Kita sebut saja namanya Ryan, Ryan adalah siswa Alumni MAN di daerahnya yang baru saja dinyatakan lulus, malam itu setelah pengumuman kelulusan UN pada siang hari di seluruh indonesia secara bersamaan, keesokan harinya adalah pengumuman kelulusan bagi calon mahasiswa baru yang mendaftar melalui jalur SNMPTN. Sebelum pengumuman UN ryan dan ayahnya sempat berbicara mengenai kelanjutan pendidikannya, karena faktor ekonomi yang kurang kondusif pada masa itu, setelah lama berbicara akhirnya lahir sebuah keputusan dimana ryan tidak akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi (KULIAH).
Malam itu, adalah pengumuman kelulusan calon mahasiswa baru yang mendaftar melalui jalur SNMPTN, beberapa pesan singkat sempat masuk kedalam telepon genggam milik Ryan, yang isinya “selamat ya Ryan” dan kebetulan esok adalah hari kelahiran Ryan, Ryan lantas berfikiran apa kawan-kawannya lupa dia lahir esok hari, bukan hari ini. Dengan sedikit merasa aneh dan lucu kemudian ryan membalas pesan singkat dari teman-temannya, “maaf kawan-kawan saya ultahnya besok, bukan hari ini, apa kalian sudaah lupa? hehehe” ujar Ryan, lantas salah satu dari sahabatnya kembali membalas, “eh, ini kado terindah yang tuhan berikan, kami tahu kamu ultahnya besok, tapi kami ucapkan selamat karena kamu lulus SNMPTN” pungkas temannya.
Lantas Ryan terbaring di kamar sambil menatap langit-langit kamarnya, seraya memikirkaan bagaimana caranya mengambil kesempatan ini setelah adanya keputusan sebelumnya bahwa ryan dan orangtuanya sepakat Ryan tidak melanjutkan pendidikan tahun ini. Tiba-tiba telepon genggam milik Ryan berdering, kemudian ryan melihat ke layar hp ternyata nomor baru, tanpa berlama-lama kemudian ryan mengangkat telponnya, ternyata itu panggilan masuk dari kepala sekolahnya Ryan. “hallo… maaf ini siapa?”. Tanya Ryan “kamu dimana? Kamu lulus SNMPTN, ini saya kepala sekolah, silahkan datang ke ruko sebentar” ujar Kepala sekolah Ryan. “iya pak, iya, saya sudah dengar kabar juga barusan, baik pak.. saya segera kesana..” akhir Ryan
Dengan langkah tergesa-gesa Ryan mengganti pakaian dan keluar kamar, dan mengambil kunci motor yang tergantung di tengah-tengah rumah. Melihat Ryan tergesa-gesa orangtua Ryan bingung ada apa sebenarnya, begitu hendak keluar Ayah Ayan bertanya, “kamu kenapa? ada apa? ini kamu mau kemana?” dengan tergesa-gesa Ryan menjawab “saya mau jumpain kepala sekolah, katanya saya lulus untuk menjadi calon mahasiswa yah, dan saya ingin kuliah Ayah” jawab Ryan seraya menghidupkan kendaraannya dan pergi begitu saja.
Kini Ayah Ryan tidak lagi sepemahaman dengan Ryan, Ayah ryan tiba-tiba kaget karena Ryan mengingkari janjinya, dan langsung masuk ke dalam dan bercerita kepada Ibunya Ryan.
Sesampai di tempat ryan langsung menyalami dan mencium tangan kepala sekolah, dan kepala sekolah tersenyum kepadanya serta berkata, “wah, selamat ya Ryan kamu lulus ni, gimana? jadi diambil kan? Ini kesempatan bagus buat kamu, karena kamu satu-satunya laki-laki yang lulus!.” dengan senyuman dan anggukan Ryan menjawab pertanyaan kepala sekolah. Dan melihat-lihat pengumuman. Kemudian Ryan bercerita kepada kepala sekolah, bagaimana keadaan sebenarnya, bahwasanya ryan tahun ini rencananya akan menganggur. Kemudian kepala sekolah memberikan soslusi agar Ryan kembali mendiskusikannya dengan ayah. “begini saja, coba bicara baik-baik kepada Ayah kamu, dan perlihatkan kesungguhan kamu untuk kuliah”, dengan wajah yang terlihat ragu Ryan menerima solusi tersebut dan pamit pulang ke rumah.
Di perjalanan ryan hanya berpikiran bagaimana cara menceritakan hal ini kepada Ayahnya, bahwa dia benar-benar ingin kuliah dan tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut, Ryan berpikiran bahwa memang betul ekonomi kami memang lagi tidak stabil, jika memang rezeki tidak dari ekonomi kami yang sekarang, mengapa Allah harus memberikan kesempatan ini? Allah tidak akan lupa dengan ekonomi kami sekarang artinya allah tahu jika memang tidak ada kemungkinan kuliah, dia tidak akan lulus, singkatnya Ryan berpikiran bahwa. “Allah menitipkan sesuatu untukku kelak setelah menyelesaikan kuliah ini, sehingga iya memberikan kesempatan ini kepadaku, dia tahu aku akan mampu menjalaninya” begitulah isi hati Ryan yang memotivasinya untuk memberanikan diri membicarakan kembali kepada ayahnya.
Sesampainya di rumah, ryan langsung menjumpai ayahnya dan berkata, “saya lulus, pokoknya saya mau kuliah” dengan sikapnya itu lantas ayahnya membesarkan suara kepadanya, “kamu ini bagaimana? Apa kamu lupa, kemarin kita baru membicarakannya, jika saya memang mampu untuk tahun ini, rizky pun ada, tanpa kamu minta saya akan kuliahkan kamu, terserah mau dimana, tapi keadaan kamu lihat sendiri, hah, kamu ini, sudah bersabarlah, tahun depan kita akan kuliahkan kamu, kali ini, kita selesaikan dulu abang kamu yang akan diwisudakan sebentar lagi, sudah besar tapi masih minta dimarahin!!” ujar Ayah Ryan dengan nada yang lantang.
Mendengar pernyataan sang Ayah, tidak ingin memperpanjang perdebatan Ryan lebih memilih masuk ke kamarnya dengan perasaan yang sangat sedih dan kecewa. Ryan pun terbaring lemas, seraya meteskan air mata dan berdo’a, “ya Allah, tunjukkanlah yang mana yang benar bagimu, walaupun aku tahu ini memang yang terbaik, tapi berikanlah cara agar hati ini bisa menerima pernyataan, dan bisa dimengerti”. Di dalam hati ryan terus berkata-kata seraya memjamkan mata, hingga akhirnya terlelap.
Seminggu sudah berlalu, namun ryan tidak banyak berbicara dengan Ayahnya, karena kejadian malam itu, namun Ryan terus berupaya bagaimana cara bisa mengambil kesempatan itu, setelah malam itu Ryan hanya bekerja di usaha milik keluarga mereka, sebagai penjual jasa mencuci mobil dan motor (doorsmir), rupiah demi rupiah dikumpulkan oleh Ryan. Di samping itu ternyata Ibu Ryan selalu mengamati gerak gerik Ryan setelah malam itu.
Sepulang Ayah Ryan dari kantornya, Ayah Ryan langsung ke meja makan. Tidak lama kemudian, melihat ayah Ryan telah menyelesaikan makan siangnya, ibu Ryan menghampiri Ayah Ryan yang baru pulang dari kantor di meja makan, “yah, Umi (panggilan untuk ibu Ryan sehari-hari) mau bicara, ini soal Ryan yang katanya ingin kuliah” kata Ibu Ryan dengan nada lembut. “iya Mi, ada apa dengan Ryan, bicara saja” jawab ayah Ryan dengan spontan. “akhir-akhir ini Umi perhatikan tingkah ryan berbeda sekali dari biasanya” sambung Ibu Ryan, “lah beda gimana mi?” dengan kagetnya.. “begini lo yah, Umi tahu apa yang Ayah pikirkan, tapi Umi juga kepiran tentang yang disampaikan Ryan, mungkin ayah lebih sering di luar, Ryan setelah kejadian itu, dia menjadi lebih giat bekerja, dan sepertinya dia mengumpulkan uangnya untuk berangkat, Umi khawatir, jika suatu saat dia pergi tiba-tiba, karena dia begitu bersikeras ingin kuliah, percuma kita terus menahannya, nanti yang ada kita menyesal yah..” akhiri ibu Ryan sambil termenung.
Melihat ibu Ryan yang begitu khawatir akhirnya sang Ayah mencoba berbicara kembali dengan Ryan, kemudian sang ayah meninggalkan ibu di meja makan dan ke luar memanggil Ryan, “Ryan, kemari sebentar, ada yang ingin ayah bicarakan dengan kamu” ucap ayah Ryan sambil melambaikan tangannya ke arah Ryan. Kemudian ryan tanpa menjawab sang ayah langsung menghampiri Ayahnya yang kembali berada di sebelah ibu Ryan, dan duduk di samping Ayahnya.
“Ryan, barusan Umi kamu bercerita kepada Ayah, Ayah mau tanya sesuatu sama kamu, apa benar kamu masih ingin mengambil jurusan kamu itu?” tanya ayah Ryan, “iya Ayah” jawab Ryan dengan singkat. Kemudian ayah Ryan berkata “Ryan, kamu tahu jurusan kamu itu, itu orang-orang yang menentang pemerintah, melakukan aksi demo, Ayah takut kamu kenapa-kenapa, kita tunggu saja saat yang tepat, itu nanti hanya jadi orang-orang pemberontak pemerintah, ayah bagian orang pemerintahan, kamu tahu Presiden? dengan intruksi “Bumi Hanguskan” semua pendemo bisa dipukuli, bahkan dimusnahkan pihak tentara, kamu tahukan kejadian 98?!” sambung ayah ryan yang berusaha menghentikan iktikad Ryan yang ingin mempertahankan kemauannya dengan nada sedikit kencang. Lantas dengan lembut dan sedikit takut Ryan menjawab “yah, anakmu kini diberi kesempatan untuk kuliah, walaupun kita sama-sama tahu kondisi sekarang abang bulan ini akan diwisudakan, juga butuh uang, hal yang tidak mungkin saya bisa kuliah, tapi ayah, kenapa Allah meluluskan Ryan jika Allah lebih tahu segalanya, bukankah ini memang rizky yang allah berikan?, dia tahu ada jalan, rizky dia yang atur yah, percayalah yah, dengan kesederhanaan aku bisa bertahan dan berjuang di sana.” Jawab Ryan. “Kemudian mengenai jurusan itu, aku sudah serahkan kepada Allah apa yang terjadi esok, yang Ryan pikirkan bagai mana cara memulai hari ini, dan menjawab hari esok” pungkas Ryan dengan bijak dan mata yang berkaca-kaca. Melihat sikap Ryan dan pernyataannya, Ayah Ryan termenung, tidak tahu apa yang sedang dipikirkan. Kemudian Ayah Ryan menyambung kembali pernyataannya, “baiklah Ryan, jika keputusanmu memang benar-benar bulat, Ayah akan usahakan bagaimana supaya kau juga bisa kuliah, namun Ayah ingin memberitahu kamu satu hal, jika kamu merantau, jangan pernah dekati nark*ba, jangan berbuat yang merugikan diri kamu, apalagi orang lain, ingat visi dan misi kamu kuliah untuk apa”. Dengan sedikit terharu Ryan mengangguk-anggukkan kepalanyanya dan berkata “iya Ayah” pada setiap ucapan Ayahnya yang menyampaikan pesan moral kepadanya.
Dan siang itu berakhir dengan percakapan yang sangat haru bagi Ryan, dengan bangganya Ryan kembali bersemangat, dan mempersiapkan bekal untuk keberangkatannya yang menjelang beberapa hari lagi. Tiba saatnya Ryan hari ini harus berangkat ke tempat kuliahnya, dan meninggalkan rumah untuk sementara, sebelum berangkat Ryan berpamitan kepada ayah dan ibunya, saat bersalaman Ayah Ryan kemabli mengulang ucapannya, dan menasihati Ryan agar tidak lupa tujuan kelak di rantau orang. Tampak di sebelah Ayah ada Umi Ryan yang menatapi Ryan dengan linangan air mata, tetesan air mata ibu Ryan mengiringi suasana yang menjadi begitu semakin sedih, seakan-akan khawatir karena jauh darinya, Anaknya yang ke dua itu dikenalnya sedikit nakal dulunya akan berada jauh dari sisinya, dia seakan-akan sedikit resah dan gelisah dengan keberangkatan Ryan. Kemudian ryan menghampiri Ibunya untuk pamit, “mi, Umi jangan nangis, insya Allah Ryan baik-baik saja nanti di rantau orang, Ryan hanya minta do’a restu, doakan ryan agar menjadi orang yang sukses, dan selalu dalam lindungan allah” ucap Ryan juga dengan mata yang berkaca-kaca, “nak, jika do’a yang kamu minta, dalam do’a selalu ada nama kalian Anak-Anakku, aku ini Ibu kandung kalian nak, setiap Ibu selalu mendoakan anaknya agar diberi yang terbaik, dan dilindungi Allah” sambung ibu Ryan dengan suara yang berbaur dengan tangisan.
“nak, jangan pernah tinggalkan sholatmu, selalulah berdo’a jaga diri baik-baik di rantau orang” pungkas ibu Ryan seraya memeluk ryan, mendengar ucapan ibu Ryan, ryan tak kuasa menahan air mata, akhirnya ryan meneteskan air mata, semua yang berada di dalam itu terbawa suasana yang begitu haru.
Tidak lama kemudian, angkutan umum yang akan ditumpangi Ryan akhirnya tiba di depan rumah Ryan, dan pengemudinya langsung turun dan mengambil barang-barang yang akan dibawa Ryan. Setelah semua dibawa naik ke dalam mobil, supir memberikan tanda isyarat dengan membunyikan klakson mobil, menandakan mobil akan segera berangkat. Kemudian Ryan berjalan ke arah mobil seraya menghusap airmatanya dan segera naik ke dalam mobi. Sebelum berangkat Ryan melambaikan tangan kanannya ke arah keluarganya yang berada di halaman rumah sebagai tanda perpisahan dari Ryan.
“If you just stop with what is happening in front of you today without any effort, it means that you are no better than those who never tasted failure but would prefer just stop.” – Sadryansyah Berutu –
Cerpen Karangan: Sadryansyah Berutu Blog: Https://sadryansyahberutublog.wordpress.com saya Sadryansyah Berutu, Mahasiswa Ilmu Politik FISIP Unsyiah Banda Aceh lahir tanggal 28 Mei 1995