Orang-orang di kelasku mengira aku orang yang tidak asik diajak bermain. Padahal aku sangat ingin bergaul dan berteman dengan mereka. Entah mengapa setiap kali aku memulai pertemanan, aku merasa bahwa mereka tak senang dengan keberadaanku.
Aku sangat iri ketika mereka membentuk geng main di kelas dan mengetahui bahwa hanya aku saja yang tak diajak. Aku sedih dan kecewa hanya bisa menangis dalam diam namun apa yang bisa kulakukan, aku hanyalah seorang introvert.
Sampai suatu ketika kelas kami kedatangan murid baru, aku tak menyangka bahwa dia akan mengajakku berkenalan lebih dahulu. aku sangat senang saat itu, akhirnya ada yang ingin berteman denganku. Sejak saat itu Kami mulai melakukan kegiatan bersama, seperti bermain bersama dan belajar bersama di rumahnya.
Beberapa bulan telah berlalu, saat itu sedang memasuki waktu istirahat dan akupun pergi ke toilet karena ingin buang air kecil. Dari kejauhan aku melihat temanku satu satunya itu sedang dikerumuni oleh geng di kelasku. Aku pun diam-diam menghampiri dan menguping percakapan mereka. Aku kaget ketika temanku ini ditanyakan mengapa masih saja berteman denganku sambil meninju perutnya. Ternyata bukan kali ini saja temanku diperlakukan seperti itu. Temanku mejawab bahwa tak ada salahnya berteman denganku, dia menjelaskan bahwa aku itu orang yang baik.
Ketika mendengar jawaban itu, mereka nampaknya sangat marah dan lanjut memukuli temanku. Aku ingin bertindak tapi entah mengapa kakiku ini tak mau bergerak ke mereka. Aku hanya bisa menangis mengetahui temanku dibully gara-gara aku dan lari menjauh dari mereka.
Keesokan harinya, aku melihat dia dan dia pun tersenyum tak Nampak ada jejak kesakitan di wajahnya. Aku mencoba menjauh darinya namun sepertinya tidak bisa dia terus saja mendekat kepadaku. Aku pun menyerah untuk menjauh darinya dan pertemanan kita pun berlanjut.
Hari demi hari, bulan demi bulan kami lewati bersama. Kami saling berbagi rasa entah kebahagian maupun kesedihan. Entah mengapa setelah itu kami selalu sekelas bersama dan aku pun bisa menikmati masa sekolah ini dengan nyaman karena jauh dari geng di kelas kami sebelumnya.
Waktu pun terus berlalu, saat itu jam menunjukan pukul lima sore dan diluar hujan sedang turun dengan lebat, entah mengapa pada saat itu aku merasa ada yang tidak enak di benakku. Dan benar saja 30 menit setalah itu aku mendapat telepon dari ibunya temanku, aku mengira percakapan yang terjadi hanya berkabar biasa saja tapi ketika mengangkat telepon tersebut terdengar suara isak tangis.
Akupun menanyakan apa yang terjadi dengan nada penasaran, ibu temanku ini pun menjelaskan ternyata temanku ini meninggal karena kecelakaan sepeda motor. Mendengar penjelasan itu, aku tidak percaya dan menanyakan kembali namun jawabannya pun tetap sama.
Segera aku menutup telepon dan tanpa pikir panjang langsung berlari menuju rumah temanku yang jaraknya kurang lebih 4 KM dari rumahku. Hujan badai kuterjang dan jarak pun tak kupikirkan, selama perjalanan aku berkata dalam hatiku, “tuhann… mengapa?? Aku hanya ingin memiliki seorang teman, mengapa engaku merebut temanku satu satunya ini.”
Aku menagis sepanjang perjalanan dan ketika sampai di rumah temanku ini, benar saja bendera kuning telah bertengger di rumahnya. Akupun langsung masuk ke rumahnya dan saat itu pula aku melihat jenazahnya.
Aku menangis sejadi-jadinya, hatiku hancur melihat ini. Mengapa hal ini terjadi kepada temanku satu-satunya. Akupun harus merelakan kepergiannya dan saat itu ibunya menceritakan kehidupan temanku ini sebelum mengenalku.
Dari situ aku menyadari bahwa dia juga sama sepertiku di sekolah lamanya, ia selalu dikucilkan dan ketika bertemu denganku ia bisa menjadi lebih baik lagi. Dia sering menceritakan hal-hal kebersamaan denganku kepada ibunya. Akupun terharu mendengar itu, ternyata kehidupan introvertku ini dapat membuat orang lain bahagia. Aku menyadari bahwa segala sesuatu pasti ada manfaatnya. Aku hanya bisa mendoakan semoga temanku tenang disana.
Cerpen Karangan: Afif Khairul Umam
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 30 Oktober 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com