“Tidaaaaaakkkk” Teriakan itu menggema di seluruh ruangan. Aku benar-benar tidak bisa menerima apa yang terjadi. Apakah kau tahu rasanya saat kau membuka matamu dan yang ada hanya kegelapan, itulah yang kualami sekarang. Setelah kecelakaan mobil itu aku tidak bisa melihat lagi.
Aku yang dulunya sangat ceria, kini menghabiskan waktuku di kamar sambil menangis. Aku tidak mampu menjalani kehidupan baru ini. Pagi ini aku rindu saat setiap pagi aku menatap mentari. Kini hanya gelap yang kutatap.
“Ayana, ayo nak makan, sudah tiga hari kamu terus di kamar saja” Suara itu, bahkan aku tidak tahu pasti siapa yang berbicara. Tapi sepertinya itu Ibu, aku bisa mencium wangi tubuhnya.
Aku merasakan pelukan yang begitu hangat. Pelukan yang sama, seperti saat aku kecil. Ya, aku memang tidak terlalu dekat dengan keluargaku, kami sibuk dengan dunia kami sendiri.
“Sayang, sudahlah jangan terus bersedih seperti ini. Ayana kan anak yang kuat. Kamu pasti bisa melewati semua ini. Dan Ibu pasti akan selalu disamping Ayana” Aku tertegun, Wanita yang kukenal tidak peduli dengan keluarga itu, bisa berkata seperti itu. “Bu, tapi apakah Ibu dapat merasakan rasanya menjadi seseorang yang buta?” Aku menangis lagi Sepi, tidak ada suara…
“Ayana, Ibu mungkin tidak pernah merasakan menjadi seperti kamu, tapi percayalah jika ikatan antara Ibu dan anak itu begitu kuat dan tidak pernah terpisahkan” Dia menangis
Aku benar-benar tidak menyangka apa yang baru saja kudengar, dia kembali. Seorang Ibu yang kukira telah hilang dari hidupku. Aku memeluknya dengan tangis dan juga cinta
1 tahun kemudian Aku memulai hidupku yang baru. Hidup tang kukira lebih indah dari kehidupan normalku. Dan bahkan kini aku sudah bisa melukis walau aku tidak bisa melihat kembali. Aku mulai mengenal keluargaku satu-persatu. Dan mulai menyadari arti kebahagiaan itu. Kini aku akan terus bersyukur kepada Tuhan.
Kreeek Kamarku terbuka, aku tidak tahu siapa yang masuk ke kamarku. Dan tiba-tiba aku merasa ada seseorang yang duduk disampingku.
“Apa kabar Ayana?” Suaranya sangat ceria dan menenangkan, Namun aku tidak tahu siapa dia.
“Aku tahu kamu bingung, Ini aku sahabatmu…” Sahabat? Aku hanya memiliki dua Sahabat Pertama Karin sahabatku saat kecil, dan kedua.., Tunggu jangan bilang dia “Ya, Sahabatmu Leo” “APA!!”
Flashback. 1 tahun lalu Hari ini aku sedang Liburan bersama Leo ke pantai. Sepanjang jalan kami terus bercanda dan sesekali menyanyi bersama. Namun, tiba-tiba…. Brakkk Kami kecelakaan kami tertabrak truk yang melaju dengan kecepatan tinggi. Kami terpental keluar mobil. Aku merasa sangat pusing. Aku memanggil Leo. Tapi aku melihatnya pergi meninggalkanku sambil menoleh kearahku. Dan itulah hal terakhir yang kulihat sebelum kehilangan penglihatanku. Flashback End
“Mau apa kamu kesini?. Bukannya waktu itu kamu pergi meninggalkan aku. Kenapa sekarang kamu mau kembali menemuiku. Lebih baik sekarang kamu keluar. Aku benci harus melihatmu disini. Oh tunggu, aku lupa penglihatanku telah hilang karenamu.” Aku sangat marah, sedih, dan kecewa. “Tunggu Ayana…” “Tunggu apa lagi aku sudah menunggumu selamw satu tahun. Sekarang pergi dari sini!!” Aku mendorongnya keluar dari kamarku. Kasar memang tapi setidaknya aku bisa keluar dari ingatan buruk itu.
Beberapa bulan kemudian aku dioprasi dan bisa melihat kembali. Aku kembali menjalani kehidupan normalku. Beberapa hari kemudian aku bertemu Tante Maya, Ibu dari Leo. Bagaimanapun juga aku tetap menghormatinya. Dan aku begitu terkejut saat mendengar kenyataan itu
“Kamu sudah bisa melihat lagi. Leo sangat merindukan kamu. Tante sedih melihat dia terus murung setelah dia tidak bisa lagi berjalan” Hahhh… Ya, Ternyata Leo kehilangan kakinya. Aku begitu menyesal telah bersikap kasar padanya.
Beberapa hari kemudian aku menemuinya. “Hai Leon apa kabar?, aku membawakanmu sebuah lukisan tentang kita. Aku juga membawa bunga untukmu sebagai permintaan maafku. Walau kamu sudah tidak ada disini aku akan terus menjadi sahabatmu.” Aku menaburkan bunga yang kubawa ke atas makam Leo. Ya, dia sudah pergi
Dan kini aku menaruh catatan untuk orang-orang yang kusayangi
Selamat pagi semuanya Kini aku telah belajar untuk mensyukuri hidup. Ibu, maaf jima aku sering salah paham lepadamu. Ayah, ternyata ayah sangat menyayangiku. Dan Leo, ternyata dia orang yang paling peduli padaku. Aku harap kalian semua bahagia, walau tanpaku. Dan aku membuat lukisan indah tentang kita semua
Dengan Cinta Ayana
Kini aku bersama Leo, hidup bahagia di alam yang berbeda. Dan aku sudah tahu siapa yang menabrakku, ternyata Karin, sahabatku. Dia balas dendam karena dia kira aku meninggalkannya padahal tidak. Tapi aku telah memaafkannya
Cerpen Karangan: Nimas Redisti Pradnya Paramita Blog / Facebook: Venata Redisti Duduk di bangku kelas 5 SD, Tinggal di Kota Trenggalek