Seperti biasa emak Limbok selalu membuka daun jendela kamar Limbok setiap pukul 05.30 pagi. Jendela kamar sudah terbuka sejam lalu, namun Limbok masih saja mengeluarkan dengkuran. Kedua kakinya yang besar, padat mengapit guling. Seandainya guling itu makhluk hidup, pastilah sudah lama mati lemas karena dijepit paha Limbok. “Mbok… bangun,” seru Emaknya dari dapur. Tubuh Limbok tak bergeming. “MBOKK…” seru Emaknya yang kedua kali. Kali ini lebih melengking.
Tubuh Limbok mulai bergerak. Kalau tadi tubuhnya miring ke kanan dan kedua kakinya mengapit guling kali ini berubah. Ia menggeliat sejenak. Kemudian tubuhnya beralih miring ke kiri. Matanya tetap saja terpejam. Kedua kakinya kembali mengapit gulingnya. Tiba-tiba ada rasa dingin dan benda cair mengalir di pipi kanannya. Srtt… Tangan kanannya secara refleks mengusap pipinya. Serta merta ia membuka matanya.
“Air…??” katanya serak. Sambil melap pipinya.
Kedua matanya yang masih terkantuk-kantuk itu melihat sosok manusia di depannya. “Molor lagi… BANGUN!!” seru emaknya, “jika kamu enggak bangun, Emak akan siram air ke wajahmu.” “Ini kan libur Mak,” Limbok membela diri. “Libur itu bukan lantas bermalas-malasan.” “Limbok enggak bermalas-malasan Mak, Limbok sedang melakukan perintah Pak guru,” “Hahh.. perintah Pak guru apa itu?” ujar emaknya ingin tahu. “Mimpi yang banyak meraih prestasi.” jawab Limbok sambil kaki kanannya memainkan gulingnya. “Apa itu?”
“Begini Mak, dalam libur ini kita diminta Pak guru untuk mimpi meraih prestasi sebanyak-banyaknya.” “Mimpi meraih prestasi, apaan tuh?” “Ya… seperti mimpi menjadi juara kelas, mimpi menjadi sarjana atau mimpi menjadi pengusaha sukses dan masih banyak lagi.” Emaknya mencoba menahan diri. “Lalu Mbok… apa gurumu mengajarmu tiap hari tidur, molor sampai tengah hari untuk dapat menjadi sarjana?” “Enggak sih Mak,” jawab Limbok kalem.
“Mimpi itu harus diwujudkan dengan…” “Dengan apa, ayo…” potong emaknya. “sepertinya dengan bee…llla…jarr, rajinnn, dan..” Limbok mulai gemetaran. “Lalu kenapa kamu bangunnya molor melulu,” tanya emaknya yang majahnya mulai tanpak kesal. “Abis Mak, Limbok harus tidur supaya banyak bermimpi.” “Mimpi itu artinya cita-cita Mbok… Itu berarti kita harus belajar yang rajin, bukan tiap hari tidur tiap hari kerjanya tidur seperti kamu ini…” sergah emaknya sambil tangan kanan menjewer telinga Limbok. “Iya.. iya Mak.. aku akan mandi…” seru Limbok.
Kali ini Limbok terpaksa bangun atau telinganya akan molor kayak telinga gajah. Sejak saat itu Limbok belajar bahwa mimpi menjadi orang berprestasi itu harus diraup dengan tekun belajar dan disiplin bukan banyak tidur supaya banyak bermimpi.
The End
Cerpen Karangan: Elsa Puspita Ronald Blog: blogspot.kampungmarindu.KM.co.id Oh ya teman-teman tolong komentar yah. And jangan tiru sifatnya limbok yah jangan banyak tidur supaya banyak bermimpi. Oke hahahaha sampai jumpa.