Mengingatkanku pada sebuah perjuangan seorang gadis yang ingin menggapai impiannya kala itu. Tepat setahun yang lalu.. Ia baru saja lulus SMA. Seperti siswa pada umumnya, ia ingin melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah. Semua memberi pendapat. Keluarga, sahabat, guru hingga orang yang mungkin belum ia kenal sebelumnya. Dalam hatinya ia berkata Apa yang harus aku lakukan? Mana yang harus aku dengar? Mana yang harus aku ikuti? Semua ini membuatku bingung dan muak
Libur panjang setelah pengumuman ujian telah tiba. Ia dinyatakan lulus. Namun kata “lulus” saat itu belum memberinya angin segar. Waktu terus bergulir hingga waktu pengumuman seleksi jalur rapor tiba. Tulisan warna merah dengan kata “maaf” yang tertera. Ya, ia gagal melalui jalur itu. Hatinya makin bergejolak melihat teman-temannya yang sudah lolos tahap itu. Masih ada jalur ujian tertulis yang menunggunya. Ia menunggu dengan secuil harapan yang tersisa. Sembari menunggu waktu ujian tertulis tiba. Ia mencari informasi beberapa perguruan tinggi swasta yang sudah membuka pendaftaran. Ada satu perguruan tinggi swasta yang menarik minatnya. Ia merenung dan memikirkan apa yang harus ia lakukan. Aku bilang ke Ibu aja kali ya
“Bu, apa kuliah itu harus di negeri ya? Kalo swasta gimana?” Tanyanya kepada ibunya “Ya gak harus, tapikan kalo negeri bisa gampang cari kerja dek” “Ibu sama ayah pengen aku masuk jurusan apa emangnya?” “Ibu sama ayah sih pengennya kamu di Biologi Murni atau Kedokteran Hewan dek. Biar sesuai sama jurusan kamu sekarang. Kan kamu dari IPA” “Oh, iya buk. Biar aku pikirin dulu” Ia kembali ke kamarnya dan merenung
Apa? Biologi murni? Dokter hewan? Aku gak pengen itu semua. Aku merasa gagal di jurusanku sekarang, dengan hasil ujianku yang semua nilainya pas-pasan. Andai ibu bapak tau apa yang aku rasakan saat ini. Aku bingung. Aku muak menjadi boneka yang selalu diam.
Ia membuka web mengenai perguruan tinggi swasta yang menarik minatnya kemarin. Entah apa yang membuatku tertarik denganmu, hingga aku berkali-kali membuka web ini. Seperti ada magnet yang menarikku dan aku seperti melihat jiwaku disana. Aku ingin mencoba tes masuk perguruan tinggi swasta ini. Ia mulai mengumpulkan keberanian untuk mengatakan kepada kedua orangtuanya. Bahwa ia ingin mencoba tes masuk perguruan tinggi swasta itu.
Di ruang keluarga, ia menghampiri kedua orangtuanya.. “Bu, yah aku ingin mencoba tes masuk perguruan ini” “Ini di Bandung kan ya? Apa gak kejauhan?” timpal ayahnya “Iya yah, ini di Bandung. Gak papa kan? Biar aku juga belajar mandiri” “Mau ambil jurusan apa disini?” sahut ibunya “Aku pengen ambil jurusan yang gak ada IPAnya buk” “Loh bearti mau ambil jurusan IPS?” kata ayahnya “Iya yah. Aku rasa pilihanku di IPA kemarin salah, kemarin di SMA aku udah nurut ayah sama ibu buat masuk jurusan IPA. Tapi di bangku kuliah ini, aku mohon. Aku pengen milih jurusan yang benar-benar aku inginkan, bukan karena ibu, ayah atau siapapun” “Ya sudah, ibu dan ayah setuju aja asal kamu seneng” kata ibunya Persetujuan dari kedua orangtuanya membuat gadis itu semakin bersemangat. Setiap hari ia belajar demi tes yang akan ia hadapi. Sampai suatu hari..
“Ibu, kalo aku di Bandung bakalan di tengok gak?” “Siapa yang mau ke Bandung? Masih ada kesempatan buat ujian tertulis. Ibu mau kamu kuliah yang deket aja” Kata-kata itu membungkam mulutnya. Ia tertegun dan hanya diam mendengar perkataan ibunya. Semangat yang sudah dibangun seakan roboh dan hancur berantakan. Apalagi ini? Liburan panjang atau penyiksaan panjang? Sesak rasanya. Aku kehilangan oksigen untuk bernapas walaupun di sekelilingku penuh dengan oksigen.
Di sebuah chatroom, ada seseorang yang memberinya semangat untuk menjalani tes masuk tersebut. Ya dia teman yang baru ia kenal.
“Gimana ya, aku serasa pesimis buat tes besok” “Jangan pesimis dong, ayo semangat. Tetep dijaga ya semangatnya. sampai ketemu di Bandung..”
Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari hingga tiba waktu untuk tes masuk perguruan tinggi swasta itu. “Ibu, ayah, aku berangkat dulu ya. Do’ain tesnya lancar” “Iya, ibu sama ayah do’ain yang terbaik buat kamu” jawab ayahnya “Ibu harus ikhlas ya aku kuliah di Bandung, biar nanti tesnya juga lancar kalo ibu udah ikhlas. Ini yang aku mau bu, aku harap ibu bisa ngerti” “Ibu ikhlas, asal kamu seneng” Setelah berpamitan dengan kedua orangtuanya. Ia bergegas berangkat untuk mengikuti tes masuk.
Tes masuk telah usai. Ia menunggu dengan cemas ‘Gimana kalo aku gak lolos? Aku udah pengen banget masuk perguruan tinggi ini. Kalau aja pengumumannya sebelum tes tertulis. Aku gak mau ikut tes tertulis lagi’. Hatinya semakin gelisah dan rasa pesimis semakin menggerogoti semangatnya.
“Ibu, kalo seandainya aku gak lolos semua gimana ya?” “Masa sih, putri ibu gak ada yang lolos. Pasti ada yang lolos kok”
Tes tertulis tiba, ia berangkat dengan setengah hati. Saat berpamitan dengan ibunya ia berkata “Ibu, sejujurnya aku udah gak pengen ikut tes ini lagi. Aku berharap untuk tidak lolos seleksi ini” Menunggu adalah sesuatu yang menyebalkan. Begitu pula yang dirasakan oleh gadis ini. Di ambang ketidakpastian.. Ia selalu berdo’a dan memohan yang terbaik untuknya. Harapannya hanya satu. Ia ingin lolos tes masuk bukan tes tertulis. Gelisah mulai menjadi-jadi. Hari-hari yang ia lewati penuh dengan ketidakpastian. Hingga tiba pengumuman tes masuk. Aku yakin aku lolos, pasti lolos
Tulisan berwarna hijau dengan kata “selamat” tertera di web perguruan tinggi swasta itu. Seperti bangkit kembali dan bisa bernapas dengan lega. Kabar gembira ini ia beritahukan kepada kedua orangtuanya. Kedua orangtuanya merasa senang melihat senyum di wajah putrinya. Kini ia tak menghiraukan hasil tes tertulis lagi. Lolos atau tidak, ia akan tetap memilih perguruan tinggi swasta itu.
Sudah terhitung dua semester ia menimba ilmu di perguruan tinggi swasta itu. Ia merasa menemukan jati dirinya disana. Ia juga mendapat teman-teman yang menyayanginya dan dapat mengikuti pelajaran dengan baik.
This is me..
Sejatinya kita kuliah dimana pun itu sama saja. Jangan merasa rendah apabila kuliah di swasta, begitu sebaliknya jangan merasa tinggi kuliah di negeri. Timbalah ilmu sesuai dengan keinginan dan kemampuanmu. Kuliah tak lagi sama dengan SMA, apalagi jika merantau. Terpaan angin di luar akan semakin kencang. Carilah jati dirimu disana, buat dirimu senyaman mungkin menghadapi kehidupan yang kian lama kian keras ini. Ikuti kata hatimu dan apabila rencanamu belum berjalan, yakinlah rencana-NYA sedang berjalan..
TAMAT
Cerpen Karangan: Halimah Nur Alifia Blog / Facebook: Halimahnuralifia.blogspot.com / Halimah Nur Alifia Namaku Halimah Nur Alifia, panggil aja Fia. Aku sekarang kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta.