen Karangan: Ripan Yudistra Sitepu Blog / Facebook: Ripan Yudistra Dari: Bengkulu Bersekolah di SMAN 5 kota Bengkulu