Mungkin kita sering mendengar kisah tentang cinta segitiga, tapi pernahkah kau mendengar kisah tiga orang bersahabat yang terlibat cinta segitiga?. Itulah yang terjadi pada Sanjay, Salina dan Shakti. Tiga insan yang bersahabat sejak kecil.
Kisahnya berawal dari permintaan Budi pada putrinya Salina untuk memilih salah satu dari kedua sahabatnya Sanjay dan Shakti sebagai teman hidupnya. Awalnya Salina menolak permintaan ayahnya dengan alasan tidak mungkin ia menikah dengan sahabatnya. Namun setelah difikir fikir yang ayahnya katakan benar juga bahwa tidak ada laki laki yang lebih baik untuk Salina daripada Sanjay dan Shakti.
Setelah menjalani perhitungan yang matang, Salina memutuskan untuk memilih Shakti sebagai pendamping hidupnya yang kebetulan Shakti juga sudah jatuh cinta pada Salina sejak lama namun ia tak pernah bisa mengungkapkan perasaannya. Hingga akhirnya mereka berdua resmi menjadi sepasang kekasih yang tentu saja diberi dukungan kuat oleh sahabat mereka Sanjay. Ya, Sanjay mendukung hubungan mereka.
Tiga bulan kemudian, Budi meminta Shakti untuk segera melamar putrinya. Hal itu tentu saja membuat Shakti bingung sendiri, ia berasal dari keluarga miskin, jangankan untuk menikahi Salina, untuk menafkahi ibu dan adiknya saja ia cukup kesulitan. Tentu saja ia jauh berbeda dengan Sanjay yang berasal dari keluarga kaya raya itu. Akhirnya Shakti memutuskan untuk menerima tawaran kerja ke luar kota. Tentu saja keputusan Shakti itu ditolak mentah mentah oleh Salina dengan alasan ia tak bisa jauh dari Shakti. Shakti berusaha keras untuk membujuk Salina namun tetap tidak bisa, ia pun meminta bantuan pada Sanjay. Dengan usaha keras dua pria yang menjadi sahabatnya itu Salina dapat dibujuk asalkan Shakti berjanji akan segera kembali.
“Sanjay, berjanjilah kau akan menjaga Salina untukku! Karena aku tak tau kapan aku bisa bertemu denganya lagi” ucap Shakti sebelum keberangkatanya. Setelah melakukan salam perpisahan, Shakti pun pergi.
Air mata Salina menetes deras seiring perginya kereta yang ditumpangi Shakti, ia tak bisa membayangkan bagaimana hari harinya tanpa Shakti. Melihatnya, Sanjay pun menghapus air mata Salina dan mencoba menenangkan gadis itu “Jangan menangis Salina, Shakti tidak pergi untuk selamanya, ia pasti akan kembali” ujarnya.
Detik demi detik terus berjalan tak terasa satu tahun berlalu. Satu tahun terakhir ini tidak seburuk yang Salina kira, jarak tidak membuat komunikasi mereka terhenti, Shakti selalu menelpon setiap ada kesempatan belum lagi Sanjay yang selalu menghiburnya saat Salina sedih dan selalu melindunginya kemana pun ia pergi. Rasanya ia menjadi wanita paling beruntung di dunia karena memiliki dua sahabat yang begitu perhatian. Semua baik baik saja sampai seseorang datang dan memberikan kabar bahwa Shakti mengalami kecelakaan di perantauan mobilnya meledak dan nyawanya tak terselamatkan sementara mayatnya hangus dan tak dikenali tapi dari jenis dan plat mobil itu benar benar mobil yang Shakti tumpangi dan ia hanya sendirian mengendarai mobil itu.
Kesedihan mengiringi pemakaman Shakti. Pria itu dimakamkan di TPU di dekat rumah mereka. Salina menangis sejadi jadinya ia tak percaya, kekasih yang selama satu tahun ia harapkam untuk pulang kini telah tiada. Sanjay juga sama ia tak percaya sahabat yang sudah ia anggap saudara kini telah pergi.
Semenjak kejadian memilukan itu Salina terus larut dalam kesedihan. Senyumanya, candaannya, tawanya dan keceriaanya tak pernah lagi terlihat pada diri gadis itu bahkan suaranya pun tak terdengar lagi walau ia tak mengalami kebisuan.
Berbagai cara telah dilakukan keluarganya termasuk Sanjay yang ikut andil yuntuk membuat Salina kembali tersenyum atau setidaknya ia mau bicara, tapi sebanyak itu pula ia selalu gagal. Walau begitu pemuda yang bernama lengkap Aditya Sanjaya itu terus berusaha meski tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan untuk menghibur gadis itu. “Sanjay!” Panggil Salina dengan suara lirih. Rasanya sudah lama sekali dari terakhir Salina memanggil namanya.
“Iya kenapa?” Balas Sanjay. “Firasatku mengatakan bahwa Shakti masih hidup?” Tanya Salina dengan air mata yang menetes dengan deras. Lagi. “Kamu bicara apa sih Salina, mana mungkin Shakti masih hidup bukankah kamu juga ikut saat pemakamanya?” jawab Sanjay, ia tak habis pikir dengan Salina.
Kondisi Salina tak kunjung membaik walau enam bulan sudah berlalu membuat Budi khawatir akan kondisi hidup Salina kedepanya. Sejujurnya ia takut kalau Salina akan terus menerus bersedih seperti itu atau bahkan Salina akan merasa putus asa dan melakukan bunuh diri. Pemikiran pemikiran seperti itu terus menerus memenuhi benak pria setengah abad itu. Melihat kedekatan Sanjay dan Salina membuat Budi berinisiatif untuk menikahkan mereka berdua yang mana idenya itu telah disetujui oleh kedua orangtua Sanjay.
“Tidak! Aku tidak mau menikah dengan Sanjay, dia sahabatku ayah, dan selamanya akan seperti itu” tolak Salina halus. “Tapi sampai kapan kau akan terus terusan seperti ini? Kau pikir orang yang kau tangisi akan kembali? Cobalah pikirkan dirimu Salina! Lagipula Sanjay bukan laki laki yang buruk, kau mengenalnya dan ayah yakin dia juga sangat menyayangimu” jelas Budi pada Salina membuat gadis itu terdiam seketika. Yang ayahnya katakan memang benar, menagisi orang yang telah tiada takkan membuatnya kembali, dan lagipula Sanjay adalah pilihan terbaik. Setelah dipertimbangkan akhirnya Salina setuju untuk menikah dengan Sanjay.
Keesokan harinya Sanjay berlari menuju rumah Salina dan memanggil namanya seperti orang kesetanan. “Kita akan dijodohkan” ucap Sanjay to the point dengan nafas yang masih ngos ngosan. “Aku sudah tau” balas Salina. “Lalu sekarang apa yang harus kita lakukan?” Tanya Sanjay. “Kita hanya perlu menyetujuinya, bukankah kewajinan seorang anak yaitu patuh pada orangtuanya?” jawab Salina membuat Sanjay mematung dibuatnya. “Aku gak salah dengar? Bukankah kau masih mencintai Shakti?” Pekik Sanjay tak percaya. “Biarlah dia menjadi kenangan indah yang tak terlupakan, selama apapun kita menunggu dia takkan pernah kembali” ucap Salina namun tidak ada respon dari Sanjay. “Kenapa kau terlihat gelisah? Apa kau tidak menyukaiku atau ada wanita lain di hatimu?” Tanya Salina kala melihat Sanjay yang hanya diam saja. “Bukan begitu Salina, aku hanya berpikir haruskah aku menerimanya? Maksudku bisakah kau membuka hatimu untukku?” Tanya Sanjay mengeluarkan unek uneknya. “Aku akan mencobanya” jawab Salina diringi senyum tulusnya. Senyum yang selama enam bulan terakhir tak pernah ia tampilkan.
Pernikahan mereka diadakan secara meriah. Namun semeriah apapun pernikahan mereka diadakan, tetap saja ada kesedihan di hati dua orang sahabat yang kini sudah berubah statusnya itu. Tak sulit bagi Salina membuka hati untuk Sanjay. Begitu sebaliknya tak sulit bagi Sanjay untuk mulai mencintai Salina. Tapi tetap saja mau sekeras apapun mereka berusaha, mereka tidak akan pernah bisa melupakan Shakti. Karena meskipun Shakti telah tiada, pria itu masih tetap hidup dihati kedua sahabatnya.
“Kenapa kau terlihat murung? Apa kau tidak bahagia menikah denganku?” Tanya Sanjay di tengah pesta pernikahan yang ramai. Salina menggeleng “Aku bahagia. Aku hanya teringat pada Shakti, dulu dia bilang kalau salah satu diantara kita ada yang menikah, maka yang lainya harus bernyanyi” Salina menghela nafas panjang sebelum melanjutkan perkataanya “Andai kalau saat ini dia masih hidup, pasti saat ini dia sedang bernyanyi” lanjutnya. “Sudahlah Salina, ini semua sudah takdir, kita doakan saja semoga Shakti tenang disisi Nya” ujar Sanjay menenangkan Salina. Pria itu tak pernah gagal untuk menenagkan sahabat yang kini sudah menjadi istrinya itu.
Pagi ini Salina tengah sibuk menyiapkan sarapan didapur. Sudah tiga hari semenjak pernikahannya dengan Sanjay. Rasanya waktu berjalan begitu cepat. Hingga suara ketukan pintu mau tak mau menghentikan aktifitasnya. “Siapa yang datang bertamu sepagi ini?” gumam Salina. Setelah mematikan kompor ia segera beranjak untuk membukakan pintu. Sepertinya sang tamu sudah tak sabar untuk bertemu pribumi, karena sejak tadi ia terus saja mengetuk pintu. Salina mematung setelah membuka pintu dan melihat siapa yang datang. Orang itu, orang yang selama ini ia rindukan. Shakti.
Refleks ia memeluk Shakti erat, air mata kebahagiaannya mengucur deras, ia menangis dipelukan Shakti. Beberapa menit kemudian ia teringat bahwa ia sudah jadi milik orang lain sekarang, ia pun menguraikan pelukanya. “Kamu masih hidup? Bagaimana mungkin?” Tanya Salina
Baru saja akan menjawab suara seseorang memdahuluinya “Siapa yang datang Lin?” ucap Sanjay dengan mata masih terpejam dan suara serak khas orang bangun tidur. Perlahan pria itu membuka matanya, begitu melihat siapa yang datang matanya langsung membelalak, ia menggosok matanya dengan tangan seakan tak percaya. “Shakti! Apakah aku tidak sedang bermimpi?” Ucap Sanjay tak percaya.
“Aku memang masih hidup Sanjay” jawab Shakti. Sanjay mencubit pipinya sendiri kemudian mengaduh kesakitan, berarti ini bukan mimpi. “Lalu siapa yang kita makamkan dan sejak kapan kau kembali?” Tanya Sanjay seraya melepas pelukanya pada Shakti. “Seminggu yang lalu” jawab Shakti.
“Kenapa baru kesini?” Tanya Salina setengah kesal. “Ibu bilang aku tidak boleh menampakkan diri sebelum akad, karena itu bisa membatalkan pernikahan kalian” jelas Shakti. “Maaf Shakti, andai saja aku tahu kau masih hidup aku tidak…” ujar Sanjay “Tidak apa apa Sanjay, aku malah senang atas pernikahan kalian, itu artinya Salina tidak jatuh pada orang yang salah” potong Shakti mengerti maksud ucapan Sanjay.
“Bagaimana kau bisa selamat dari kecelakaan maut itu Shakti? Siapa yang sebenarnya telah meninggal?” Tanya Sanjay penasaran.
“Dia Andika temanku seseorang yang sudah tidak punya siapa siapa lagi dalam hidupnya. Dalam mobil itu aku bersama Andika dan ia yang menyetir. Sebelum kecelakaan itu terjadi rem mobil kami tiba tiba tak berfungsi. Aku menjatuhkan diriku kedalam jurang sementara Andika menabrak pohon dan akhirnya mobil meledak. Aku yang terjatuh tak sadarkan diri menggelantung di dahan pohon yang rindang. Hingga warga setempat menemukan aku, mereka merawatku. Saat aku sadar aku mengalami amnesia. Selama berbulan bulan aku tinggal di perkampungan itu dan setelah enam bulan semua ingatanku kembali dan aku langsung berpamitan pada penduduk kampung untuk pulang. Tapi saat sampai di rumah ibuku memberitauku bahawa kalian berdua akan menikah dan ibu melarangku menemui kalian sebelum akad karena ia takut pernikahan kalian akan dibatalkan jika tau aku masih hidup” jelas Shakti.
“Maafkan aku Shakti” ujar Salina lirih. “Aku yang seharusnya minta maaf Salina karena selama di perkampungan aku jatuh cinta pada gadis lain. Maaf aku tak setia” balas Shakti. “Sudahlah jangan menyesali semuanya, kita terima saja takdir yang telah Tuhan berikan pada kita, karena pilihanya adalah yang terbaik” Ucap Sanjay Bijak
Cerpen Karangan: Kirana Blog / Facebook: Kirana