Hai! Namaku Shafira Maulidya, biasa di panggil Fira. Aku sekarang duduk di bangku SMA, tepatnya di kelas 9. Aku anak sulung dari dua bersaudara. Aku hidup di keluarga yang biasa-biasa saja, dan sekarang ini ekonomi keluargaku sedang terpuruk. Cita-citaku ingin menjadi seorang dokter. Tetapi mungkin cita-citaku ini tidak akan tercapai, karena ekonomi keluargaku yang tidak mendukung. Tidak hanya itu impianku yang ingin kuliah di luar negri pun pupus sudah. Aku tidak ingin menambah beban orangtuaku karena keinginanku. Man Jadda Wa Jadda, semua akan mungkin jika kita berusaha. Tapi aku tidak putus asa, aku yakin bisa.
Bel sekolah berbunyi, teeet.. teet.. semua murid berhamburan masuk dalam kelas. “Baiklah anak-anak, ibu hanya ingin mengingatkan bahwa besok senin kalian akan menghadapi UNAS, rajinlah belajar agar nilai kalian memuaskan.” kata Bu Rahma. “Eh, Fir belajar kelompok yuk nanti siang, mau kan?” Tanya Fia. “Ehm, mau di mana?” Tanya Fira. “Di rumahku aja, sekalian kamu ngajarin aku, kamu kan pintar”. “Iyah,” .
Siangnya “Assalamualaikum, Fia,” kata Fira. Tiba-tiba seseeorang membukakan pintu, itu Fia. “Waalaikumus salam, ayo masuk Fir, tumben telat,” kata Fia. “Iya, tadi aku harus bantuin ibu dulu soalnya, aku lama ya?” Tanya Fira. “Enggak kok,” kata Fia. Aku dan Fia mulai belajar, kami membahas tuntas dan mengerjakan latihan UNAS, kebetulan aku dan Fia sama-sama IPA.
Kami berdua saling berbagi, terkadang Fia mengajariku bahasa Indonesia, karena aku masih kurang dalam pelajaran itu, terkadang aku mengajari Fia Fisika karena masih kurang dalam pelajaran itu, Fia berasal dari keluarga kaya, ayahnya pemilik perusahaan besar. Meskipun begitu, cita-citanya ingin menjadi psikolog. “Hmm, Fir aku mau ambil jurusan apa?” Tanya Fia sambil menulis. “Awalnya sih, kedokteran tapi aku ragu, karena biayanya mahal, kamu tahukan kondisi keluargaku seperti apa,” jawab Fira sambil membaca bukunya. “Eh, kenapa kamu nggak yakin, berusahalah, kamu kan selalu dapat nilai yang terbaik, mungkin kamu bisa kan dapat beasiswa,” kata Fia meyakinkan. “Iyah, sih tapi saingannya banyak banget,” kata Fira. “Coba dulu kali, oh ya ada Pameran Pendidikan hari minggu,” kata Fia sambil meletakkan Pensilnya. “Kita bisa pergi bareng, aku juga mau cari informasi sekolah ke luar negeri” kata Fia. Aku sangat tertarik dengan apa yang dikatakan Fia tadi, kenapa ya aku nggak pikirin sejak awal. Aku ingin sekali mewujudkan cita-citaku ini, aku ingin memperbaiki ekonomi keluargaku.
Senin. Aku berangkat ke sekolah dengan membawa tasku. Aku sudah berusaha belajar dan berdoa, aku ingin tunjukkan aku bisa. Saat mengerjakan, aku berusaha teliti dan memahami soal yang aku anggap sulit, setelah selesai aku periksa lagi pekerjaanku. UNAS mungkin menjadi hal menakutkan bagi sebagian siswa, tapi aku tidak putus asa, aku sudah mempersiapkannya sejak awal.
Hari terakhir UNAS. Hari terakhir, aku ingin buktikan bahwa selama ini aku bersekolah tidak sia-sia. Aku kerjakan soal-soal ini dengan mudah.
Hari Minggu. Aku sedang menunggu mobil Fia, hari ini katanya dia akan menjemputku untuk menghadiri Pameran Pendidikan, sudah jam Sembilan dia belum datang juga. Ada sebuah mobil berhenti di depan rumahku, kulihat di dalamnya ada seorang perempuan yang sedang melambaikan tangan ke arahku, itu Fia. “Fiaa!!” aku memanggilnya, aku berlari ke arah mobil itu, dia lalu membukakan pintu. “Maaf ya lama” kata Fia. “Nggak apa kok,”. Mobil kami pun melaju menuju tempat pameran. Tak lama kemudian kami sampai di tempat Pameran, ramaii sekali. Ternyata tempatnya di Hotel, Pameran pendidikan internasional. Aku dan Fia masuk dan mencari informasi tentang kuliah kami.
Lama kami mencari, akhirnya Fia mendapat informasi jika ada jurusan Psikologi di Universitas Collage London, biayanya pun fantastis, sekitar tiga ratus juta, tapi tak menjadi masalah untuk Fia karena keluarganyanya yang kaya raya. Sedangkan aku, aku hanya mengikuti Fia, aku malu. Setelah itu Fia menjakku untuk mencari informasi jurusan Kedokteran, dan kami menemukan informasi jurusan kedokteran di Harvard Medical School, ketika Fia bertanya biaya kuliahnya, aku tercengang biayanya mencapai 720 juta, tetapi ada beasiswa bahkan rata-rata mahasiswanya mendapat beasiswa, aku tertarik dan akan mengikuti tes TOEFL dan IELTS sebagai syaratnya, tesnya diadakan sau minggu lagi, Pengumuman nilai UNAS ternyata besok aku berharap semoga nilaiku baik.
Keesokannya, aku mencari namaku di daftar siswa yang lulus, dari atas sampai bawah. Dan ternyata aku LULUS, nialiku pun paling tinggi sesekolah dengan nilai 58,90, aku mendapat nilai sepuluh untuk mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia dan Bahasa Inggris, begitupun dengan Fia, dia lulus dengan nilai bagus yaitu 55,30 dia mendapat nilai sepuluh untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Aku sangat senang, impianku untuk menjadi Dokter akan terwujud.
Seminggu kemudian, aku meningikuti TES, jumlah siswa yang ikut pun banyak sekali dan berbeda jurusan, karena TES ini menjadi syarat kuliah di luar negeri. Tesnya terdiri dari reading, listening, speaking dan writing. Aku optimis karena sudah lancar berbahasa inggris. Beberapa hari kemudian hasil tes diumumkan, aku senang sekali, karena nilaiku sudah memenuhi untuk kuliah di luar negeri, aku mendapat nilai untuk TES TOEFL 530 dan IELTS 7,5. Cita-citaku tercapai, aku sekarang akan kuliah di Harvard University di Fakultas Harvard Medical School, kampusku merupakan kampus kedoteran terbaik sedunia.
Empat Tahun kemudian aku lulus dengan IPK cumloade 4,00. Rata-rata mahasiswa di sini mendapat IPK 3,93, akupun memutuskan untuk menjadi Dokter di Indonesia agar tidak jauh dari keluargaku. Tidak sampai aku melamar ternyata banyak sekali tawaran untuk menjad Direntur di rumah sakit terkenal, aku mengambil tawaran di Rumah sakit yang dekat dengan rumahku. Cita-cita dan impianku sekarang terwujud berkat kerja keras dan dukungan dari sahabatku Fia, dan ini semua tidak lepas dari kehendak Allah. Aku kehilangan kontak dengan Fia, karena keluarganya pindah ke Jakarta. Aku mengotak-atik handphoneku, dan berusaha menemukan nomor Fia. Ternyata masih ada nomornya. Aku berusaha menelpon tapi nomornya mati. Aku bertanya pada salah satu tetangganya, dan kata tetangganya dia sekarang kuliah di Inggris, aku ikut senang sekali, ternyata sahabatku pun berhasil. Allah tidak akan merubah nasib hambanya jika hambanya sendiri yang akan merubahnya, ingatlah jika kamu berusaha dan yakin kamu pasti bisa, kamu akan meraih yang kamu inginkan. Kamu juga tidak putus asa dan Pantang menyerah, Yakinlah kamu bisa. Kamu akan berhasil meskipun keadaaan yang tidak mendukung. Belajarlah dari kesalahmu. Sukses tidak bisa diubah dengan harta, tetapi harta bisa di ubah dengan sukses, sukses adalah kumpulan dari kerja keras kita, If you born poor is not your mistake, but If you die poor it is your mistake. Segala sesuatu akan indah pada waktunya.
Cerpen Karangan: Arya Nugraha Aulia Rahman Yusup Facebook: Arya Nugraha