Wahyu, Lusi, Joko, dan Denny menuju taman belakang sekolah yang pandangannya menghadap gunung yang indah, enak dipandang mata sama memanjakan mata dengan suasana taman yang begitu adem, asri dengan beberapa jenis bunga, pohon-pohon serta kolam ikan koi. Disitu Joko sedang meratapi nasibnya yang sangat miskin, ia berkeinginan hidupnya seperti Maria yang serba berkepunyaan ini itu ia berkata dalam hati “kapan ya gue jadi orang kaya seperti keluarganya Maria, keluarganya juga harmonis, tajir melintir sedangkan gue itu apa? Yang hanya tinggal bersama nenek di gubuk layaknya kandang domba mau buang air besar pun mesti pakai plastik trrus dibakar dengan sampah” Joko sambil menampilkan ekspresi sedih hingga mengeluarkan sedikit air mata.
Lusi bertanya kebingungan kepada Joko “Cok lu kenapa? Kok jadi mengeluarkan air mata dan ekspresi lu seakan-akan sedih dan merasakan sesuatu perasaan tadi pagi gua liat lu diem-diem aja tidak ngomong tidak menegur, lagi ada masalah apa sih? Cerita dong cok” Denny menyambar pertanyaan Lusi kepada Joko “halah palingan dia juga lagi ngambek atau sebel sama neneknya gara-gara dimarahin, lagian sih lu nge lawan mulu ama orangtua” sambil meledek. “HEH, kok malah kowe yang jawab, aku oran tanya karo kowe” Lusi menjawab sambil agak sebal, kemudian Joko pun merespon pertanyaan yang ditanyakan tadi “aku lagi mikir bagaimana aku iso sukses kayak keluargane Maria, Maria Enak toh apa saja yang dia mau langsung dibelikan lahhh kita apakah bisa dikasih seperti itu?” Sambil memasang muka bingung dan kesal sendiri kemudian Lusi menjawab balik pertanyaan Joko “kok kowe dadi ngomongin itu, aku juga sebenernya kadang-kadang mikirin hal itu tapi ndak aku ambil ribet dan pusing. Rezeki setiap orang Tuhan sudah mengatur cok, lagipula kita masih kecil kan dadi ora usahlah mikirin kek gitu dulu cok kalau sudah besar baru dipikirin dan juga harus ada usaha yang sangat keras untuk mencapai keinginan yang kita mau”, “Iyo cok, apa yang Lusi bilang itu benar kita nikmati saja masa-masa kita ini sebelum kita memasuki hidup yang banyak pikiran dan beban kehidupan yang banyak” ujar Denny sambil memakan buah rambutan hasil dia memanjat pohon ditaman belakang sekolah.
Semuanya sangat mensyukuri keadaan hidup mereka yang sekarang ya walaupun terkadang mereka iri melihat keadaan ekonomi teman-teman yang mampu termasuk juga melirik Maria tetapi dalam konteks bercandaan juga sih. Apalagi si Joko sering iri melihat kehidupan teman lain yang begitu wah sekali, sering menggalau juga karena sering diomelin neneknya karena apa yang diminta terkadang tidak dibolehkan oleh neneknya, mau memaksa kehendaknya sendiri saja tanpa memikirkan apa yang telah diperjuangkan oleh nenek untuknya dan hanya memikirkan kesejahteraannya saja tanpa adanya usaha dan selalu saja menggerutu serta ngomel-ngomel sendiri secara tiba-tiba layaknya seseorang terkena sindrom (gejala atau yang terjadi serentak).
3 tahun sudah mereka lewati, mereka pun sudah duduk di bangku SMA. Mereka berlima sekolahnya sekarang berbeda-beda ya sesuai kemampuan diri dan ekonomi saja sih mampu atau tidak bayar sekolah yang lumayan pada saat itu. Disini suasana sangat sedih karena sahabat mereka yaitu Maria harus pindah sekolah dari Yogyakarta ke London, Inggris karena mendapatkan exchange student (pertukaran pelajar) dengan muka sedih sambil mengelap air mata, Maria mengucapkan selamat tinggal kepada keempat sahabatnya.
“Gua pergi dulu ya cok, sebenernya gua sedih sekali tinggalkan kalian berempat, yang pasti gua akan rindu sama suasana desa ini, sama sahabat serta teman-teman gue disini, tempat inilah dimana gue bisa kenal karo kalian semua, bisa akrab dengan warga tetangga disini, dan juga gua bakal kangen sama masakan neneknya Joko yang uenak pol” Maria berkata sambil menangis tersedu-sedu.
“Kita bakal ora iso lupain kamu Mar, semoga dengan hal ini kamu bisa lebih sukses daripada orangtuamu, bisa bahagiakan mereka, dan juga bisa membuat kami berempat senang karena mempunyai teman seperti kamu yang sangat sayang, pengertian, tulus tidak pelit sama yan lain pastinya kenangan itu tak akan kami lupakan” jawab Wahyu sambil nangis tak berhenti.
“Mar lu hati-hati disana ya jaga kesehatan semoga apa yang lu inginkan tercapai dengan lancar jan lupa untuk selalu berdoa sama Tuhan supaya di lindungi selalu dalam senantiasaNya. Do’ain gue juga ya supaya bisa seperti lu atau bisa nyusulin lu ke London ya walaupun ntah berapa tahun lamanya atau malah tak bisa alias hanya mimpi belaka gue saja” Joko berkata kepada Maria sambil mengeluarkan air mata tetapi sambil tertawa istilahnya seperti nangis terharu sambil sedikit tertawa.
“Jok, ada peribahasa mengatakan “mulutmu harimaumu” apa yang kamu katakan untuk dirimu sendiri dan merendahkan dirimu sendiri itu tak akan berhasil karena kamu sudah menjadi pesimis duluan. Gue tahu jok lu bisa dibilang adalah orang yang tak mampu dalam hal ekonomi tapi gue sangat yakin kalau lu bisa menjadi sukses suatu saat nanti, lu kan memiliki bakat berbahasa Inggris kembangkan dan belajar hal tersebut terus menurus supaya jika ada suatu kesempatan kamu bisa keluar negeri kamu bisa menggunakan bakatmu dengan tidak sia-sia dengan apa yang kamu pelajari selama ini jangan pikirkan yang jauh-jauh dulu tetapi pikirkan dan fokus untuk sekarang karena apa yang kita pikirkan untuk ke depannya belum tentu sesuai harapan yang kita inginkan. Percayalah dengan suatu proses jangan mau langsung instan layaknya mie goreng instan yang sekali dimasukkan kedalam air panas langsung matang dan kita tidak seperti itu” Maria memberitahu kepada Joko atas kepasrahan terhadap hidupnya yang hanya ingin langsung jadi sesuai harapan dan tak memikirkan risiko atau hal yang akan terjadi selanjutnya.
Akhirnya Maria pun naik ke mobil bersama ayah dan ibunya ke bandara untuk menuju ke London, Inggris sambil menangis terharu, tersedu-sedu Wahyu, Lusi, Joko dan Denny melambaikan tangan sebagai bentuk mengantarkan Maria pergi untuk mengejar mimpi selanjutnya disana. Mereka berpikir kapan mereka berempat akan bertemu Maria lagi entah satu, tiga, sepuluh tahun lagi atau malah tidak akan pernah bertemu sahabat kesayangan mereka lagi tidak mungkin juga salah satu dari mereka akan menyusul ke London hanya demi bertemu Maria lagipula mereka tidak mampu juga sih untuk mengeluarkan duit sampe puluhan juta.
Cerpen Karangan: Gerardus Ragha Putra Situmorang / SMP Tarakanita 1 Jakarta Instagram: cocowatermelon_pass