Hujan pun turun membasahi tubuhnya, dia bahkan tidak tahu apa yang dilakukan sekarang yang ia tahu hanyalah bagaimana bertahan hidup tanpa seorang ibu.
Hujan pun turun begitu deras, ia melangkahkan kakinya ke tempat perlindungan yang ada di seberang jalan dengan membawa secarik kertas yang baru saja diberikan oleh guru sekolahnya. Ia sekali melirik, membaca tulisan itu dan kembali menutupnya. Deras air matanya terus jatuh membasahi pipi mulusnya. Entah apa yang ada di fikirannya, ia terus menangis sampai cerahnya matahari muncul kembali menyinari tempat ia duduk.
Ia pun berdiri, tersenyum melihat sinar matahari, menghapus air matanya dan berkata “Aku pasti bisa menjalani keadaan ini”. Ia bergegas pulang, melewati hutan tanaman bunga untuk mempercepat dirinya sampai ke rumah, karena adik-adiknya pasti sudah menunggunya dari tadi.
Membuka pintu rumahnya dengan senyum ceria selalu ia munculkan untuk menyapa adik-adiknya. Tapi alhasil, senyum itu berubah menjadi tetesan-tetesan air yang secara langsung jatuh dari kelopak matanya. Ia melihat adik-adiknya meringis kesakitan menahan goncangan dahsyat di perutnya. Ia pun langsung memeluk adiknya dengan erat, dengan tangisan kerasnya. Ia tidak bisa berkata, semua kalimat-kalimat yang ada di fikirannya tertahan oleh lidahnya. Ia hanya bisa menangis, menangis, dan menangis.
Tiba-tiba ketukan pintu mengakhiri tangisan mereka. Suara dari pintu langsung menggerakkan tubuhnya untuk berdiri mendekati pintu. Perlahan-lahan ia membuka pintu itu. Ia langsung kaget melihat 2 orang berseragam polisi berdiri di hadapannya. Fikirannya pun bercampur aduk, entah masalah apa yang menimpa keluarganya lagi.
Ia duduk termenung di depan adik-adiknya yang menangis, ia tak habis fikir apa yang diperbuat adiknya yang satu ini, sampai harus berhubungan dengan polisi. Ia tak tahu apa yang akan ia lakukan sekarang, sama siapa ia mau minta tolong, karena ia tidak mempunyai satu pun keluarga yang tinggal sama dengan wilayahnya. Ia berfikir sangat lama sampai berjam-jam dan ia lupa bahwa adik-adiknya yang berada tepat di depannya belum ia beri makan dari tadi.
Makanan di rumahnya tidak ada, ia biasa meminta beras di tetangganya atau mencari bunga-bunga untuk dijualkan kepada orang-orang yang ingin memberikan setangkai bunga pada sang kekasihnya, agar ia bisa membeli makanan untuk ia makan sehari-harinya dan juga untuk membiayai sekolahnya bersama adik-adiknya. Betapa perjuangan hidup yang ia lakukan dengan adik-adiknya sangat susah ia jalankan. Tapi dengan itu ia mampu bertahan hidup untuk terus melanjutkan sekolahnya dengan adik-adiknya dan menghidupi keluarganya.
Bertahun-tahun ia jalankan hidupnya tanpa seorang ibu yang sudah lama meninggalkan dirinya dengan adik-adiknya. Dan tanpa seorang ayah yang meninggalinya sejak sebelum ibunya meninggal. Betapa tega seorang ayah yang meninggalkan ibunya, dia dan adik-adiknya tanpa alasan yang logis. Kini sekarang ia lah yang mengganti posisi ibunya. Ia adalah tulang punggung keluarganya, ia harus merawat adik-adiknya dan menyekolahkan adik-adiknya.
Ia mempunyai cita-cita yang tinggi, ingin menjadi seorang dokter anak. Tapi apakah cita-citanya akan terwujud? Untuk mengambil jurusan kedokteran saja biaya awal masuknya sudah mencapai kurang lebih 100 juta, belum uang semester dan pasti juga uang bukunya. Dengan kondisi itu, ia pun sangat khawatir dengan cita-citanya yang tinggi itu. Ia hanya seorang remaja yang setiap harinya menjual bunga ke orang-orang untuk membeli kebutuhan keluarganya dan sekolahnya bersama adik-adiknya. Dan apakah cita-citanya itu akan terwujud? Sedangkan yang ia andalkan hanyalah dari setangkai bunga.
Tubuhnya yang kecil ia sandarkan di kursi kayu di depan rumahnya, rasa lelah yang ia rasakan membuatnya harus beristirahat sejenak. Kumpulan tangkai bunga yang ia dapatkan hari ini lumayan sedikit, berarti uang yang akan ia terima hari ini juga ikut berkurang. Tapi itu tak menjadi masalah pada dirinya, yang penting ia masih bisa bersyukur dengan apa yang ia dapatkan hari ini.
Hari sudah mulai sore, ia bergegas berdiri dari tempat duduknya dan segera menjualkan bunganya. Tidak setiap hari ia menjual bunga-bunganya, hanya di waktu-waktu tertentu, seperti pada waktu satnight. Satnight adalah waktu yang sangat di tunggu-tunggu olehnya dalam satu minggu. Bukan ia ingin pergi satnight dengan sang kekasih tapi, baginya satnight adalah waktu untuk mendapatkan uang.
Ia adalah seorang remaja yang tidak memanfaatkan waktu satnightnya untuk berkumpul dengan keluarga atau teman-temannya sambil bercanda gurau. Ia selalu habiskan waktu satnightnya dengan menjual setangkai bunga kepada orang-orang yang lagi berpacaran. Kadang, ia merasa iri dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Tapi ia sadar diri kalau dirinya tak mungkin bisa seperti mereka, yang bisa dibebaskan untuk bersatnight dengan teman-temannya, yang setiap harinya di manja oleh orang tuanya, yang setiap harinya di antar oleh orang tuanya ke sekolah, dan bahkan setiap harinya bisa kumpul dengan ayah dan ibunya. Tapi sayangnya, Tuhan berkehendak lain dengan dirinya. Ia lah yang sekarang ini yang harus mengurus dirinya dan adik-adiknya tanpa bantuan seorang ayah dan ibu.
Hari-hari yang ia lewati bersama adik-adiknya dengan kesederhanaan tak menghalanginya untuk selalu bersyukur dengan sang pencipta. Walaupun kehidupannya yang serba kurang ia masih tetap bersyukur kepada Tuhan atas segala nikmat, sehingga ia masih tetap bisa bertahan hidup bersama adik-adiknya.
Kini ia sudah berumur 17 tahun, berarti ia sudah duduk di bangku kelas 3 SMA. Tinggal selangkah lagi ia akan menjadi Mahasiswi. Tapi, ia lagi berfikir darimana ia akan mendapatkan uang untuk melanjutkan kuliahnya. Sedangkan uang yang ia punya hanyalah seberapa, tidak sampai dengan jutaan. Untunglah selama ia masuk SMA semester 2, ia mendapatkan beasiswa dari sekolah karena sudah menjadi siswi teladan. Jadi, uang sekolah tidak lagi ia bayar sampai ia tamat dari Sekolah Menengah Atas. Seandainya saja, ia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah di jurusan kedokteran, ia pasti bisa mengejar cita-cita tingginya itu.
Tibalah masa-masa yang di tunggu untuk para siswa-siswi SMA seluruh Indonesia. Pengumuman kelulusan sudah ada di tangan sekolah. Kini ia dan siswa-siswi lainnya harus duduk di aula mendengar pengumuman yang akan di bacakan oleh kepalah sekolah, dan sekaligus mendengarkan nilai UN terbaik.
Ucapan kelulusan yang di ucapkan kepalah sekolah membuat para siswa-siswi merasa bahagia, termasuk dirinya. Akhirnya, perjuangannya selama 3 tahun tidak sia-sia. Kini, tinggal ia menunggu kelulusan SNMPTN yang entah kapan di umumkan. Ia tak tahu kalau kelulusan SNMPTN bersamaan dengan pengumuman hasil UN. Sehingga selesai pengumuman kelulusan, ia langsung bergegas berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke luar aula.
Saat hendak melangkahkan kakinya ke pintu aula, pengumuman nilai UN tertinggi di umumkan. Nayla Anatasya Latifa adalah nama yang di ucapkan kepala sekolah, ia berhenti dan berbalik. Tepuk tangan dari semua orang-orang yang berada di aula, membuat dirinya menangis bahagia. Namanya disebut sebagai siswi yang memiliki nilai UN yang hampir mendapatkan nilai kesempurnaan “10” hanya saja di pelajaran Kimia ia mendapatkan nilai 9,75.
Kesenangannya tidak sampai disitu, ia juga lulus SNMPTN di UGM jurusan kedokteran umum dan mendapatkan beasiswa sampai S1. Sungguh bahagianya ia hari ini. Hari ini adalah hari yang tak akan ia lupakan selama hidupnya.
Bergegas ia pulang ke rumah, tak sabar ia menyampaikan ini kepada adik-adiknya. Tapi, ia langsung terkejut melihat polisi ada di depan rumahnya. Ia berlari-lari kecil menghampiri polisi itu. Betapa senangnya ia melihat adiknya sudah terbebas dari penjara. Rindunya kepada adiknya yang sekian lama tidak bertemu dengannya, ia berikan melalui pelukan erat sambil menangis di bahu adiknya. Adiknya sudah dewasa, dan bahkan tingginya sudah melewati dirinya. Betapa berubahnya postur tubuh adiknya selama berada di sel tahanan.
Akhirnya, adiknya bisa berkumpul kembali dengannya, ia merasa hari ini adalah hari istimewa bagi hidupnya. Setelah sekian lama banyak tantangan yang ia hadapi dan inilah balasan yang di berikan Tuhan untuknya. Ia sangat berterima kasih kepada Tuhan atas karunia yang ia dapatkan hari ini. Segala tantangan hidup yang dilakukan dengan susah payah dan sabar akan nantinya mendapatkan yang lebih dari sang pencipta. Berusaha dan berdoa adalah kunci kesuksesan mu kedepannya.
Cerpen Karangan: Try Nur Handayani Facebook: Try Nur Handayani