Banyak yang bilang jika persahabatan itu mudah untuk dijaga, namun nyatanya tak semudah itu. Ini lah kisahku, menjalin persahabatan hanya dalam waktu 7 bulan.
Kalian tau? Kisah persahabatan ini bermula dan berakhir dengan surat, bukan karena jarak kita jauh melainkan itu perjanjian kita. Awal persahabatan kita berjalan lancar namun setelah 6 bulan berlalu dia mulai berubah, aku pun tak tau apa yang membuatnya berubah. Persahabatan kita yang hanya dengan surat memang menjadi penghalang, padahal kita berada di sekolah bahkan kelas yang sama.
Suatu ketika dia datang ke mejaku, aku pikir dia akan menyampaikan hal penting, ternyata dia mengembalikan semua surat yang selama ini menjadi media komunikasi kita. Aku tidak tau apa maksud itu semua, aku pun bertanya padanya. Namun saat aku hendak bertanya, dia sudah pergi meninggalkan mejaku. Aku terus bepikir alasan dia mengembalikan semua surat ini, Aku segera memasukkan semua surat itu ke dalam tas.
Setelah kejadian itu, dia berubah sangat jauh. Surat yang aku kirim tak lagi dibalas olehnya, pesan chat pun juga tak direspon oleh dia. Aku memutuskan untuk menemui dia dan membicarakan masalah ini baik baik.
“Boleh aku bicara sama kamu?” tanyaku tanpa basa basi “Kamu gak boleh bicara sama dia!” ucap Luvi sahabat Nada “Kenapa? aku kan sahabatnya Nada” ucapku menatap Nada yang hanya diam saja “Sekarang kamu bukan sahabatku lagi” ujar Nada “Apa aku sudah melakukan kesalahan padamu nad?” tanyaku “Nada gak mau lagi punya sahabat kayak kamu yang pura pura baik di depannya” sela Luvi “Apa? pura pura baik? bukannya kamu yang pura pura baik? saat Nada ada masalah dengan Kesya kamu diam saja kan?” tanyaku tak terima “Luvi diam karena dia tau masalahku dengan Kesya bukan masalah yang besar!” bela Nada “Kalau memang bukan masalah besar, kenapa saat itu kamu menangis? seharusnya waktu itu aku tak perlu membela kamu nad. Terimakasih sudah mau menjadi sahabatku selama ini” ucapku pergi meninggalkan mereka berdua
Aku menangis di dalam kelas dan tak ada satu orang pun yang tau, perlahan Aku membuka tas milikku. Masih ada banyak surat, sepertinya aku lupa mengeluarkan surat surat itu. Aku mengambil salah satu surat yang aku rasa masih baru, kubaca surat itu dan ternyata itu balasan dari Nada untuk surat yang kukirim beberapa hari lalu sebelum masalah ini terjadi. Isi surat itu berbeda dengan apa yang aku tulis waktu itu, siapa yang merubahnya.
Luvi menatap ke arahku, sepertinya aku harus segera bertanya padanya “Luvi, kamu kan yang merubah isi surat ini?” tanyaku “Kalau memang iya kenapa? aku gak suka liat kamu dekat dengan Nada. semenjak kamu menjadi sahabat Nada, dia sibuk dengan surat suratmu” ucap Luvi “Seandainya kamu menjadi diriku, kamu tak akan bicara seperti luv” jawabku “Kamu tak pernah tau kan rasanya menjadi sahabat namun tak dianggap ada?” lanjutku
“Ada apa?” tanya Nada tiba tiba “Dia fitnah aku nad! kata dia aku merubah isi surat yang dia kirim ke kamu” ucap Luvi “Luvi bohong nad!” bantahku “Dia yang merubah isi surat ini” lanjutku “Kamu jangan asal tuduh kalau gak punya bukti!” bela Luvi “Isi surat ini bisa jadi bukti kalau kamu yang merubahnya, bahkan kamu sudah mengakuinya” belaku
“Aku lebih percaya dengan Luvi, orang yang sudah lama aku kenal” ujar Nada “Aku tau nad, aku hanya orang baru. tapi kamu harus percaya denganku nad” pintaku “Lebih baik kamu kembali ke mejamu” ujar Luvi mendorong tubuhku
Kini tak ada lagi komunikasi di antara Aku dan Nada, Aku memilih menjauhinya.
Saat Aku hendak pulang, Nada mencegahku. Dia memberikan sepucuk surat lalu pergi, Aku segera membuka surat itu. Air mataku turun saat membaca surat itu.
Terimakasih sudah menjadi sahabat baikku, tapi persahabatan kita cukup disini. Jangan lagi kamu menuduh Luvi, dia tak ada hubungannya dengan semua masalah ini. Aku memang sengaja mengembalikan semua surat surat itu, karena itu tak lagi penting untukku. Maaf jika aku lebih percaya dengan ucapan Luvi, aku lebih mengenal dia dan tak mungkin dia berbohong denganku hanya karena isi surat yang tak penting. Semoga kamu bisa mendapatkan sahabat yang lebih baik dariku
Itulah isi surat yang Nada tulis. Aku sangat kecewa padanya karena dia lebih percaya dengan sahabatnya, walaupun aku orang baru apakah dia tak bisa percaya padaku? dan inilah akhir kisah persahabatanku
Cerpen Karangan: Dinda Tias Ramadhani Blog / Facebook: dinda tias