Semburat senja dan riuhnya suara ombak berdeburan di pantai mengiringi kepergianmu. Sore ini di pelabuhan yang menjadi saksi bisu perpisahan antara aku dan kamu.
2 bulan kemudian…. “Selamat pagi…” notif pertama yang aku dapatkan saat membuka handphoneku. Lalu aku balas mengucapkan selamat pagi juga untukmu.
Walaupun kita sudah terpisahkan jarak dan waktu, tetapi kita selalu berkomitmen untuk terus saling memberi kabar. Kamu diujung sana berjuang mewujudkan cita-citamu. Disini aku juga sedang berjuang untuk menggapai cita-citaku. Dan kita berjanji suatu hari nanti kita bertemu dengan gelar yang telah kita dapatkan masing-masing.
Orang mengira kita berdua memiliki hubungan spesial layaknya sepasang kekasih yang menjalin asmara. Namun, kita berdua hanyalah sepasang sahabat yang saling melengkapi dalam suka dan duka. Memang banyak “ah tidak mungkin kalo kamu sama dia hanya bersahabat saja” Namun nyatanya memang begitu, kita berdua hanya bersahabat.
Setiap harinya aku dan kamu selalu bercerita dan bertukar pikiran mengenai aktivitas kita masing-masing. Ketika kamu merasa capek aku menguatkan dan begitupun sebaliknya. Kamu adalah seorang yang aku temui di masa SMA di suatu acara keorganisasian. Dimulai dari situlah kita berdua bertambah akrab dan semakin merasa punya teman yang sefrekuensi untuk bertukar pikiran.
Ting… “Kamu semangat yaa… jangan lupa wish list yang sudah kamu tulis. Terus berusaha insyaAllah jalan kemudahan selalu terbuka untuk kamu” Pesan dan motivasi dari kamu selalu membuat aku sadar bahwa ketika merasa lelah dan ingin menyerah aku tidak boleh begitu saja melepaskan dan melupakan wish list yang ingin aku capai. Oh yaa… kamu selalu menang untuk menjadi moodbosterku.
Perihal perasaan dan asmara, kita berdua sama-sama seorang jomblo yang ditinggal oleh kekasih disaat lagi sayang-sayangnya. Dan kita berdua pernah memiliki janji tidak akan memiliki kekasih lagi hingga nantinya kita dipertemukan oleh jodoh kita masing-masing. Sebenarnya, kita berdua sudah pernah timbul perasaan satu sama lain. Tetapi kita berdua lebih memilih untuk mengedepankan persahabatan kita dibanding perasaan itu.
Suatu hari aku merasa kamu mulai aneh dan berubah. Tidak ada lagi notif pagi yang kamu kirim Tidak ada lagi kata motivasi dan semangat yang kamu kirim. Bahkan perhatian kamu juga tidak lagi ada untukku. Aku berfikir apakah kamu sudah memiliki kekasih disana? Sehingga kamu mulai menjaga jarak denganku? Dalam hati aku berkata, kenapa secepat ini aku harus kehilangan seorang moodboster yang bisa menyemangati hari-hariku? Namun disisi lain aku juga bersyukur dia sudah bertemu dengan jodohnya.
Hari berikutnya kamu meneleponku di malam hari. Pada awalnya kita berdua saling bertukar kehidupan kita sehari-hari, namun ternyata diujung cerita kamu memberikan kabar bahwa kamu sudah memiliki seorang kekasih. Hmmm… dugaanku selama ini benar adanya. Akupun hanya bisa diam. Lalu aku menjawab “baguslah kalau gitu. Semoga kamu sama dia bisa sama-sama terus ya”
Akhirnya percakapan kami berakhir. Dari situ aku mulai berpikir, tidak selamanya orang lain yang akan menjadi penyemangat bagi diri kita. Tidak selamanya kita bisa mengandalkan semangat dari orang lain untuk hidup kita. Karena pada dasarnya semangat hidup yang abadi tumbuh dari diri kita sendiri.
Selama ini aku mengira bahwa dia akan selalu menjadi moodboster hari-hariku. Ternyata salah, seharusnya dari diriku sendiri harus bisa menjadi moodboster. Karena yang lebih paham tentang diri kita adalah ya.. diri kita sendiri.
Semoga aku bisa selalu kuat dan semangat dalam menghadapi kenyataan hidup ini. Aku selalu merindukan kata semangat dan motivasi darimu. Aku berharap kamu tidak lupa dengan persahabatan kita meski kamu telah mendapatkan seorang kekasih.
Cerpen Karangan: Mila Marthasari