Mulailah menerima orang-orang orang yang ada disekitarmu. Kamu tidak akan tahu seseorang itu berhati baik atau jahat, sebelum kamu menemukannya.
“Kei, ayo ke kantin,” menarik tangan Keina “Gua mau beli air mineral, ayo keburu ada kelas nih.” Ucap Lily “Iya iya, ayo.” Pasrah Keina yang sedang membaca di perpustakaan kampus. Keina dan Lily bersahabat, dari SMA sampai kuliah semeter 3 saat ini.
“Kei, pulang kampus ke rumah gua dulu ya. Ada yang ingin gua bicarain sama lu,” ucap Lily “Oke, siap.” Jawab Keina dan melambaikan tangannya. Karena Keina dan Lily tidak satu jurusan. Keina mengambil jurusan Desain Komunikasi Visual sedangkan Lily mengambil Akutansi. Walaupun mempunyai sifat berbeda tetapi itulah yang membuat mereka selalu bersama.
Saat sudah di rumah Lily yang megahnya, karena Lily adalah anak pengusaha hotel ternama. Tetapi Lily berteman tidak memandang dari status keluarganya. Keina kebalikan dari Lily ia anak yatim yang hanya tinggal dengan ibunya dan ibunya hanya berjualan warteg sederhana.
“Happy Birthday sayangku Keina,” sorak Lily membawa kue tart dan tulisan 20th dari dapur sedangkan Keina terharu dengan kejuatan yang Lily berikan. “Makasi Lilyku,” Keina meteskan air mata. “Sama-sama sayang, apasi yang ga buat sahabat terbaikku.” Lily langsung memeluk Keina. “Udah dong, jangan nangis nanti cantiknya ilang.” Lily tersenyum langsung mengusapkan air mata Keina.
“Lu mau apa Kei?” tanya Lily “Hari ini adalah 1 hari buat Keina.” “Ehmm apa ya, gua ga mau apa-apa,” cengiran khas Keina membuat Lily menghela nafas “Ah lu mah, minta apa sesuatu yang lu mau gitu,” kesal Lily “Kaya sepatu baru, tas baru, baju baru.” “Ga penting, yang terpenting punya sahabat yang sayang sama gua kaya lu, udah cukup.” Ucapan Keina berhasil membuat Lily terharu “Uuu, mau terbang nih.” Balas Lily.
Dan hari itu pun mereka ke rumah Keina, merayakan ulang tahun Keina. Ibunya Keina sudah siapkan makan malam.
“Enak banget tante, sampe Lily mau nambah lagi nih,” ucap Lily yang tiada hentinya terus mengoceh padahal didalam mulutnya masih mengunyah makanan “Telen dulu napa makanannya, baru ngomong.” Kesel Keina dibalas cengiran oleh Lily. Ibunya Keina hanya menggeleng geleng melihat kelakuan mereka. Setelah puas makan, Keina mengajak Lily ke rumah pohon bikinan papah Keina dulu.
“Ly, naik ke rumah pohon gua yuk?” tanya keina “Ayok, udah lama ga ke rumah pohon lu.”
Sampai di rumah pohon, mereka terdiam. Melihat bulan yang indah sekali di temani sedikit bintang yang berkelip kelip. Diatas pohon juga terlihat pemadangan dari rumah-rumah penduduk.
“Lu inget ga waktu gua dibully pas SMA, dan lu nolongin gua, gua berasa punya malaikat penolong. Dan lu mau beteman sama gua sampai sekarang.” “Iyaya kenapa gua dulu nolongin lu.” Dan sekarang Lily yang bingung, Keina yang merasa tersinggung jadi kesal “Ih lu sebernanya ga mau nolongin gua?” kesal Keina, Lily tetawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan dari Keina “Gua nolongin karena lu beda, lu ga jahat,” jelas Lily, Keina mendengarkan dengan serius “Karena lu doang yang mau sahabat dengan gua dengan tulus tanpa embel-embel apapun, ngga kaya temen-temen gua dulu, manfaatin gua karena gua anak dari orang kaya dan mereka seenaknya meminta apapun dari gua.” “Aku jadi terhura, boleh terbang ga?” tanya Keina mencairkan suasana “Gua serius, malah dibercandaain.” Kesal Lily, Keina hanya nyengir tanpa merasa bersalah
“Oiya gua mau cerita sama lu, tapi lu harus janji ga boleh ketawa?” tanya Lily dengan hati was-was “Yailah, emang kapan gua pernah cerita ke orang – orang?” kesel Keina dibalas dengan cengiran Keina. “Ngga sih.” “Emang lu mau cerita apa?” “Lu tau kan cowo jurusan Ilmu Komunikasi yang ganteng itu loh,” Keina mikir sejenak. “Siapa?” Keina ga nemu nama itu. “Ih namanya Gilang loh, Gilang Arnamawa.” Jelas Lily “Oh yang itu,” Keina menerka penjelasan dari Lily “Hah Gilang?” Lily kaget dengan suara Keina yang cukup keras “Kenapa emang?” tanya Lily memastikan “Ngga papa.”
Setelah banyak sekali obrolan kita, tanpa sadar sudah jam 10:00 malam. Dan besok harus kuliah lagi. Mereka pun turun dari rumah pohon Keina.
Paginya hari agak mendung, saat Lily sedang berjalan di taman kampus, ia melihat Keina sedang asyik mengobrol dengan Gilang sambil bercanda-canda. Lily yang melihatnya penasaran dan ia semakin mendekat kearah Keina dan Gilang.
“Maukah kamu jadi pacarku?” kata kata itulah yang terdengar oleh Lily “Sure” “Kei?” panggil Lily, Keina yang merasa terpanggil langsung menengok dan mendapati Lily sedang berdiri didepannya dengan mata berlinang “Gua ga nyangka sama lu Kei,” air mata Lily mulai menetes satu persatu “Gua kira lu beda dari yang lain, tenyata sama aja.” Lily mulai menyeka air matanya, Ada rasa sakit yang mendalam dihatinya “Ga maksud kaya gitu Ly, Gua sama Gilang–” Keina belum sempat melanjutkan penjelasan sudah di potong oleh Lily “Gua benci sama lu Kei, gua benci.” Lily langsung pergi meninggalkan Keina dan Gilang.
“Gimana Lang, Lily benci sama gua,” isakan tangis Keina pecah setelah Lily meninggalkan mereka berdua. Gilang mencoba menenangkannya. “Nanti gua ngomong sama Lily ya, lu jangan Nangis lagi.” Gilang menempatkan kepala Keina ke bahunya.
Hari berganti, tetapi Lily tetap saja tidak mau memaafkan Keina. “Ly dengerin gua dulu, gua mau kasih penjelasan,” ucap Keina mecoba menghadang Lily yang sedang berjalan di koridor kampus “Apa yang mau dijelasin si, udah jelas semuanya.” “Lu salah paham, Sebenaranya bukan gitu kejadiannya,” Keina mencoba menjelaskan sebenarnga yang terjadi.
Tiba tiba Gilang datang. “Mulai hari ini persahabatan kita selesai, lu ga usah ketemu sama gua lagi.” Lily langsung pergi dan Gilang menarik tangan Lily “Ly, dengerin dulu penjelasan Keina.” Ucap Gilang dengan memohon tapi Lily langsung menepis tangan Gilang dan berlalu pergi. Keina yang melihatnya langsung menitihkan air mata.
Sudah seminggu ini Keina tidak melihat Lily di kampus, ia khawatir takut terjadi apa-apa dengan Lily. Dan ingin mencoba ke rumah Lily.
“Kei, gua ikut ke rumah Lily ya?” Ucap Gilang saat lagi bertemu dengan Keina “Yaudah gapapa.” “Sekalian gua mau jelasin juga, seebenarnya semua hanya salah paham.” Akhirnya Gilang dan Keina ke rumah Lily.
Sesampainya di rumah Lily terlihat bendera kuning yang menacap di pagar rumahnya. Keina syok dan langsung masuk kerumah Lily dengan Gilang. Terlihat Lily yang sedang menangis terisak-isak di pojok sofa.
“Nak Keina.” Panggil Nira, ibunya Lily “Turut berduka cita tante, semoga om tenang dialam sana.” Keina menitihkan air mata dan memeluk Nira “Iya, makasi Keina,” Nira menerima balasan pelukan dari Keina “Ini siapa Kei?” tanya Nira mengarah ke Gilang “Aku Gilang tente.” Gilang memperkenalkan diri.
Hari ini adalah hari yang terburuk untuk Lily, karena papah meninggalkan Lily untuk selamanya. keina tidak mau mengganggu Lily terlebih dahulu, takutnya nanti terjadi keributan. Keina menunggu acara pemakamannya selesai dan setelah itu baru penjelasan tentang Gilang ini.
Setelah pemakamannya selesai, Lily masih saja menangis. Wajahnya pucat, matanya sembab. Keina berniat ingin mendekati Lily yang berada di taman belakang sendiri.
“Ly,” panggil Keina dengan suara parau “Untuk apa lu kesini lagi, hah?” tanya Lily yang masih menangis tersedu-sedu “Lu mau pamerin kebahagiaan diatas penderitaan gua dengan bawa Gilang?” suara Lily dengan suara meninggi. “Lu salah paham semuanya, Ly.” Keina berusaha menenangkan Lily yang sudah tersulut emosi. “Trus maksudnya apa, yang waktu itu Gilang berlutut di hadapan lu?” “Gua sama Keina hanya teman ly, kemarin itu gua mau nembak seseorang tetapi bukan Keina.” Penjelasan Gilang mulai mereda tangisan Lily
“Sebenarnya orang yang gua suka itu lu ly, bukan Keina.” Lily yang mendengar langsung terdiam “Gua takut mau menyatakan perasaan gua sama lu Ly, karena lu anak orang kaya. Pasti lu akan menolak gua mentah-mentah.” Lily masih saja terdiam mendengar penjelasan Gilang “Tapi setelah dengar dari Keina kalo lu suka juga sama gua, gua langsung semangat dan Keina lah yang menjadi bahan percobaan yang lu liat hari itu.” “Jadi semua salah paham Ly,” ucap Keina “Tapi karena kamu masih berduka, aku ga maksa hari ini kamu harus kasih jawaban ke aku. Aku akan nunggu kamu pulih dari rasa duka.” Gilang memegang tangan Lily dan langsung dibalas anggukan oleh Lily
“Maafin gua ya Kei, gua udah berburuk sangka sama lu.” Lily langsung memeluk Keina “Gapapa, ini kan hanya salah paham,” Keina memebalas pelukan Lily “Lu akan selamanya menjadi sahabat terbaik gua.” Lily melepaskan pelukan
“Turut berduka cita, sayang.” Ucap Gilang dengan mata sendu “Turut berduka cita ly, sabar dan kuat ya Ly.” Keina langsung memeluk Lily lagi. “Terimakasih dan maaf. ” Airmata Lily berjatuh kembali dan langsung diusap dengan Gilang.
Karena sahabat akan melakukan yang terbaik untuk sahabatnya, dia akan selalu berada di dekatmu. Walau sesulit apapun itu. Jika sahabatmu berbuat salah jangan menghakimi terlebih dahulu atau menghindar berikan dia waktu untuk menjelaskan semuanya.
End.
Cerpen Karangan: Fitri Dwiyanti Blog / Facebook: Fitri Dwiyanti
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 19 April 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com