Namaku Luma seorang siswi SMA yang baru saja naik kelas XII. Hari ini aku pulang ke desaku setelah sekian lama tidak pulang karena ngekos di kota tempat aku sekolah. hari ini begitu indah ketika senja menemaniku menyusuri jalan setapak di desaku.
“hey luma…” kata seorang yang memanggilku dari belakang. aku menoleh dan tertegun, sejenak aku berpikir “siapa dia?” batinku bertanya-tanya… dia seorang wanita dengan rambut acak-acakan dan rambut yang sama sekali tak tertata. Sekarang aku ingat dia “May” temanku waktu aku di bangku sekolah dasar. “ya ampun May” sergahku segera menghampiri dan memeluknya. “apa kabar?” tanyaku kemudian “yah seperti yang kamu lihat, aku sekarang susah…” keluhnya seraya duduk di kursi pinggir jalan, aku pun ikut duduk. Aku diam saja namun tetap menyoroti wajahnya yang tampak letih. “kamu harus sekolah sampai tuntas, harus jadi sarjana, biar gak seperti aku..” keluhnya lagi, aku masih diam dengan fikiran bertanya-tanya.
tak lama kemudian seorang anak kecil laki-laki sekita berumur 5 tahun, dengan ingus blepotan menghampirinya. “ibu, aku ingin beli mainan itu” katanya, menunjuk sebuah warung yang menjual mainan tersebut. May menghela nafas kemudian menjawab “ya, nanti kalau ibu sudah punya uang, ibu belikan” putusnya. Anak itu hanya mengangguk dengan wajah muram. “ya beginilah Luma, kalau sekolah ndak sampai tuntas, cari kerjaan susah, suami pengangguran, aku mau ngelamar kerja apa? orang cuma tamatan SD. Setiap hari aku harus mencari sampah di pekarangan rumah orang yang mungkin masih bisa diual, cibiran orang sudah jadi makananku setiap hari” terangnya, aku miris mendengarnya, dia salah satu teman aku yang dinikahkan saat baru lulus SD oleh orangtuanya, ya bisa dibilang pernikahan dini. Waktu itu dia hanya bisa menuruti kemauan bapaknya melawanpun ia tak akan bisa.
“kamu harus tamatkan sekolah kamu setuntas-tuntasnya, biar nggak seperti aku, menyesal kemudian, bapak selalu bilang “andai saja ndok, bapak dulu ndak menikahkan kamu usia dini mungkin kamu tidak akan susah seperti ini” apalah daya nasi sudah menjadi bubur, hidupku sudah seperti ini, kamu harus berjuang dalam belajar, pendiddikan memang bukan segalanya tapi dengan pendidikan kamu bisa meraih segalanya” tuturnya seketika membuka hatiku, bagiku kata-katanya barusan adalah kado terindah yang pernah kuterima dari sahabatku.
Aku jadi teringat program GenRe yang diadakan di sekolahku kemarin, suatu program pemerintah yang merencanakan pernikahan sesuai dengan ketentuan negara dan agama, program tersebut harus disosialisasaikan di seluruh Indonrsia, agar tak ada lagi korban nikah dini seperti temanku May, agar tak ada lagi yang merasakan pedihnya kehidupan tanpa perencanaan sebelumnya, agar indonesia tidak hanya menjadi negara dengan penduduk kuantitas terbanyak tapi juga berkualitas.
Cerpen Karangan: Lumatul Aisah Facebook: Aiysh Looma nama aku lumatul aisah teman-teman biasa memanggil aku dengan panggilan luma, aku seorang mahasiswi di salah satu universitas di negri ini.. aku lahir tanggal 02-04-1998, hobiku menulis itu sebabnya kenapa aku ikut “cerpen mu” ini