“Selamat tinggal Ulangan Akhir Semester satu… bye…!!!” itulah kata terakhir yang aku ucapkan setelah selesai UAS. Ulangan UAS bikin aku jengkel. Mungkin kalau orang lain ditanya mana ulangan yang paling sulit ya, pelajaran Matematika. Tapi aku katakan ‘no’ karena menurutku matematika akan lebih mudah jika kita mengetahui rumus dan pastinya isinya tersebut tepat, sama dan tidak ada pilihan yang membuat ragu untuk diisi. Nah pelajaran yang menurutku gampang dipelajari tapi susah dimengerti adalah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Karena bahasa Indonesia perlu kecermatan untuk memilih jawaban, pilihan a-e itu hampir sama dan pastinya akan terkecohkan. Sedangkan bahasa Inggris, kita hanya menghapal aturan Tenses dan kata kerja seperti verb 1, verb 2 dan verb 3 tapi itu tidak cukup. Saat ulangan bahasa Inggris, soalnya itu bikin kita males ngerjainnya. Karena pasti ada kata-kata yang engga kita kenal. Engga tahu itu kata kerja atau kata sifat atau apapun lah. Pelajaran itulah yang bikin konsentrasi buyar.
Tapi guys, selama ulangan pasti kita dapat pengalaman dan hal-hal yang tak terlupakan. Asyik deh kalau udah diribetin sama ulangan. Biasanya aku jarang belajar, cuma pas ada pr doang belajar. Tapi pas ulangan jadi giat belajar. Intinya belajar pas mau ulangan sih, supaya bisa ngerjain dan engga nyontek sama temen. Tapi ada aja setan yang bisikin ke telinga supaya nanya jawaban ke temen, nyontek ke buku. Kadang-kadang yang pelit ngasih jawaban dimusuhin atau dipelitin lagi kalau dia engga bisa ngerjain. Tapi inget, kita bakal nyesel pas udah ngerasain kerasnya hidup dan bagaimana kita hidup tanpa ada yang peduli sama kita.
Disini aku bakalan nulis sebuah cerita yang cukup singkat. Kenapa aku bakalan nulis cerita singkat ini karena cerita ini nyata dan bikin aku nangis.
Awal mulanya, saat hari terakhir ulangan. Bu guru yang ngawas kita lumayan tegas dan sedikit galak. Ini satu-satunya guru yang tegas ngawas kita. kalau yang kemarin-kemarin sih biasa aja. mau ribut, mau nyontek gurunya cuma bilang ‘sssttt’ doang. Tapi guru yang satu ini beda.
“Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh” Bu guru itu menyapa kita. dan kita jawab “waalaikum salam warrahmatullahi wabarakatuh”. Sewaktu bu guru natap kita dan melihat wajahnya saja kita sudah tahu karakter ibu guru tersebut. Sampai ada yang bilang “kayanya galak deh”. Mungkin kedengeran sama bu guru tapi dia abaikan. Bu guru itu asing menurut kita. karena beliau jarang terlihat dan mungkin engga ngajar Cuma sebatas punya jabatan di sekolah ini.
Beliau belum tahu karakter anak-anak kelas ini. Saat beliau masuk pas banget saat kita lagi ribut dan bercanda. Terlihat di dahi beliau yang mengkerut saat masuk ke kelas kita. Nah disitu kita bisa menilai bu guru tersebut. Yang biasanya kita minta jawaban sama temen, nyontek maupun diskusi itu gak bisa (jangan dicontoh ya teman-teman). Bikin kita tegang pas ulangan, apalagi bu guru nya gak bisa diam mondar-mandir ke depan ke belakang.
Tapi kita selamat. Setiap siswa tidak ada yang dapat masalah karena nyontek. Setelah kita selesai ulangan bu guru tersebut meninggalkan kelas. Tapi tiba-tiba kembali ke kelas lagi dan memanggil seseorang. “sini… jangan dihapus, kalau kamu hapus semakin kamu punya masalah besar dengan ibu”. Pastinya kita sekelas kaget dong dengan kata-kata ibu dan langsung mencari siapa yang dimaksud ibu. Aku kira sih, ada yang belum ngumpulin dan ngehapus isi lembar jawaban diganti sama yang benar setelah ibu pergi. Tapi aku lihat engga ada tuh, Cuma teman aku yang lagi pegang handphone ngehadap ke belakang. Dan semua tertuju pada temen aku. Aku sebut saja Lila nama samaran.
Oh ternyata… dia yang ibu maksud. Mungkin dalam hatinya “dag, dig, dug” saat ibu guru manggil dia. ibu guru coba panggil beberapa kali dan temen aku engga mau ngehadap ke arah beliau malah membelakanginya dari jauh. Mungkin begitu kesalnya dengan sikap temanku. Bu guru mendatangi dan mengambil handphonenya dan mencatat namanya. Setelah itu bu guru pergi sambil membawa handphonenya.
Wajah Lila mulai terlihat sedih dan akhirnya menangis. Dia pun menceritakan apa yang dia alami dan hampir pingsan. “ibu itu gak punya perasaan. Padahal udah selesai ulangan. Dan di hp aku gak ada apapun. Gak ada yang negatifnya. Itu hp satu-satunya yang aku punya”. Teman-taman pun memberi kekuatan kepada Lila.
Setelah itu Lila merasa tidak ada yang bisa dilakukan selain memberitahu ibunya hari ini juga. Lalu dia menelpon ibunya menggunakan handpone milik teman sebangkunya. Dia menceritakan masalah tersebut kepada ibunya dan dia memohon agar ibunya mengambil handphonenya. Setelah semuanya keluar dari kelas. Lila dipanggil oleh ibu yang mengambil handphonenya tersebut. Kalau engga salah namanya itu ibu Ike.
Seperti biasa setelah kita belajar. Kita nongkrong di perpus sebut saja itu basecam kita. karena perpus tempatnya mencari wifi bukan buku. Haha… bercanda perpus tempatnya belajar dan mencari buku. Tapi benar kok di perpus suka banyak wifi dan pecinta wifi suka nongkrong di perpus termasuk aku.
Yuk, kita lanjut. Nah di perpus Lila menceritakan yang sebenarnya kepada semua teman-teman yang ada disitu dan menceritakan juga kepada ibu pengawas perpus yang sudah amat dekat dengan kita sebut saja ibu yani nama samaran. Lila mulai menangis. Dia menagis karena ibunya datang ke sekolah hanya untuk dipermalukan oleh ibu Ike. Dalam ceritanya bahwa Lila ikut mendengarkan yang ibu Ike sampaikan kepada ibunya. Di Ruang BK ibu Lila menemui Ibu Ike dan ibu Ike mengatakan “saya tahu apa maksud ibu datang kesini. Pasti ibu mau mengambil hp anak ibu. Tapi saya tidak bisa mengembalikannya. Saya tidak menganak emaskan setiap siswa disini. Kalau saya mengembalikan hp anak ibu saya bisa didemo sama wali-wali yang lain. Tapi untung aja hp anak ibu tidak ada apa-apa. Tapi tetap saya razia hp anak ibu selama 6 bulan sama seperti yang lainnya. Nah untuk anak ibu, saya tidak suka etikanya. Menurut saya, Anak ibu tidak mempunyai etika yang benar. Dia bukannya menghampiri saya malah membelakangi saya”. Lalu dengan nada akan menagis Lila berkata “loh, saya refleks bu, ibu tiba-tiba balik lagi ke kelas dan ada di hadapan saya. Ya saya langsung membalik”. Setelah perdebatan itu selesai ibu Lila pulang dan Lila memutuskan untuk tetap di sekolah.
Menurut Lila “Ibu Ike itu kejam. Dia engga punya perasaan. Aku dibilang engga punya etika di depan mamahku. Aku tahu yang dirasain mamah saat ibu Ike bilang gitu. Secara engga langsung bu Ike itu bilang Mamahku tuh kaya engga bisa ngedidik aku dengan benar. aku sayang sama mamah. Aku engga mau sampai mamah dibilang kaya gitu. Biar aku aja yang dimarahi, dijelekin sama ibu Ike. Jangan mamahku. Aku tahu, mamahku juga mau nangis tapi dia tahan. Aku nyesel udah nelpon mamah dan nyuruh mamah ke sekolah buat ngambil handphone yang nyatanya handphonenya ga bisa diambil. Aku harusnya intropeksi diri. Ini masalah aku, aku udah gede ngapain aku libatin mamah. Jadinya kan kaya gini”. Dan setelah Lila bercerita sambil menangis aku juga ikut merasakan jiak aku ada di posisi Lila. Aku terharu dengan cerita Lila saat debat dengan Ibu Ike karena menurutku Lila anak baik dan dia punya maksud bawa hp ke sekolah. Tidak seperti siswa-siswi yang bawa hp cuma buat smsan sama pacarnya dan digunain yang engga bener. Ibu Ike sudah biasa menangani siswa-siswi yang bermasalah karena hp. Dan hp yang dirazia, di dalamnya banyak hal yang mengejutkan. Seperti sms-sms yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang murid. Foto–foto yang tidak sopan. Itulah mengapa ibu Ike tetap bersikeras menahan hp Lila. Meskipun bersih dari hal apapun.
Semoga murid yang bawa hp dengan alasan yang jelas dan jujur bisa berhati-hati. Dan gunakanlah hp jika perlu. Jika tidak perlu jangan digunakan. Nah, ingat buat teman-teman, kita bawa hp bukan buat untuk hal yang tidak diperlukan. Karena setiap sekolah pasti ada peraturan ‘tidak boleh membawa hp’. Jadi jika tidak diperlukan tidak usah membawa hp. Terus pasti ada yang bilang “nanti engga smsan sama pacar dong” nah pendapat saya, pacaran itu privasi setiap orang. Kita harus bisa meluangkan waktu. Coba fikir kalau di razia trus ketahaun sms-sms yang engga bener, kan gawat dan bisa di Drop Out beberapa hari dan namanya dicemar burukkan. Udah di DO, namanya dicemar burukkan, hp nya di tahan 6 bulan pula. Mending yang kaya gitu engga usah bawa hp.
Nah… ini contoh untuk murid yang selalu membawa handphone ke sekolah. Sekarang logika aja deh, peraturan sekolah telah kita baca atau kita ketahui sebelum masuk menjadi murid sekolah yang kita inginkan. Tapi nyatanya engga kita kerjakan, mungkin karena ada alasan tertentu. Murid yang baik ada alasan yang baik pula. Nah engga tahu tuh murid yang nakal. Bukannya menilai murid nakal itu buruk tapi biasanya seperti itu. Kita punya alasan jelas mengapa bawa hp.
Saya seorang murid, saya tahu alasan kenapa bawa hp karena untuk memberitahu kepada orangtua keadaan kita. Sekolah saya itu mendisiplinkan muridnya untuk masuk pada jam 06.45 dan pulang jam 04.00. Kadang-kadang kita pulang malam, alasannya mengerjakan tugas kelompok atau mencari bahan materi yang kita butuhkan. Nah itu mengapa kita bawa hp.
Cerpen Karangan: Nurannisa Widiawati Blog: nisawidia4ever.blogspot.com