Namaku ika, aku kini duduk di bangku sma kelas 12. Aku bisa dibilang murid yang cerdas karena aku selalu menempati posisi peringkat 3 besar di kelasku. Aku benar-benar berjuang untuk mendapatkan prestasi itu, karena ayahku. Karena ayah selalu mendukung mimpi mimpiku dan meyakinkan aku bisa menggapainya. Dia satu-satunya orang yang percaya jika aku bisa menggapai cita cita ku.
Di hari itu, penerimaan raport tiba, aku berharap aku tak mengecewakan ayahku. Dan ternyata berkat usahaku, aku menempati posisi peringkat pertama di kelasku. Ayah tersenyum bangga karenaku. Lalu dia mengatakan “Kamu pantas memperjuangkan mimpimu nak!!”. “Tapi bagaimana dengan ibu yang tidak setuju dengan mimpiku yah?”. “Sudahlah, jangan kau pikirkan.. Sukses itu untuk dirimu nak, masa depan itu di tanganmu bukan di tangan orang lain” “Baiklah yah, aku akan berjuang”.
Aku merenungkan kata kata ayahku, tak sadar jika air mata ini menetes dengan sendirinya memikirkan sikap ibuku yang tak mendukung cita-citaku. “Oh tuhan.. Untuk apa aku pintar, jika mimpiku tak terdukung oleh salah satu orang yang berharga dalam hidupku, berikan jalan ya tuhan” kata kata itu terlintas dalam benakku sesaat, lalu aku menghapus air mataku dan mengingat kembali kata kata ayahku tadi, jika sukses itu karena usahaku.
Tanpa sengaja ibu menemuiku sedang menangis dan bertanya kepadaku “Kenapa kamu menangis?” aku pun hanya menjawab aku tak apa apa. Aku berpikir dalam hati apakah ibu tak ingin melihatku berdiri menggenggam kesuksesan, kenapa ibu tidak mendukung mimpiku. Ah ya sudahlah aku harus berkomitmen pada diriku sendiri. Aku tak perlu terlarut dalam kesedihan. Aku punya ayah yang menyemangati langkahku menuju kesuksesanku. Biar kubuktikan pada ibu jika aku mampu. Tuhan bantu aku, mudahkan urusanku. Ridhoilah cita citaku demi ayah dan keluargaku. Aku hanya ingin mereka merasakan kebahagiaan kelak di hari tua, aku hanya ingin membuat ayah dan ibu bahagia. Aku terus menyebut cita citaku dalam setiap doaku berharap jika harapan itu menjadi kenyataan.
Siang itu.. Aku memberanikan diri untuk bilang ke ibu bahwa aku akan tetap kuliah di fakultas impianku. “Bu.. Apa ibu tidak ingin aku menjadi sukses?!” “Kamu itu ngomong apa. Ya orangtua pastinya mau anaknya itu sukses!!” “Tapi kenapa ibu sepertinya tidak mendukung aku kuliah di fakultas yang aku impikan?” “Kamu tuh sadar, bagaimana kondisi bapak sama ibu sekarang? Pokoknya habis lulus sma kamu harus kerja!” “Bu.. Asal aku dapat dukungan dari ibu, aku bisa usaha sendiri, setidaknya ibu menyemangati dan meridhoi cita cita ku itu sudah cukup.. Kalau ibu begini. Untuk apa aku selama ini pintar? Aku hanya ingin menaikkan derajat keluarga kita. Ya sudah bu.. Biarkan aku berjuang sendiri”. Lalu aku pergi ke kamar dengan keadaan menangis.
“Tuhan.. Begitu pedih kurasakan, aku tak tau apa yang harus kulakukan selain menangis”. Lalu ayah menghampiri ku dikamar mengelus rambutku, dan menenangkanku dalam tangisku.. “Sudahlah nak tak perlu menangis, kamu kan tau sendiri bagaimana watak ibumu ” “Tapi yah…” “Huss sudah, ayo sekarang belajar, ayah temani” lalu aku pun mengambil buku, ayah terus menemaniku belajar di kamar. Ya tuhan terima kasih kau hadirkan ayah yang begitu sempurna dalam hidupku.. Yah, panjang umur ya, tunggu aku sukses dan mengukir senyum bangga ya.. Aku akan berjuang dengan mimpiku. Aku yakin pasti aku bisa!!
Cerpen Karangan: Pipin Aska Arandita Facebook: Pipin Aska Arandita 04-09-2000