Namaku Ahmad, aku seorang Yatim piatu. Orangtuaku meninggal dunia karena kecelakaan, dan sekarang aku hanya hidup sebatang kara di tempat yang mungkin tak asing lagi bagi kalian. Yaa.. aku hidup di bawah kolong jembatan. Ini adalah kisah hidupku yang penuh perjuangan. Pagi itu aku bangun tepat jam 05.00 dan seperti biasa aku tak pernah bangun terlambat. Dengan keadaanku yang serba kekurangan seperti ini tidak menjadikan alasan bagiku untuk melupakan kewajibanku sebagai seorang muslim.
Aku selalu menyempatkan diri untuk sekedar menenangkan hati dan pikiran dengan salat lima waktu. Dan aku selalu menjadikan waktu sebagai motivasiku. Pukul 06.00 aku selalu siap untuk berkeliling menyusuri dinginnya lorong dan jalan raya untuk menjajakkan keripik singkong yang aku buat sendiri. Setiap pagi aku tak pernah absen untuk mengunjungi rumah, toko atau tempat yang biasanya dengan setia membeli keripik singkong buatanku.
Bahkan hingga siang berkeliling menjajakkan keripik, aku tidak peduli dengan teriknya matahari yang menusuk ubun-ubun. Aku tidak pernah menyerah. Aku terus berjalan hanya demi mendapatkan sesuap nasi saja. Entah kenapa ketika aku dipertemukan dengan kesulitan hidup, aku tidak pernah mengeluh dan selalu tersenyum manis, seolah-olah tidak ada beban pada diriku ini. Aku hanya tidak ingin orang lain mengetahui sisi kelamku. Biarlah mereka mengetahui sisi baikku saja.
Suatu hari seperti biasanya, aku menyusuri jalan raya dan lorong-lorong dengan penuh harapan dan semangat yang menggebu-gebu. Dan tibalah aku pada tempat yang mungkin tak asing lagi bagi kalian, dan mungkin tempat itu juga hampir kalian kunjungi setiap harinya. Ya.. itu adalah sebuah Sekolah, tepatnya SMA BUDI LUHUR. Salah satu sekolah elit dan bermutu di kotaku. Aku selalu berdiri di depan pagar sekolah untuk menunggu jam istirahat mereka. Waktu terus berjalan, dan alhamdulillah keripikku terjual habis.
Tanpa disadari hampir setiap hari aku selalu mengunjungi sekolah itu. Dan entah kenapa ketika aku melihat anak-anak sebaya denganku yang dapat dengan mudahnya menikmati pendidikan tanpa beban. Aku selalu iri dengan mereka. Bukankah aku dan mereka adalah sama-sama anak negeri ini? Memiliki keinginan, potensi dan Hak yang sama? Akan tetapi kenapa hanya mereka saja yang mendapatkannya. Apakah Si anak Yatim Piatu yang miskin ini tidak berhak mendapatkannya? Bukankah aku juga anak bangsa yang memiliki hak yang sama seperti mereka?
Dan ketika aku berdiri di depan pagar sekolah, melihat mereka dengan seragam putih abu-abunya. Aku menatap mereka dengan penuh mimpi dan berdoa dalam hati. “Ya Allah… Apakah hanya mereka si kaya saja yang memiliki hak memperoleh pendidikan, dan apakah aku si miskin tidak memiliki hak seperti mereka, bukankah aku juga anak bangsa. Bisakah aku seperti mereka ya Allah?” Ya itulah doaku dalam hati.
Cerpen Karangan: Maya Hermawati Heryadi Facebook: Maya Hermawati Heryadi Nama: Maya Hermawati Heryadi Sekolah: SMA NEGERI 10 KABUPATEN TEBO