Pagi mulai datang, burung-burung berkicau di dahan pohon dengan merdunya, mentari nampak di atas langit menyinari bumi dengan sinarnya yang terang, suasana di pagi hari terasa dingin dan sejuk. Kenalakan namaku Stefe Ari, umur 17 tahun, kehidupanku sederhana, wajah biasa-biasa saja, nama panggilan Ari, aku tinggal dengan kedua orangtuaku di Malang, dan hobiku badminton, jogging dan bersepeda. Aku sekarang kelas XI jurusan Ilmu Sosial (IPS), aku menjadi murid di salah satu SMA yang ada di kota Malang. Sekolahku sangat nyaman, teman-temanku, dan juga guruku mereka sangat baik.
Jam menunujukan pukul 06.15 aku berangkat ke sekolah, dan tidak lupa berpamitan dengan orangtua. Aku berangkat dengan naik angkutan kota dengan membayar uang Rp. 2000. Beberapa menit kemudian Ari sampai ke sekolah. Seperti biasanya dia langsung ke lantai atas untuk menujuke kelas. Suasana di kelas saat itu masih sepi bangku-bangku tertata rapi setelah itu Ari duduk di bangku urutan 5 dari depan dekat jendela. “assalamualikum” ucap Roni, “waalaikumsalam, Ron kamu sudah mengerjakan PR Matematika”, tanya Ari. “sudah”, jawab Roni.
Bel sekolah berbunyi satu persatu teman-temanku kelas XI IPS memsuki kelas dan kegiatan belajar-mengajar di mulai. Aku duduk sebangku dengan Roni. Roni adalah teman yang baik, pintar dan tinggal di Pesantren. Dan temanku yang satunya bernama Arrik, sifatnya baik, jujur dan humoris. Bel berbunyi pertanda waktu istirahat, kami bertiga yaitu Ari, Roni dan Arrik keluar dari kelas menuju ke bawah untuk ke kantin bersama-sama. “Hei rek maeng pelajarane isoa (Hei teman tadi pelajarannya bisa)”, tanya Arrik. “Bisa”, kata Roni. Tak terasa Bel berdering pertanda istirahat selesai, kami bertiga naik ke atas menuju kelas XI IPS untuk melanjutkan pelajaran. Kring… Kring… Kring, bel berbunyi saatnya pulang, Kami bertiga lalu meninggalkan sekolah dan pulang ke rumah masing-masing.
Hari berikutnya saat di sekolah Ari dan teman-temannya XI IPS keluar kelas untuk istirahat. Seperti biasa Ari bersama 2 temannya Roni dan Arrik. Kami bertiga terlebih dahulu ke toliet, kemudian dilanjutkan ke kantin sekolah dan duduk di kursi dekat bangunan kantin sekolah. Tak terasa akhirnya bel masuk berbunyi, kami semua murid-murid SMA masuk ke kelas masing-masing. Kami bertiga juga masuk ke kelas XI IPS. Pelajaran pun dimulai, saat itu juga ada seorang dosen yang ingin mengajar kami semua (murid XI Ilmu Sosial) beberapa bulan. Dosen itu berasal dari salah satu Universitas Negeri yang yang berada di kota Malang. Dia Dosen yang masih muda, berjenis kelamin wanita, umurnya kira-kira 23 tahun. Beliau mengajar 2 mata pelajaran yaitu Geografi dan Sejarah. “Assalamulaikum, Murid-murid, bagimana kabarnya, apa baik-baik saja, kenalkan namaku Ita Nabila, biasa di panggil Ita”, kata dosen Ita dengan nada yang sedikit tinggi. “Baik dosen Ita, “jawab murid-murid XI IPS. Pelajaran pun di mulai yang pertama beliau (Ita) mengajar mata pelajaran Geografi dan di lanjutkan mata pelajaran Sejarah dengan semangat penuh dengan kegembiraan. “Bel berbunyi, murid-murid sampai di sini dulu ya pelajarannya besok di lanjutkan lagi ya”, Kata dosen Ita. “Ya dosen Ita”, jawab murid-murid XI IPS.
Esok harinya di sekolah Dosen Ita mengajar mata pelajaran seperti biasa yaitu Geografi dan Sejarah di kelasku (XI IPS). Ari mersa sedikit jengkel kepada dosen Ita, karena saat menerangkan materi pelajaran fokus melihat ke deretan bangku depannya saja, tidak melihat deretan bangku ku yang berada di dekat jendela. Dosen Ita akhirnya mau menerangkan materi pelajaran dengan melihat semua deretan bangku. “Alhamdulillah akhirnya dosen Ita mau melihat semua deretan bangku untuk menyampaikan materi pelajaran, “Kata Ari. Waktu demi waktu berjalan perasaan Ari semakin tak karuan, karena baru pertama kalinya ada seorang dosen yang memberikan perhatian. Contohnya saat Ari diberi pertanyaan oleh dosen Ita, Ari menjawab pertanyaan dengan terbata-bata kemudian Ari di bantu oleh beliau (Dosen Ita) dengan sabar. Selain itu contohnya lagi saat ditugasi untuk mengisi Hak Angket Siswa oleh beliau, setelah hak angket siswa di kumpulkan dan dikoreksi lagi oleh dia (dosen Ita). Setelah di periksa Hak angketnya Ari ternyata ada yang kurang lengkap, dengan bergegas ia (dosen Ita) menemui Ari di ruangan Audio Visual. “Ar.. (dengan suara sedikit tinggi) ini yang kurang tolong di perbaiki ya,” kata Dosen Ita. “Ya” di jawab Ari dengan nada yang pelan sambil tersenyum di depan dosen Ita. Contoh yang terakhir yaitu setelah sholat, Ari masuk ke kelasnya dan duduk di bangku, tiba-tiba Dosen Ita menghampiri Ari, dan berkata “Ar yang kemarin di hak angket siswa itu nomermu ya”. “Ya”, jawab Ari dengan perasaan malu banget plus campur aduk, karena pada saat itu juga ada Roni dan Arrik.
Sudah hampir setengah bulan Dosen mengajar di SMA, pada tnggal 27 Oktober 2011 Dosen Ita berhenti mengajar karena masa kerjanya mengajar di SMA sudah habis setengah bulan. Pada siang harinya Dosen Ita menemui murid-muridnya kelas XI IPS di ruangan lab Bahasa Indonesia untuk perpisahan dengan miridnya. “Murid-muridku, hari ini adalah yang terakhir saya mengajar, saya minta maaf jika punya salah, dan saya mengucapkan banyak terima kasih telah di terima di terima dengan baik di SMA ini” kata dosen Ita disampaikan kepada Guru SMA, dan murid-murid XI Ilmu Sosial. Saat itu juga murid-murid kelas XI IPS bersalaman dengan Dosen Ita sebagai tanda perpisahan, Sejak dosen Ita tidak mengajar di SMA lagi, Ari merasa kehilangan seseorang Dosen yang menurutnya baik, alasanya karena selama mengajar, Dosen Ita selalu memberikan motivasi belajar kepada Ari. Contohnya seperti kata-kata yang semangat ya belajarnya dan jangan malu-malu lagi kalau mau bertanya tentang pelajaran. Semenjak Dosen Ita pergi, Ari selalu merindukannya, oleh temannya Rino dan Arrik dia di juluki seperti bagai pundak merindukan bulan.
Cerpen Karangan: M. Hariyadi Facebook: Muahamad Hariyadi