Setelah hampir satu bulan tempat les mereka berdiri sudah ada 16 anak yang daftar ditempat mereka karena anak-anak di kampung itu begitu tertarik dengan bahasa inggris. Disisi lain saat Joko mau pulang dari tempat kerjanya bosnya memanggil ia untuk ke ruangannya karena ingin memberitahukan hal.
“Saya ingin memberikan kamu hadiah, ini merupakan pemberian dari organisasi kita yaitu sebuah tiket gratis untuk kamu pergi, kuliah, jalan-jalan sekaligus mengajarkan budaya Indonesia di Amerika Serikat. Untuk tiketnya bisa kamu ambil setelah adanya konfirmasi dari kamu selama 3 hari, tunggu apalagi Joko saya tahu kamu sangat menginginkan hal ini, saya juga tau ini cita-cita kamu sejak dulu kan?” Bos Joko memberi tahu hal ini kepada Joko sambal meyakinkan dirinya.
“Ini memang keinginan saya dan cita-cita sedari dulu pak, tapi saya harus berpikir-pikir lagi untuk biayanya dan uang yang saya harus keluarkan selama disana. Saya tau saya akan bekerja dan mendapatkan gaji disana tetapi saya memikirkan biaya saya selama disana untuk seberapa besar pengeluaran saya perbulan.” Joko membalas pernyataan bosnya dengan kebingungan sekaligus bimbang tetapi senang.
“Untuk biaya transportasi, akomodasi, dan rumah tinggalnya sudah diurusi oleh organisasi kita yang ada disana Joko, ya tetapi jika pengeluaran tiap bulannya cukup besar tapia palagi yang kamu tunggu ini kan impian kamu sekali nanti disana kamu akan bekerja dengan gaji yang lumayan jika dikurs ke rupiah.” Bosnya meyakinkan supaya Joko terima penawaran itu.
“Iya sih pak, tetapi beri saya waktu dulu ya pak untuk memikirkannya.” Joko bimbang jika ia terima mungkin ia akan kebingungan hidup dan biaya disana tetapi secara itu adalah impiannya.
Lalu ia pulang dan sampai ketika maghrib karena kondisi jalanan akhir-akhir ini macet parah karena adanya perbaikan saluran air. Ditempat lesnya dia membicarakan hal tersebut kepada Wahyu dan Wahyu pun tercengang dan sangat setuju jika ia menerima penawaran bagus tersebut, Joko berpikir mengapa tidak Wahyu saja yang menerimakan penawaran tersebut.
“Cok apakah lu mau penawaran tiket tersebut?” Joko mencoba tawarkan dengan sedikit hati tidak ikhlas. “Lahh bagaimana sih lu, itukan lu yang dapatin kok jadi nawarin ke gue?” Wahyu bertanya balik dan tidak mengerti maksud Joko. “Sebenernya ini impian gue sih cokk tapi gue akan kasih kesempatan penawaran ini ke lu aja yak arena lebih pantes dan juga kehidupan disana lumayan mahal bapak mu sudah pasti akan menjual tanahnya yang di daerah Magelang sedangkan gue gak punya apapun untuk dijual dan juga ilmu lu tentang budaya, sejarah lebih besar daripada gue yang pas-pasan.” Joko memberikan penjelasan sangat detail kepada Wahyu supaya ia mau nerima.
“Oke jika lu maksa gua mau-mau aja tapi lu juga ikut kan?” Wahyu berharap Joko ikut bersamanya yang ternyata tidak bisa karena tiketnya dikhuskan untuk satu orang saja yaitu Joko tetapi bisa untuk orang lain jika pihak yang mendapatkan penawaran tersebut menolak karena alasan tertentu. Setelah menjelaskan lebih lengkap tentang penawaran itu dan akan bagaimannya jika Wahyu tinggal di Amerika, Wahyu pun menangis sebenarnya ia terharu karena itu juga merupakan impiannya tetapi sedih karena sahabatnya dari kecil yang ia kira akan ikut bersamanya ternyata tidak dan akan tetap dikampung ini.
Setelah melalui perdebatan panjang lebar dan banyak menitihkan air mata Wahyu akhirnya setuju karena ia ingin sekali kuliah dan bekerja disana, akhirnya konfirmasi diterima pihak oragnisasi Joko dan menyetujuinya. Dua hari kemudian setelah konfirmasi diterima Wahyu siap berangkat ke bandara menuju Amerika dengan penuh kesedihan ia berpamitan dengan bapaknya tak lupa juga sahabat tercinta yaitu Joko. Joko tak kuasa menahan air mat aitu.
“Gue gak tau bagaimana keadaan gue kalau lu pergi cok, apa mungkin disini gue juga bakal sukses seperti yang lainnya atau malah sebaliknya?” Joko menangis dengan air mata deras dan mukanya sampai merah.
Setelah Wahyu meninggalkan kampung itu Joko pulang kerumahnya dengan pikiran penuh kecewa, nangis sekaligus terharu. Kecewa karena impiannya selama ini bersekolah dan kuliah diluar negeri gagal dengan satu kali kesempatan tersebut menangis karena sahabat yang tingal satu-satunya bersama dia harus berpisah untuk waktu lama hanya dia yang masih tinggal di kampung itu sahabat-sahabatnya semua sudah berubah nasib terharu juga karena membiarkan sahabatnya itu mengejar dan meraih impainnya disana disangat senang jika sahabatnya juga senang.
Tahun 2016 Seseorang perempuan datang dari kota menuju kampung tersebut memakai mobil mewah dan turun di balai desa kampung tersebut yang ternyata perempuan cantik dan kaya itu adalah Maria sahabat Joko sedari kecil. Maria datang ke kampung itu untuk melihat rumah lamanya yang telah terbengkalai sejak 2009 silam karena sekarang ibunya Maria sudah meninggal dunia sejak tahun tahun 2013 karena terkena tumor otak stadium 2. Dia datang bersama ayahnya yang sedang mengobrol dengan beberapa warga desa dan banyak warga yang masih mengenal dirinya, lalu Maria berkeliling kampung untuk melihat-lihat keadaan kampung tempat dulu ia tinggal bersama keluarga kecilnya sambal bernostalgia ria. Bersama dengan pak RT yang baru dan beberapa warga kampung ia mengelilingi blok ia tinggal dulu dan galfok (gagal fokus) dengan tempat les bahasa inggris disamping sekolah negeri yang dulunya adalah tanah milik pemerintah setempat. Lalu ia bertanya kepada pak RT mengenai tempat tersebut.
“Pak, maaf mau tanya. Bukannya tempat bekas sekolah dulu itu tanah kosong milik pemerintah kan? dan itu tempat les apa ya pak soalnya ketika saya kecil belum ada.” Maria bertanya kebingungan sambal mengingat-ingat Kembali tempat ap aitu dulu. “Mbaknya benar itu dulunya adalah tempat kosong milik pemerintah tetapi sudah dirombak menjadi sekolah sejak 2014 karena jarak sekolah dari kampung in ikan lumayan jauh, mbak tau sendirilah. Dan tempat les itu milik seorang anak yang kurang mampu dan tinggal dikampung ini juga sejak lahir dan saya rasa merupakan sahabat kecil mbak juga kok karena dia memasang 5 foto anak kecil dan termasuk foto mbaknya” Pak RT menjelaskan tentang sekolah dan tempat les itu. “Hah, sahabat saya? yang mana sih pak?” Maria semakin kebingungan layaknya orang linglung lupa ingatan. “Mungkin kalau saya jelaskan terlalu panjang mbak lebih baik mbaknya liat langsung saja tidak apa kok” sepertinya pak RT kewalahan menjelaskan kepada Maria.
Lalu maria langsung menuju tempat les tersebut dan kebetulan kosong karena setelah lihat jadwalnya ternyata les mulai jam 13.30 siang setelah anak-anak pulang sekolah. Maria galfok lagi dengan foto dirinya dengan sahabatnya dipasang di dinding tempat les tersebut dan langsung kebingungan dan bertanya-tanya lagi dalam hati. Seketika ia mengingat sahabat-sahabatnya yang dulu mereka semua tinggal dikampung ini tetapi dia masih bingung siapa yang pasang foto mereka berlima ditempat les ini. Lalu Joko masuk ke tempat itu karena ia melihat perempuan itu masuk kedalam dan ia bertanya “Permisi, maaf anda cari siapa ya?” Joko bertanya kebingungan sambil mengingat muka wanita tersebut dan ternyata ia tidak sengaja melihat ada tanda lahir dibagian leher perempuan itu serontak ia ingat Maria yang mempunyai tanda lahir persis juga dibagian leher. Lalu Joko bertanya “Ini Maria bukan sih?” “Eh hiya kok tau, sebentar kok kenal ya?” Maria agak kebingungan
Tetapi ia baru menyadari kalo itu Joko serontak ia berteriak kegirangan dan tak sangka akan bertemu sahabat kecilnya dulu. Maria menanyakan kabar Joko “heyy, apakabar cok sudah lama kita gak bertemu. Ya ampun gue kangen banget lho gak nyangka juga ternyata lu masih tinggal disini” Maria sangat senang bertemu sahabat kecilnya itu. “Ini Maria toh?” ya ampun gue gak nyangka juga lho lu bakal balik kesini lagi sesuai harapan gue dulu, udh lama juga ya gak balik kesini.” Joko terkaget-kaget. “Iyo ini gue, udah berapa tahun ya gue gak balik kesini?” “Mungkin ketika kita lulus SMA dan kau pergi keluar negeri kan?” Joko berusaha meningatnya walaupun sedikit lupa.
Cerpen Karangan: Gerardus Ragha Putra Situmorang / SMP Tarakanita 1 Jakarta Instagram: cocowatermelon_pass