Sambil menunggu pesanan datang, kami menyoroti cewek-cewek yang tengah asyik dengan dunia ngerumpinya masing-masing. Dan tak lama kemudian kopi hangat telah menuju kami, yang dibawah oleh pelayan bermata indah dan mempesona itu.
“Maaf mas-mas, lama nunggu ya, ini kopi pesanannya, selamat menikmati,” ucap cewek pelayan itu. “Gak apa-apa kok, meskipun lama Mbk, rasanya terobati oleh pesona mata indah mbknya,” goda andi. Si cewek pelayan itu meninggalkan kami dengan senyum-senyum malu.
Kopi pun telah terhidang dihadapan kami, suasana siang di cafe terasa sepi meski ramai pengunjung, aku merasakan keanehan dalam diriku, pada akhirnya kuambil gelas yang berisi kopi hangat itu, berniat aku seruput,
Bertepatan dengan aku mengambil gelas yang berisi kopi itu, gelas di kamar kosanku jatuh ke lantai dan pecah, membuatku terbangun dari tidurku. Keringat membasahi tubuhku, “Ternyata hanya sebuah mimpi,” gumanku dalam hati. Aku terdiam sejenak, meratapi mimpi indah yang aku alami. Nafasku tampaknya masih tersengal-sengal, setelah kejadian itu.
“Kenapa Sampe kebawa mimpi ya?,” Pertanyaan terlintas di benakku. “Sebegitu rindukah aku pada mereka,” pernyataanku dalam lamunanku.
Aku pun mulai beranjak dari tempat tidurku, tak lupa aku tengok jam di ponselku, terpampang jelas 12:00, menunjukkan hari sudah siang, sekaligus menunjukkan aku absen ngampus hari ini…
Hari ini kegiatanku hanya di kosan saja, bersama kopi yang baru saja kubuat, rupanya kopiku hari ini nikmat, dia membangun perpustakaan lama yang terdapat buku-buku dan dalam buku itu ratusan halaman tentang mereka menghadap wajahku. Tak terasa, hari telah gelap… hariku hanya diisi oleh kenangan tentang mereka, sahabat lamaku.
Aku bingung malam ini kegiatan kosong, belum lagi rasa rindu pada sahabat lamaku, sampai saat ini pun tak ada kabar darinya, entah apa yang bisa mengobati rasa ini, mungkin hanya ada satu solusi, yaitu bertemu mereka dan melakukan hal-hal yang biasa kami lakukan, ku berharap kalian datang, menghisap rokok, menunggu pagi, dan bicara kehidupan bicara tentang semuanya.
Aku berfikir, “kenapa belakangan ini, aku merasakan kerinduan yang sangat pada mereka, Mungkin ini hanya karena kita lama tak jumpa, tapi, kenapa baru sekarang aku merasakan ini, padahal aku kan sudah bertahun-tahun tak bertemu mereka,” perang kata di kepalaku.
Akhir-akhir ini hari-hariku hanya diwarnai oleh kenangan bersama mereka, rasa rindu yang menggebu-gebu, merubah firasatku tak enak. Aku takut terjadi apa-apa pada mereka, tapi fikiran ini aku tepis, mungkin ini hanya firasat biasa yang melanda orang merindukan sahabat lama yang jauh disana dan lama tak bersua.
Imagine there’s no heaven It’s easy if you try No hell below us Above us only sky Imagine all the people Living for today…
Terdengar nada dering lagu imagine karya john lennon dari ponselku pertanda ada panggilan masuk, aku segera menghampiri dan terlihat jelas nama ibu tengah meneleponku, tanpa fikir panjang aku sentuh tombol merah yang terdapat gambar telepon, terdengar disana suara ibu yang sedang menguluk salam dengan nada sumbang, “assalamualaikum,” “waalaikumsalam,” jawabku “ibu, ada apa,” sambungku, terdengar Isak tangis di seberang sana, aku pun mulai curiga, karena tak seperti biasa ibu meleponku langsung menampakkan Isak tangis, sekali lagi “ada apa ibu?,” Tanyaku serius, “nak, bisakah kamu pulang sekarang,” suruh ibu, “iya bisa ibu, tapi ada apa?,” Jawabku mencari tahu, “temanmu,” sahut ibu tak meneruskan, “iya, temanku, kenapa ibu?,” Aku berusa mencari kejelasan, “temanmu si Andi dan Ilham, telah tiada,” dengan dibarengi Isak tangis ibu menjawabnya “wassalamu’alaikum,” tambah ibu sekaligus menutup pembicaraan di telepon.
Hari itu aku merasa menemukan jawaban atas kegelisahan, kerinduanku selama ini. Aku tak bisa mengeluarkan kata-kata lagi, air mata tanpa tanpa kusadari mulai membasahi mata dan pipiku, dan bersegeralah aku berkemas untuk pulang dan mengantar teman lamaku ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Tak sempat pamit ku kepada ibu kost, aku langsung menuju terminal berharap langsung menemukan bus untukku tumpangi, namun kenyataan berbicara lain, aku masih menunggu 30 menit untuk bus menuju kota tujuanku.
30 menit berlalu, akhirnya bus warna putih berhenti dan di kaca depannya terdapat tulisan kota tujuanku, aku pun segera memasukinya dan menunggu sampai penumpang penuh, hatiku mulai tak sabar “pak sopir, ayo berangkat kita sudah lama, tak ada penumpang lagi,” celotehku kesal. Si supir hanya terdiam.
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya bunyi mesin itu mulai terdengar, pertanda bus yang saya tumpangi mulai melaju. Aku yang berada di dalam bus itu dalam keadaan berduka hanya bisa terdiam sedih tak kepalang.
Setiba di rumah, aku sudah tak melihat orang sama sekali, perasaanku sudah mengira bahwa penghuni rumah pasti berada di rumah temanku sedang melayat. Aku hanya menaruh barang bawaanku, kemudian aku langsung menuju ke rumah mereka yang tak jauh dari rumahku, aku mempercepat langkahku berharap lekas sampai.
Antara percaya dan tidak kukokohkan hati agar tetap tegar sebagai laki-laki, tapi tetap saja air mata membasahi mataku.
Sesampainya di sana, perasaan bertambah tak karuan, ingin aku teriak sekencang-kencangnya, meski semenjak tadi hatiku sudah menjerit-jerit, aku masih dihantui antara percaya dan tidak percaya, secepat itu mereka meninggalkan aku, kita tak sempat mengulang masalalu kita kawan, aku berharap-harap setelah kuliah nanti, kita bisa berkumpul seperti dulu yang pernah kita lakukan setiap malam, menghabiskannya, bicara kehidupan dan cinta, melepas tawa, melupakan dunia yang penuh sandiwara, tapi apa kau bukan hanya melupakan dunia, tapi kau telah tinggalkan dunia sekaligus aku kawan, aku tak bisa berbuat apa, aku tergeletak di sudut rumah yang ramai akan orang sedang melayat, aku tak berdaya menerima kenyataan ini.
Kini hariku benar-benar diwarnai kenangan seutuhnya yang takkan bisa terobati, tak seperti hari-hari sebelumnya rasa rinduku pada mereka masih bisa terobati meski sekedar hanya lewat telepon.
“Mereka, teman lama yang kini telah tiada akibat kecelakaan itu, dimanakah kau berada?, Apa yang sedang kau lakukan, teman lama yang aku selalu rindukan, aku rindu, rindu masa itu, kita selalu menghabiskan malam bicara kehidupan, bicara cinta, melepas tawa, melupakan dunia,” kenangku sambil menatap foto kebersamaan kita dulu.
Semoga kau tenang kawan, di alam sana… Kita semua akan mati, lambat laun kita pasti kedatangannya, aku yakin kita akan berkumpul lagi di alam yang berbeda.
Dimanakah engkau berada sahabat lama yang kutunggu Telah lama tak ada kabar darimu sahabat lama ku Aku rindu saat-saat kita lewati panjangnya malam Menghisap rokok nikmati kopi bicara tentang cinta dan mati Aku rindu semuanya Aku rindu semuanya Sahabatku…
Probolinggo, 29 April 2020
Cerpen Karangan: Abdil Arif Blog / Facebook: Dadidol
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 21 November 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com