Mentari bersinar kekuningan. Kicau burung perlahan menghilang bersama mengeringnya embun. Suasana di dalam ruang kelas terasa tenang dan sunyi. Murid-murid asyik menatap lembaran kertas soal di tiap meja mereka. Ya, mereka siap untuk berperang. Tetapi bukan perang seperti zaman sejarah. Melainkan perang fikiran dan konsentrasi demi mendapatkan nilai terbaik sebagai seorang siswa.
Sesekali bunyi pintu berdecit mencoba untuk memecah keheningan. Tetapi mereka asyik tenggelam dalam fikiran mereka masing-masing. Berulang kali Mita menatap jam yang menempel pada dinding dan guru pengawas secara bergantian. Mencari tahu berapa banyak waktu yang tersisa.
“Jangan mencontek ataupun bekerja sama. jika diantara kalian diketahui melakukan kecurangan, maka nilai kalian akan ibu anggap nol. kalian mengerti?” ucap sang guru memperingatkan. Semua terdiam. Tanpa ada yang berani menyahut. Mereka memilih sibuk mengerjakan soal ujian mereka.
Diam-diam Mita memergoki Dera mengambil kertas contekan dari sakunya. “Jangan mencontek..” bisik Mita menasehati. Tetapi Dera menatap Mita sinis. Tak menghiraukan kata-katanya.
Ujian berikutnya Dera masih melakukan hal yang sama. lagi-lagi dirinya mencontek. “Dera, kita dilarang mencontek. jika guru tahu kau mencontek, nilaimu nanti akan nol” nasihat Mita lagi. Sayang, Dera begitu keras kepala. Bukannya menurut, Dera malah mengajak Mita berdebat. “Jika nilaiku kecil, memang kau mau bertanggung jawab?” Ketus Dera. “Tapi kan kita seharusnya belajar sebelum ujian..” ujar Dera. “Diam saja. jika nanti aku tertangkap, berarti itu adalah salahmu!” Mita akhirnya menyerah dan menutup mulutnya rapat. Dia mencoba untuk tak lagi peduli pada Dera.
“Dera!” panggil ibu guru pengawas. Dera mendongak terkejut dengan panggilan sang guru. apa dia ketahuan? pikirnya. “Ibu perhatikan, sedari tadi kau dan Mita terus saja berbicara. kalian bekerja sama?” “Ti.. tidak bu..” elaknya. Ibu guru menghampiri mereka. Dera yang saat itu masih menggengam kertas com temannya, ketakutan. Kertas itu tanpa sengaja terjatuh dan ibu guru memungutnya.
“kalian mencontek?” seru sang guru. Mita dan Dera saling pandang. “Tidak bu. Mita yang mencontek” tuduh Dera akhirnya. Alangkah jahatnya gadis ini. Hanya karena ingin menutupi perbuatannya, Dera berani menfitnah Mita. “Apa benar kau mencontek Mita?” “Tidak bu..” jawab Mita jujur. Mita menatap Dera sedih. Dera mencoba membuatnya bersalah. “Bohong bu.. Aku tadi melihatnya” ucap Dera tanpa ampun.
“Dera yang mencontek bu bukan mita.. Aku tadi melihatnya” seru sebuah suara. Tampak wawan mencoba membelanya. “Benar, kau yang mencontek Dera?” “Ti.. tidak bu..” “Ayo ikut ibu ke kantor”
Dera keluar kelas dengan wajah tertunduk malu. seharusnya dia menuruti nasihat Mita untuk tidak mencontek. Akhirnya Dera mendapatkan balasan akibat perbuatannya sendiri.
Cerpen Karangan: Angela Yuni