Sejak aku kecil, aku hanya dapat merasakan kasih sayang dari seorang nenek, dan ayah. Tentu kalian akan bertanya?. Ya, Ibuku ketika aku kecil, ibu hanya mencari uang buat kebutuhanku, ayah membantu dengan gajinya per bulan yatu gaji seorang polisi Pegawai Negeri, mengetahui harga kebutuhanku seperti susu bubuk, camilan roti anak dan uang jajan ku.
Ketika itu aku berada di bangku taman kanak-kanak dimana aku baru mengenal apa itu teman, dan apa itu satu ditambah dua. Ketika aku di rumah, aku tidak pernah merasakan berteman dengan anak sekitar rumahku. Karena nenek melarangku untuk keluar rumah, aku hanya bisa berjalan sambil menangis lalu memegangi besi di antara pagar di teras rumahku dan memandangi suasana di luar. Bisa disebut aku ini anak yang kuper. Ya, begitulah. Tapi aku bahagia dengan kehidupanku yang seperti itu karena dibalik itu semua aku dapat merasakan kasih sayang seorang nenek yang begitu besar dan begitu tulus kepadaku dan perhatian dari ayah yang dengan sabar merawatku.
Setiap harinya ibu berangkat pagi pulang jam delapan malam karena lembur, ayah sebelum berangkat kerja merawat aku terlebih dahulu. Sampai suatu ketika ayahku dimasukkan ke dalam penjara karena indisipliner pegawai. Ketika itu ayah menjemur bajuku yang sudah dicuci lalu membuatkan aku susu, ternyata ayahku tidak tahu kalau sudah lebih dari jam delapan pagi, ayahku telat dan akhirnya ayahku harus masuk penjara untuk sementara waktu.
Karena kakekku yang mengingat ia adalah pensiunan pegawai negeri di POLDA (Kepolisian Daerah) mendatangi kantor ayahku dan meminta tolong agar melepaskan ayahku karena keterlambatannya karena mengurusi anak lantaran istri sedang bekerja, akhirnya ayahku dilepaskan dari penjara dan tidak akan mengulangi perbuatannya. Sebesar itu ternyata ayah sayang kepadaku, aku ingin suatu saat ketika aku telah mencapai apa yang aku cita-citakan, aku ingin membahagiakan kedua orangtuaku yang dengan tulus mereka merawatku dari aku lahir di dunia yang sungguh megah ciptaan Nya ini sampai sekarang aku masih bisa merasakan ketulusan sayang mereka kepadaku.
Suatu malam aku sakit demam tinggi, ibuku yang tengah tertidur di sampingku terpaksa bangun karena mendengar suara rintihanku, “panas… panas…” dengan cekatan ibuku mengambil sebuah wadah baskom plastik dan diambilnya sebuah kaos putih untuk selanjutnya dimasukkannya kaos tersebut ke dalam baskom yang telah diisi air hangat lalu ibu memerasnya dan diletakkannya kaos yang basah itu di keningku.
Hingga pukul dua belas malam panasku tidak turun juga akhirnya ibu memutuskan untuk membawaku ke rumah sakit, dengan badan ibuku yang capek habis tadi pagi kerja, ibu menggendongku dan membawaku ke rumah nenek terlebih dahulu, mengingat ayahku ketika itu sedang mengurusi kecelakaan, jadi ibuku yang mengurusi aku sakit. Kakekku yang tahu ketika aku sakit malam-malam begitu langsug saja kakek menuju ke garasi dan menyalaakan mobilnya segera, lalu di angkatnya aku oleh ibu ke dalam mobil, didalam mobil itu aku hingga kini teringat tangisan ibuku yang terus mengalir karena badan ku yang panasnya tambah tinggi.
Sesampainya di rumah sakit ibu membawaku menuju ke ruangan dokter spesialis anak yang biasanya menangani aku ketika aku masih balita, sampai sekarang memori itu tidak akan hilang dari otakku. Dimana aku mulai pertama kalinya merasakan pengorbanan yang sangat berarti untuk hidupku, ibuku, nenekku dan kakekku. Pengorbanan itu takkan pernah aku lupakan walau nanti ku yakin waktu tidak akan abadi, dan waktu akan merampas mereka dari hidupku. Hanya satu pesan yang selalu ku ingat hingga saat ini yaitu pesan dari ibu “Ibu akan lebih bangga memliki anak yang berprestasi, kalau kamu berprestasi ibu berjanji akan mendukung apapun kegiatannmu sampai kamu benar-benar hidup mapan nantinya”.
Waktu terus berjalan dan terus berlalu, jenjangku semakin tinggi. Aku menginjak tingkatan sekolah dasar kelas satu di sebuah sekolah dasar dekat dengan pasar di daerahku. Ketika aku berada di sekolah dasar khususnya kelas satu, dua, dan tiga aku tidak pernah mendapat prestasi ataupun peringkat sama sekali, sebuah awal yang buruk. Namun aku tetap berusaha dan tidak menyerah menghadapinya aku terus berjuang untuk meraih perestasi itu. Dan perjuanganku tersebut mulai menemui titik terangnya yaitu ketika aku duduk di bangku kelas empat sekolah dasar, aku mendapat peringkat kedua dalam nilai rapor satu kelas ketika itu. Aku mulai percaya bahwa aku memiliki potensi yang akan menolong hidupku kelak.
Seiring waktu berjalan aku bersama mimpiku mulai menginjakkan kaki menuju suksesku dan ibuku yang tidak pernah lupa dengan janjinya untuk selalu mendampingi aku ketika aku ingin mengikuti apapun kegiatan yang sekiranya mampu menunjang prestasiku, ibuku selalu menurutinya asalkan aku tidak mengecewakan ibu. Dan aku pun membuktikannya saat aku duduk di bangku kelas lima sekolah dasar aku berhasil meraih peringkat pertama satu kelas nilai rapor terbaik, dan ibuku mengkadoku sesuatu yang sangat berharga yaitu Playstation dua yang dari dulu aku idam-idamkan. Aku sangat bahagia sekali karena apa yang aku inginkan kini telah diwujudkan oleh ibuku.
Sampai saatnya aku menginjak kelas enam sekolah dasar, dan mulai terfokus pada sebuah target yang diharapkan akan membawa aku lebih dekat dengan mimpi yang telah aku cita-citakan dan akhirnya aku mendapat sebuah nilai Ujian Nasional yang tidak mengecewakan hasilnya cukup bagus menurutku dan menurut ibuku sendiri dengan rata-rata nilai sembilan koma lima. Aku bahagia sekali dengan apa yang telah aku capai selama ini, dan saat itu aku mulai berniat akan menjadi yang terbaik di sekolahku nanti. Dengan percaya dirinya aku memberanikan diri untuk mengikuti sebuah tes untuk masuk dan menjadi siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri Satu Surabaya yang dimana saat itu kedudukannya sebagai sekolah bertaraf SBI (Sekolah Berbasis Internasional) dan ternyata aku tidak lolos seleksi. Akhirnya aku mendaftarkan diriku ke Sekolah Menengah Pertama Negeri Lima Belas Surabaya (SMPN 15 Surabaya) yang lokasinya kebetulan dekat dengan tempat kerja ibuku, ya sebuah instansi pemerintahan yaitu kecamatan Kenjeran.
Pada suatu malam ibu memberiku motivasi baru, dimana motivasi itu diberikan ketika ibu mulai tahu bahwa di hatiku tidak hanya ada ibu saja namun ada orang lain yang tak dikenal yang masuk di dalam hatiku. Ibu berkata “Kamu boleh Pacaran tetapi, Ibu tidak mau tahu kamu harus tetap berprestasi. Karena setiap prestasi kamu nak. Akan menjadikanmu seseorang yang dihormati di kalangan manusia lainnya sehingga kamu mudah jodohnya” mendengar ibu berkata sedemikian, jiwaku terdorong oleh sesuatu yang membuatku tenang dan membuatku semakin semangat untuk terus maju dan terus berprestasi.
Dan pada akhirnya ketika pengambilan nilai rapor kelas tujuh semester genap. Sungguh aku tidak menduga kalau aku berhasil membanggakan hati ibuku dengan aku meraih peringkat juara umum secara paralel di sekolahku. Sungguh aku sangat bahagia semua terasa seperti aku barusan tidur dan bermimpi indah. Dan sesampainya di rumah ibuku terus menangis bangga dan berkata “Ibu bangga sama kamu, Nak!” memelukku dan mencium keningku. Sungguh tuhan telah menggariskan hari itu adalah hari dimana aku mendapat kebahagiaan. Yang dimana hari itu tidak akan pernah tergantikan oleh apapun dan siapapun. Sungguh kenangan yang indah untuk dikenang selamanya. Dimana perlu perjuangan yang keras untuk mencapainya. Dan ibu memberi aku sebuah hadiah yang terindah dalam hidupku yaitu sebuah amanat dan pesan yang selalu dapat membuatku lebih maju saat aku terpuruk, dan pesan itu dituturkan ibu ketika aku kecil yaitu “Ibu akan lebih bangga memliki anak yang berprestasi, kalau kamu berprestasi ibu berjanji akan mendukung apapun kegiatannmu sampai kamu benar-benar hidup mapan nantinya”. Terima kasih ibu engkau telah memberiku sebuah kunci yang akan membawaku menuju ke gerbang mimpiku itu dimana sebuah kebahagiaan baru akan kubuka, meskipun engkau merawatku tidak mulai dari kecil namun ternyata tak kusangka sayangmu luar biasa hebatnya kepadaku. Tidak akan ku lupakan sebuah kata sekaligus hadiah terindah dalam hidupku darimu ibu. Hingga aku kelas delapan aku masih memegang kunci itu dan aku berhasil lagi. Sungguh betapa aku sangat berterima kasih kepadamu ibu. Jasamu akan selalu kuingat dalam ikatan selamanya.
TAMAT
Cerpen Karangan: Syaifuddin Rastamadya Blog: rastabloggercerdas.blogspot.com