Di Fakultas aku punya seorang teman bernama Diana. Kami berteman sudah cukup lama. Dari awal masuk kuliah hingga semester 5 saat ini. Kami berteman sangat akrab, saking akrabnya kami bahkan sudah hafal kesukaan hingga kepribadian masing-masing. Diana sangat suka memasak, dan itu termasuk hobi yang sangat digemarinya. Diana bahkan punya cita-cita ingin menjadi seorang chef terkenal dan memiliki restoran besar. Sementara aku sendiri suka sekali menulis cerita, serta memelihara ikan hias. Aku bahkan sekarang sampai mempunyai perternakan ikan hias sendiri, serta bisnis penjualannya. Sedekat itu hingga kami saling mengetahui impian masing-masing.
Namun ada satu hal yang masih tidak aku pahami tentangnya. Diana sangat tidak suka difoto, entah apa alasannya. Padahal Diana punya wajah putih mulus yang cantik. Di berbagai kesempatan ia tidak pernah mau difoto, ia cenderung menghindar dan menjauh. Aku pun pernah beberapa kali mengajaknya berfoto, tapi ia selalu saja menolaknya. Sampai aku kesal di buatnya.
Sama seperti saat ini, saat ia sedang berada di rumahku, dan aku mengajaknya berfoto bersama. “Kalau memang tidak mau difoto ya sudah. Dasar pelit!” Ucapku. Aku melempar kamera yang ingin kugunakan untuk memfoto kami berdua ke sofa. “Bukan begitu juma”. Ia mengejarku yang masuk ke kamar dengan menghentakan kaki. Padahal niatku berfoto berdua tadi, agar aku bisa memajang foto kami berdua di kamarku. Tapi lagi, dia malah menolaknya. “Lah terus apa. Kamu diajak foto tidak pernah mau. Aku ini temanmu atau bukan?!”. Ucapku. Aku menepis tangannya yang hendak meraih pundakku. “Kamu temanku Juma. Tapi aku benar-benar tidak mau difoto” Ucap Diana dengan wajah tertunduk. “Kenapa? Kamu malu?. Kamu cantik kok!” Ucapku kesal. Diana menggeleng. Dia terdiam tanpa sepatah kata pun. Aku yang kesal lantas menarik tangannya, lalu mendorongnya agar keluar dari kamar. Saat hendak menutup pintu diana menahannya dengan tangan, hingga pintu kamar tidak jadi kututup.
“A..aku.. Aku mau difoto, tapi nanti kamu janji ya. Setelah aku difoto, kamu tetap mau jadi teman terbaikku.!?” Ucap Diana. Aku mengerutkan dahiku tanda bingung dengan ucapannya. Namun aku tersenyum senang akhirnya dia mau berfoto bersamaku. Aku bergegas mengambil kamera yang tadi kulempar di ruang depan.
“Mau foto dimana?” Tanyaku. Sambil memperlihatkan kamera yang tadi sempat kulempar. “Terserah saja”. Ucap Diana. Akhirnya kami memutuskan untuk berfoto di taman belakang.
Malamnya aku memilih-milih gambar mana yang bagus untuk dipajang di dinding kamarku, serta untuk diletakan di meja belajar. Aku memperhatikan satu persatu foto itu, aku heran foto itu blur semua. Tidak ada satu pun yang memperlihatkan wajah Diana dengan jelas. Bahkan ada beberapa foto yang tidak ada Diananya sama sekali, hanya ada aku. Aku mengibaskan foto itu beberapa kali, benar-benar blur. “Apa jangan-jangan kameraku yang rusak”. Gumamku.
Aku mengambil kamera di atas meja, lalu membawanya keluar kamar. Aku memfoto setiap objek yang ada di rumah, aku juga memfoto kakak laki-lakiku yang kebetulan baru turun dari lantai atas. “Aneh”. Ucapku. Sambil mengibas-ngibaskan foto hasil jepretanku. “Apanya yang aneh?!”. Tanya kakakku, ia menatapku was-was dan sedikit menghindar. Aku menunjukkan foto hasil jepretanku bersama Diana dan foto saat ia baru turun dari tangga, padanya. “Disini foto Kakak dan barang rumah lainnya terlihat jelas. Tapi disini hanya ada fotoku, tidak ada foto Diana. Padahal tadi kami berfoto bersama.” Jelasku. Setelah melihat foto itu, entah kenapa Kakakku Arjuna langsung mengambil dan membuangnya. Lantas berteriak marah padaku. “Sadar Juma, DIANA itu Sudah MENINGGAL..!!”. Teriaknya lantang.
Aku menatap kakakku dengan mata melotot, antara percaya dan tidak percaya. Diana sudah MENINGAL!!… Kapan dia meninggal?, lalu yang selalu bersamaku itu siapa?!
Aku mencengkram kepalaku kuat. Beberapa kilasan tentang sebuah kecelakaan na’as masuk dalam ingatanku. Semuanya terasa campur aduk di kepalaku. Kepalaku sakit, sangat sakit. Aku hanya biasa berteriak histeris dan menangis di dekapan Kak Arjuna. Jadi ini alasan kenapa Diana tidak pernah mau difoto, Karena dia hanyalah arwah dari temanku yang sudah meninggal. Dia tau, bahwa dia tidak akan pernah ada di foto itu.
End.
Cerpen Karangan: Maulida Hariati Blog / Facebook: MaulidaHariati