Sejak kecil Hica selalu merasa dirinya berbeda, karena setiap dirinya bertemu dengan seseorang dan berteman pada akhirnya akan selalu pisah. Sejak saat itu Hica lebih menyukai sendirian. Hingga saat ini dirinya sudah berumur Hica memutuskan untuk berpisah dari keluarganya untuk hidup sendiri di rumah kecilnya selain itu Hica sendiri merasa dirinya sudah sukses mengingat Hica sudah memiliki hidup dan karir yang cemerlang. Layaknya wanita mandiri Hica lebih sangat menyukai kesendirian dan lebih memilih untuk fokus pada hidupnya bukan untuk masalah percintaan.
Bertahun-tahun berlalu dengan menyenangkan dalam kesendirian hingga Hica mendapatkan perintah dari ibunya untuk segera kembali ke kota lamanya. Tibalah Hica di kota lamanya untuk kembali merasa rindu dengan masa lalu, namun juga tibalah sebuah masalah yang menghampirinya saat rupanya ibunya mengundang Hica untuk acara makan sembari berusaha menjodohkan putri satu-satunya dan juga anak tertuanya untuk segera menikah, tentu saja Hica merasa sebal namun di sisi lain juga merasa penasaran.
“Halo Hica hanya Hica” Kata Hica sembari memandang orang yang rupanya adalah teman masa kecilnya yang sudah lama tidak ia jumpa. Melihatnya saja semua masa lalu berputar di pikirannya Hica dari awal perpisahan dan pertemuan kembali hari ini. “Yuma”
Setelah perkenalan Hica berhasil meyakinkan orang-orang bahwa dirinya bukanlah pasangan yang tepat untuk teman masa kecilnya Yuma maupun semua orang. Disaat semua orang merasa kecewa, Hica merasa biasa saja justru senang karena hidupnya kembali tenang. Sepulang Hica kembali ke rumah kecilnya merasa nyaman. Namun tidak dengan tempatnya bekerja dimana Hica kembali dikejutkan oleh kehadiran teman masa kecilnya Yuma yang hadir sebagai salah satu orang penting pada proyek kerja millik Hica dan yang jelas Hica harus bekerja sama dengan Yuma. Seharusnya itu bukan masalah bagi Hica namun mengingat dimana ibunya berusaha menjodohkan Hica dengan Yuma dan berakhir dengan Hica menolak lamaran Yuma. Pertemuan yang canggung, membuat Hica selalu berakhir dengan melakukan kesalahan, beruntung Yuma dapat memperbaiki kesalahan itu membuat Hica merasa tenang.
“Dengar, jujur ini aneh bekerja denganmu” “Apa masalah kemarin menganggumu” “Iya, aku minta maaf” “Tidak masalah, itu pilihanmu” “Terima kasih”
Beberapa minggu kemudian perjalanan kantor untuk masalah pekerjaan dilakukan. Hica sebagai pengawas, Yuma sebagai asisten Hica, dan empat rekan kerja lainnya yang melakukan perjalanan ini. Setelah urusan pekerjaan selesai, pada hari terakhir Hica memutuskan untuk berjalan sendiri pada subuh hari, namun menyebalkan sekali saat berjalan itu Hica diikuti oleh orang asing yang membuatnya ketakutan memutusakan untuk kembali berlari ke hotel disaat hujan pada subuh hari. Hica yang merasa tangannya diraih oleh orang asing itu melawannya lalu kabur namun tetap saja orang asing itu mengejarnya membuat Hica berlari dengan susah payah agar tidak terpleset. Saat hampir mendekati depan hotel Hica merasa senang saat melihat sosok Yuma yang sedang berdiri disana, namun lagi-lagi tangan orang asing itu berhasil meraih Hica.
“Kau baik-baik?” Tanya Yuma, sedangkan Hica kembali menengok ke Yuma yang sudah membuat orang asing itu pergi dengan ketakutan setelah Yuma melawan orang asing itu dan menyelamatkan Hica. Dengan suara gemetar. “Terima kasih”
Sepanjang perjalanan pulang dengan naik mobil Hica yang duduk di depan menatap ke Yuma yang berada di sebelahnya yang sedang menyetir. Yuma yang merasa diawasi menengok dan bertemu dengan Hica yang sedang menatapnya Hica kembali melihat kearah jendela lalu Yuma juga kembali memandang ke depan fokus menyetir mobil dengan hati-hati.
Disisi lain Hica teringat dengan masa lalu yang pernah Hica lewati bersama dengan Yuma. Pada saat sekolah dasar Hica yang sedang memberi makan kucing diganggu oleh beberapa orang yang menyebalkan merebut kucing itu dari Hica tentu saja Hica marah melawan namun kalah jumlah Hica menyerah hingga ada orang yang ikut membantunya dan itu adalah Yuma ikut membantu Hica melawan para penganggu itu mereka berdua menang dan berhasil mendapatkan kucing yang tadi orang menyebalkan itu rebut.
“Terima kasih” “Tidak Masalah, sudah waktunya orang seperti itu diberi pelajaran” Hica tertawa. “Benar sekali” “Omong-omong kucing ini lucu, siapa namanya?” Hica menatap kucing yang dipegangnya. “Entahlah aku menemukannya, menurutmu nama yang bagus apa?” “Salju” Hica heran. “Kenapa salju” “Lihat saja bulunya putih sekali seperti salju” “Memangnya kau sudah pernah lihat salju” Ledek Hica. “Iya di kulkas” “Itu mah es bukan salju” “Terserah, aku lebih suka salju” “Iya juga sih aku setuju, disini kan gak ada salju. Tapi ada salju kucing kita” “Kita” “Iya kamu bantu rawat ya” Ajak Hica sedangkan Yuma hanya bisa mengangguk. “Aku Hica” “Yuma”
Anak kecil dengan jiwa petualangannya membawa Hica dan Yuma merawat Salju bermain bersama hingga pada saat mereka sudah lulus SMA salju tertidur untuk selamanya membuat Hica sedih dan juga Yuma. Setidaknya itu adalah sedikit awal pertemuan dan masa lalu antara Hica dan Yuma.
Malam hari di kamarnya, Yuma teringat dengan masa lalunya dengan Hica. Sejak awal bertemu Yuma sudah tahu bahwa Hica lebih suka sendiri mengingat setiap Hica memiliki teman baru dan masuk ke geng perteman yang terutama isinya perempuan semua Hica akan selalu tertinggal karena Hica berbeda. Yuma tahu bahwa Hica sudah pernah berkali-kali dikhianati oleh sahabatnya, dibully oleh satu angkatan, hingga tidak pernah dipercayai dan tidak pernah dibantu oleh gurunya sama sekali. Sejak SMP hingga lulus SMA Hica dan Yuma sekolah di tempat yang berbeda. Namun Yuma benar-benar tahu semua kejadian yang harus Hica alami. Yuma tahu karena semua itulah membuat Hica LEBIH MENYUKAI KESENDIRIAN KARENA TERLALU TRAUMA DENGAN ORANG DAN TIDAK MUDAH PERCAYA DENGAN ORANG termasuk keluarganya sendiri. Yuma tahu Hica menyimpan semua itu sendiri.
Pernah sekali Yuma bertanya kepada Hica “Kau tidak mau bercerita” “Tidak, ini urusanku aku tidak mau orang lain menanggungnya” Yuma merasa bersalah, kenapa dirinya tidak melindungi temannya orang yang dirinya cintai. Hingga sekarang Hica yang trauma dengan orang sedangkan Yuma dengan rasa bersalahnya.
Beberapa hari kemudian Hica sedang terduduk di sebuah kedai minuman sembari memandang Hujan, rutinitas yang biasa Hica lakukan saat hari libur.
“Boleh duduk disini” Hica menengok, menatap Yuma yang sedang berdiri. Hica hanya mengangguk. Hica terdiam sembari kembali memandang jendela membiarkan dirinya melamun. “Maaf” Hica menengok kearah Yuma di hadapannya. “Kenapa?” “Maaf bahwa aku tidak pernah membantumu” Hica hanya bingung. “Kau tidak punya salah, kenapa minta maaf” “Dengar, Aku minta maaf karena aku tidak pernah membantumu di masa lalu semua kejadian itu seharusnya tidak pernah terjadi jika saja aku ikut denganmu satu sekolah denganmu. Seharusnya aku ikut denganmu. Maka trauma itu tidak pernah ada dan kau” “Kau ini bicara apa? Aku tidak mengerti? Yang berlalu seharusnya sudah berlalu”
“Maukah kau percaya denganku, jika..” Yuma terdiam sebentar, sedangkan dari arah luar terdengar suara petir yang bergemuruh. “Aku mencintaimu” Hica terdiam sebentar mendengar pernyataan dari Yuma. “Cinta tidak datang begitu saja, bagaimana kau bisa cinta sama”. Terdengar Suara Hica yang bergetar ragu. “Orang sepertiku” Suara petir bergemuruh terdengar lagi. “Maukah kau memberikan kesempatan” “Tentu saja, lagian hati ini sudah kuat dengan sakit bukan” Kata Hica sembari tertawa. Yuma merasa senang juga kasihan melihat tertawa Hica terlihat dari ekspresinya. “Tenang saja aku akan menyembuhkan itu” “Iya iya aku percaya” Hica merasa yakin bahwa memang Yuma dapat menyembuhkan traumanya.
Memang benar jika Hica pikir-pikir lagi Yuma selalu ada untuknya, membantunya, dan memperjuangkannya. Yuma juga yakin yang dibutuhkan oleh orang yang memiliki trauma seperti Hica adalah orang yang selalu menerimanya apa adanya maupun disaat baik dan buruk. Bahkan disaat seorang manusia nyaman dengan kesendirian mereka akan tetap membutuhkan kenyamanan dari orang lain.
Setidaknya inilah kisah Hica seorang yang nyaman sendiri tetap menemukan jodohnya yang selalu ada untuknya, membantunya, dan memperjuangkannya yaitu Yuma teman masa kecilnya sekaligus segera dan selamanya akan menjadi teman hidupnya.
Cerpen Karangan: Shofa Nur Annisa Deas Blog / Facebook: lovinpluie
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 13 Mei 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com