Seulas senyum ramah pemilik bibir merah muda menghidupkan hati Rendy yang telah mati akan rasa cinta. Seolah terhembus angin harapan saat melihat kedua mata sipit lentik yang berbinar memancarkan masa depan.
Mungkin, sudah saatnya Rendy kembali menyelami indahnya berjuang mengejar seseorang dan menunggu kepastian. Ia lupa bagaimana rasanya ditampar kenyataan yang pahit dari berharap pada seseorang yang tidak pasti menjadi miliknya. Sekarang, dia mulai percaya lagi dengan semua rasa yang dulu dia sebut semu, dan tidak peduli jika akan kembali terluka hingga trauma akan cinta.
Sosok cantik yang menghipnotis dirinya sampai seluluh ini, Keysha namanya, Rendy tahu saat sebelumnya ia pernah tak sengaja membersihkan meja sehabis si cantik makan dan menemukan secarik kertas bertuliskan nama Keysha. Sungguh gadis idaman bagi Rendy, dia memiliki eye smile yang membuat siapa saja terpukau melihatnya dan juga memiliki nama yang cantik.
“Cewek meja 15 lagi?” Ucap Jeno yang melihat satu temannya tak berkutik pun berkedip memandangi salah seorang pelanggan di kafe mereka. “Iya.” “Cantik banget ya? Sampai begitu melihatnya.” “Banget.”
Jeno jengah, memutar bola mata lalu kembali melanjutkan pekerjaannya untuk mencatat pesanan customer. Tapi Rendy buru-buru menahan, “Gakpapa, gue aja.” Ujarnya lalu melangkah cepat ke meja 15. Melihat temannya yang bertingkah konyol begitu, Jeno hanya berdecak heran dan menghela napas.
“Permisi kak, mau pesan Red Velvet Latte Blend dan Belgian Waffle Butter Caramel seperti biasa?” Si cantik tersenyum padanya, dibalik matanya ada hati yang ingin meledakkan bunga-bunga asmara. “Aku mau pesan Cafe Latte juga deh, kak.” Sorot mata kebucinan Rendy berubah seketika, timbul rasa gelisah dan banyak tanya tentang Cafe Latte, untuk siapa? Apa dia suka Cafe Latte juga?
Seakan menyadari arti dari raut yang ditunjukkan Rendy padanya sekarang, Keysa menyahut. “Untuk teman saya, kak. Hari ini saya mau diskusi untuk website yang saya buat.” “Kamu bisa buat website?” “Iya. Tapi kak, aku boleh minta tolong, gak?” Rendy tersenyum penuh semangat. “Boleh.” Jawabnya cepat. “Kakak ada waktu luang?”
—
Jeno memandang beberapa saat ke meja 15, sedikit kagum saat melihat temannya berhasil menggaet hati sang gebetan. Ia agak gemas karena Rendy hanya melontarkan senyum dan bersikap ramah pada gadis itu, tapi sekarang dia benar-benar bangga punya teman yang gantleman mendekati gebetannya.
“Permisi kakak-kakak,” Jeno mengantar minuman dan makanan yang dipesan oleh si cantik. Menatap sekilas dua orang disana bergantian, tidak lupa tersenyum agar terkesan ramah. “Terima kasih, Jeno.” Ucap Rendy, tiba-tiba ia menunjuk Jeno. “Oh iya, kenalin Jen, namanya Keysha. Keysha kenalin, dia namanya Jeno.” Jeno hanya tersenyum kecil. “Jeno.” Ucapnya pelan, tak berniat menyebut namanya di depan gadis itu. “Keysha.” Balas Key juga dengan suara yang bisa dibilang mirip seperti mencicit.
Tidak mau berlama-lama karena takut mengganggu, Jeno langsung mundur, melangkah kembali ke tempatnya. Jeno ikut senang, melihat mereka yang tampak cocok dan bahagia.
~DRRRTT!! Jeno meraih handphonenya di saku celana jeans, melihat ayahnya yang menelpon, ia buru-buru mengangkat. Takut-takut kalau itu penting.
“Hallo, Jeno?” “Iya yah?” “Kamu udah punya pacar belum?” Jeno tertegun, tidak biasanya ayah peduli tentang kehidupan pribadi Jeno, apalagi soal percintaan. Terakhir kali ayah memang menyuruhnya untuk menikah karena umur Jeno semakin tua, khawatir jadi bujang lapuk nanti. Tapi ayah tetap membiarkannya mencari pendamping hidup sesuai keinginannya.
“Jeno. Kamu disana?” “I-iya, a-ayah, kenapa?” Jeno gelagapan, menyahuti ayahnya yang sempat dia abaikan beberapa detik. “Ayah mau kenalin kamu sama anaknya teman ayah.” Jeno menelan ludahnya kasar, mengatur napasnya yang mulai tak beraturan. Jeno berasumsi kalau dirinya akan dijodohkan, tapi Jeno tidak mau marah dulu. Ia akan mengikuti alur ayah, lalu menolak halus, baru dia marah besar jika dipaksa oleh ayahnya. “Siapa yah?” “Anaknya pak Kilang. Ayah kirim jadwal kencan buta kalian ya, jangan mengacaukan ini ya. Ayah mau kamu punya masa depan, tapi kalau kamu tidak mau, katakan baik-baik padanya. Atau kalian bisa berteman. Itu terserah kamu, ayah dan teman ayah hanya perantara saja. Sisanya terserah kalian.” Jelas ayah, Jeno menghela napas lega. Syukurlah, ayah tidak memaksa. Tidak seperti orangtua lainnya yang harus, kudu, wajib, menjadi pacar dan nikah. “Oke, yah. Nanti Jeno coba.”
—
Nama Nadikeysha, bertemu di kafe Paradise, Sunshine Mall, jam 7 malam.
Jeno menunggu kedatangannya di depan kafe. Ia sudah tiba sepuluh menit lebih awal. Awalnya dia cuma berdiri sambil melihat-lihat sekitar, tapi kemudian ia beranjak dari tempatnya. Jeno menegaskan pandangannya, mengucek matanya barangkali ia salah lihat.
“Bukannya itu Key?” Jeno memastikan dengan menyapa orang itu. Kedua alisnya mengedik, sedikit terkejut. Begitupun Keysha, dahinya mengerut berpikir sesaat sebelum menebak seseorang di hadapannya. “Jeno?” Jeno mengangguk. “Lagi ngapain?” Tanya Jeno. “Lagi nunggu orang, keknya dia bakal lama deh.”
Jeno berseloroh singkat, kedua matanya melebar dan mulutnya membentuk huruf O besar. “Rendy?” Keysha menggeleng, lalu siapa yang ditunggunya? Jeno tak peduli, ia tidak lanjut bertanya.
“Mau nunggu sambil makan gak? Aku lapar.” Ajak Keysha tiba-tiba, Jeno berpikir sejenak. Dia tidak bisa makan bersama Keysha karena ia akan bertemu dengan teman kencan buta, bagaimana pikiran wanita itu jika Jeno makan bersama Keysha di kafe ini?
“Kalo gak mau gakpapa.” Ucap Keysha dengan bibir yang melengkung sedih, tapi Jeno mengangguk entah mengapa. Keysha tak paham. “Gue gak bilang gak mau. Yaudah, ayo cari tempat duduk.”
Mereka mengobrol tentang banyak hal, dan Jeno tidak melewatkan moment itu untuk meninggikan dan membanggakan sosok Rendy. Sesekali dia membuat lelucon, tapi Jeno tidak menjatuhkannya. Jeno sangat senang jika Rendy dan Keysha memiliki hubungan yang spesial nantinya, atau lebih bagus lagi kalau sampai ke jenjang pernikahan.
“Apa Rendy orang yang seperti itu?” “Dia baik banget, walau agak pendiam dan sok galak. Tapi dia selalu bantuin gue, Rendy orang yang bisa diandalkan.” “Senang mendengarnya, aku beruntung bertemu dengan orang sebaik Rendy.” “Setelah kenal dekat sama dia, lo pasti bakal menyukai Rendy. Gue yakin.” Ucap Jeno menekankan. Keysha terkekeh kecil.
Lalu dia kembali melihat jam di handphonenya. “Oh iya, siapa orang yang lo tunggu? Apa masih lama?” “Seharusnya dia sudah datang, ayahku memberiku kencan buta. Orangtua zaman sekarang seperti gak ada bedanya dengan zaman dulu, ya? Hehehe, aku malu mengatakan ini ke kamu, Jen.” “Gakpapa, Key, santai aja.”
Keysha percaya dengan Jeno. Ia menceritakan bagaimana dirinya bisa dijodohkan. “Ayahku dan Pak Jeje berteman, mereka tau aku jomblo, anaknya pak Jeje yang namanya Lijeno juga masih sendiri. Jadi mereka ingin kami melakukan kencan buta.” Jeno langsung kesipratan kopi gula aren yang lagi disedotnya. Bukan karena kopinya pahit atau bagaimana, tapi nama-nama yang disebutkan Keysha sangat familiar di telinga Jeno. Pak Jeje adalah ayahnya Jeno, dan Lijeno adalah nama lengkapnya Jeno.
“OHOK! OHOK!” “Jeno, kamu gakpapa?” Jeno mendelik terkejut ke arah Keysha. “Key, nama lengkap kamu, Nadikeysha?” Melihat reaksi Jeno yang tak terduga, Keysha ragu ingin mengangguk tapi pada akhirnya dia melakukannya sebagai jawaban dari pertanyaan Jeno.
Jeno menggaruk kepalanya frustasi. Tidak habis pikir akan berada di situasi seperti ini. “Bagaimana wanita itu bisa Key? Kenapa harus Key? Keysha gak boleh tau kalo gue teman kencan butanya. Bahaya banget, gimana kalo Rendy sampai tahu? Duuhh…” Gerutunya pelan sekali.
“Jen, kamu kenapa?” Jeno segera bungkas, menyedot cepat minumannya hingga tetes terakhir sebelum pergi meninggalkan Keysha di kafe. Lari sejauh-jauhnya agar tidak bertemu dengan Keysha lagi. Sementara Keysha hanya diam, dengan seribu pertanyaan yang menyelimuti benaknya setelah melihat Jeno yang berlari keluar dari kafe seperti habis melihat hantu.
-Tamat-
Cerpen Karangan: Xiuzeen
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 13 April 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com