“Ah… aku lupa ini, Ini juga. Aduh gimana ini?” kataku dalam hati. Hari ini sedang ulangan harian pelajaran yang tidak aku sukai. Ini adalah pelajaran IPA. Tak tahu mengapa aku tidak suka pelajaran yang satu ini.
Kulihat teman-teman sekelasku sibuk mengerjakan soal. Mulut mungil mereka terkunci rapat. Tidak ada seorang yang berani berbicara kepada teman lainnya. Guru yang menjaga ulangan ini adalah guru pelajaran IPA. Bu Vera adalah guru tergalak bagi kelas VII H. jika bersama Bu Vera, kelas VII H yang sebelumnya ramai seperti pasar menjadi diam tanpa kata.
Pelajaran IPA adalah pelajaran pertama, jadi tidak ada waktu bagiku untuk belajar. Jariku berada di dahi yang lebar ini seolah sedang berpikir. Tetapi, yang aku pikirkan bukan tentang pelajaran ini. Buku yang ada di dalam laci kukeluarkan dengan hati-hati. Sesekali aku menoleh ke kanan dan kiri. Setelah kurasa aman, aku segera menarik buku itu tanpa ragu.
Aku tidak berhenti menyontek buku ini. Mungkin semua soal aku kerjakan dengan menyontek. Aku pun sampai tak tahu jika Bu Vera lewat di sampingku. “Ehm… ehm” suara itu menghentikanku yang sedang asik menyontek Aku segera mencari asal suara tersebut. Ternyata itu Bu Vera. Aku gugup sekali. Bingung harus menjawab apa. “Salma! Apakah kamu menyontek?” “Anu… Bu… ehm” suaraku gugup hingga tidak bisa berkata selain itu “Sekarang kamu harus berdiri di depan sana dan mengangkat satu kakimu!” Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku segera ke depan kelas. Tiba-tiba, bruk! Aku jatuh di lantai kelas yang kotor ini. Teman-teman semuanya menertawakanku. Aku pun berdiri dengan muka cemberut. Berdiri di depan kelas dengan satu kaki rasanya berat bagiku. Hari ini, tanggal 12 Juni 2013 adalah hari tersialku. Aku tak akan melupakan ini semua. Tapi akhirnya, aku jera dan tak mau mengulanginya lagi.
Cerpen Karangan: Novinda Dyas Endrawari Facebook: Novinda Dyas