Berawal dari pelulusan di SMA ku, di hari itu semua jantung penuh debar aliran darah sangat cepat mengalir rasa cemas melanda semua murid kelas 12, tapi semua masih bisa melampiaskan rasa cemas mereka kepada orangtua mereka yang turut serta hadir dalam kegiatan pelulusan itu, dan hanya akulah yang tidak didampingi oleh kedua orangtuaku.
Ayahku hanya berpesan kepadaku untuk memberi tanda di depan pintu rumah lulus atau tidaknya aku dalam menempuh sekolah di SMA, pesan itu sangat unik dan membuatku sadar akan apa yang akan terjadi bila keputusan kelulusan sudah dibacakan, ayah berkata: jika kamu lulus nak gantunglah baju seragammu di depan pintu tapi kalo tidak lulus gantunglah sayur daun ubi di depan pintu, itu menandakan bahwa kamu harus berjualan sayur keliling. Karena aku lulus sayur daun ubi yang sudah saya siapkan saya masak sendiri dan baju seragam sudah saya gantung di depan pintu, saya sudah tau kabar ayah dan ibu saya akan pulang tepat pukul 03:00 sore.
Oh iya telalu jauh cerita yang sudah kalian baca tanpa tau siapa saya, nama saya adalah ASM saya terlahir di keluarga sederhana dengan pekerjaan ayah pedangang somay di MTs yang ada di kotaku, adik aku dua dan semua masih sekolah, di sinilah aku berpikir untuk tidak melajutkan pendidikanku di jenjang kuliah karena kasian adik adikku, tapi tidak ayahku berbeda pendapat denganku, ayahku Hanya lulusan SD dan ingin aku melanjutkan sekolah ke tingkat perguruan tinggi yang ada di kotaku, saya mengajukan pertanyaan kepada ayahku “lantas siapa yang mau bayar uang kuliahku…?” itu kataku, ayah ku menjawab pertanyaanku dengan aneh seperti kebiasaan bahwa ayahku susah ditebak orangnya, “sekolah itu di mana mana hanya pake pena kok kamu pusing, kecuali kalo sekolah tidak pake pena lagi itu baru saya pusing” kata ayahku, aku tambah pusing dengan jawaban yang aku tidak paham sedikit pun, tapi aku iyakan saja apapun yang terjadi aku terima keputusanya.
Pendaftaran pun dimulai dan tenyata ayahku berutang kepada orang untuk pendaftaranku. Hari pertama kuliah ayahku berkata “kamu lihat gelas kosong di atas meja itu, gelas itu akan berisi pena dan tidak akan pernah kosong karana sekolah hanya butuh pena iya kan” aku hanya tersenyum sambil berpikir maksudnya apa ya?,
Nah sekarang aku sudah semester tujuh persiapan pengajuan judul skripsi, kebiasaan teman kuliah penaku itu suka hilang dipinjamlah tidak dikembalian atau tercecer, tapi tenang di gelas kosong di rumah ada banyak pena yang disediakan ayahku, aku mengajukan judul tentang pedangang kaki lima (PKL). yang aku teliti itu adalah ayahku sendiri, dan di situ baru aku tau bahwa pena yang ada di gelas yang selalu aku ambil bila penaku hilang adalah pena yang dipungut ayahku di tempat sampah ketika dia pulang berjualan di MTs, dia mendatangi semua tempat sampah yang ada di setiap kelas memilih yang masih bisa digunakan, di sinilah aku sadar bahwa pena yang dipungut ayahku bisa menjadikanku sarjana, dan betul kata dia bahwa sekolah itu hanya butuh pena.
Dengan tidak sadar aku berlari memeluknya dan mengatakan berhenti ayah mencari pena di tempat sampah pena di rumah masih cukup untuk menjadikan aku seorang sarjana, aku sarjana karena pena yang dipungut ayahku.
Cerpen Karangan: Anang Satria Metere Facebook: anangcaricita[-at-]yahoo.co.id