“Poosss…!!!” Teriakan tukang pos membangunkan dari tidur siangku, aku yakin surat kali ini untukku. Ini dari sahabatku Mona. Aku dan Mona sudah hampir setahun saling bertukar surat. Awalnya kami berkenalan dengan tidak sengaja, pada awalnya aku mendapat surat tidak dikenal. Saat aku cek ke kantor pos ternyata surat itu memang nyasar.
Surat itu dari Mona yang bermaksud mengirimnya ke rumah pamannya, kebetulan alamatnya hampir sama dengan alamat rumahku. Semenjak saat itu kami menjadi teman pena, Mona dan aku mempunyai hobi yang sama yaitu menulis. Ternyata benar surat itu dari Mona, segera saja aku membuka amplop berwarna putih dan membacanya.
28 Oktober 2010, Lisa tak terasa hampir setahun kita saling berkirim surat. Oh ya, bulan depan aku berencana mengunjungi kotamu. Aku ingin menghabiskan liburanku di rumah pamanku dan aku juga berencana mengunjungi rumahmu. Aku sangat ingin bertemu denganmu dan mengobrol banyak denganmu, sekian dulu dari aku. Salam hangat, Mona
Segera aku memberi tau ibuku tentang rencana Mona ingin mengunjungi rumah pamannya dan ingin berkunjung kesini. Setelah itu aku langsung menulis surat balasan kepada Mona.
29 Oktober 2010, Mona, aku sangat senang sekali dengan rencanamu ingin mengunjungi rumahku. Tentu aku bersedia, aku juga telah bilang pada ibuku. Ibuku juga senang mendengar rencanamu itu. Aku harap kamu juga menginap di rumahku selama beberapa hari. Kamu akan kesini bulan depan kan, berarti itu beberapa hari lagi. Hati-hati di jalan ya Mona. Salam hangat, Lisa.
Akhirnya pengumuman dari sekolah yang aku tunggu-tungu datang juga, sekolah akan libur. Teman-teman di sekolahku sangat ramai, tidak salah lagi mereka bercerita saat mereka liburan nanti. Tak terasa bel tanda akhir sekolah sudah dibunyikan, keadaan kelas makin ramai setelah mengucapkan selamat libur.
“Aku pulang” teriakku Teriak seperti biasanya, ibuku selalu menyambutku saat aku pulang tapi sekarang ibu di ruang tamu menonton televisi dan menangis “Ada apa bu?” tanyaku Ibuku menatapku dengan tatapan menyedihkan. “Ada apa bu, ada apa?” tanyaku lagi “Temanmu Mona telah mengalami kecelakaan pesawat” kata ibuku terisak-isak “Apa” kataku heran
Reporter di tv mengatakan bahwa pesawat itu telah meledak dan tidak ada satupun orang yang selamat. “Tapi kan bu, belum tentu Mona ada di pesawat itu” tanyaku cemas “Tidak Lisa, paman Mona tadi menelepon ibu dan benar di pesawat itu ada Mona” jawab ibu
Tak terasa aku meneteskan air mata dan segera aku lari ke kamar dan menangis sekencang-kencangnya tak bisa berkata-kata lagi, keinginanku ingin bertemu dengan Mona sudah hilang rencana-rencana yang ingin kulakukan dengan Mona sudah hilang.
Tidak terasa sudah sebulan setelah kecelakaan itu jasad Mona belum ditemukan di liburku kali ini terasa sangat membosankan. Aku merasa tidak semangat karena kejadian tersebut.
“Pooosss!!” Teriak tukang pos membuyarkan lamunanku “Pooosss!!” “Urgghh, mana si ibu?” geretuku Aku ingat aku sedang sendirian di rumah, ibuku sedang belanja ke pasar
Segera aku berlari keluar untuk mengambil surat itu. Ternyata pos mengantarkan sebuah surat yang ditunjukkan kepadaku. Setelah mengucapkan terimakasih kepada tukang pos aku segera masuk dan membuka surat itu.
7 Desember 2010 Sahabatku Lisa, saat kamu membaca surat ini, mungkin ini menjadi surat terakhir yang kuberikan kepadamu maaf Lisa aku tidak bisa menepati janjiku untuk bertemu denganmu. Meskipun kita belum pernah bertemu tapi kamu sahabat terbaikku. Terimakasih ya Lisa kamu telah menjadi sahabat yang paling terbaik bagiku. Salam persahabatan, Mona
Air mata membasahi pipiku setelah membaca surat itu. Yah, memang di dunia ini banyak kejadian yang tak terduga. Saat aku bertemu dengan Mona dan berpisah dengannya itu pun juga tak terduga. Dan juga di dunia ini tidak ada yang abadi. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan cepat atau lambat.
Cerpen Karangan: Priska Septia Blog / Facebook: @fysxaa