Bu Unni mengecek isi keseluruhan proposal skripsi milik Fito, dari pendahuluan sampai penutup. Bu Unni mengeceknya dengan sangat teliti dan hati hati, berharap hasil kerja Fito tidak lagi menuai revisi. Setelah itu, beliau melanjutkan pembicaraan dengan Fito.
“Judulnya menarik. Pengaruh kualitas air terhadap jaringan otot Ikan Bandeng pada tambak Ikan Bandeng. Penelitiannya dimana ini nanti?”, tanya Bu Unni. “Penelitian lapangnya akan saya laksanakan di Tanjungsari, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo, bu. 12 km sebelah timur lumpur lapindo”, jawab Fito. “Ooo, berarti letak tambak itu dekat dengan sungai Porong ya?”, tanya Bu Unni. “Betul, bu. Petani tambak setempat memanfaatkan air dari Sungai Porong untuk mengaliri tambak ikan bandeng, padahal lumpur lapindo kan dibuangnya ke Sungai Porong, bu. Saya rasa kualitas air dari sungai tersebut membawa dampak yang kurang baik bagi Ikan Bandeng yang dibudidayakan”, ucap Fito kepada Bu Unni.
“Ya, apa yang kamu sampaikan logis. Bagus kalau idemu seperti itu. Jenis tambak ikan bandeng disana itu intensif, semi intensif, atau tradisional? “, tanya Bu Unni. “Jenis tambaknya tradisional, bu. Karena dasar tambak dan sekelilingnya murni tanah”, ucap Fito kepada Bu Unni. “Oke. Ibu rasa belum ada topik penelitian seperti ini sebelumnya. Belum ada yang meneliti jaringan otot ikan. Kalau insang, lambung, ginjal sudah banyak. Tapi, apa kamu siap dengan penelitian yang kamu ajukan ini?”, tanya Bu Unni. “Saya siap, bu. Saya coba teliti dengan baik”, jawab Fito.
“Temenan ora awakmu*? Soale biaya penelitian jaringan otot iku larang lho*”, ucap Bu Unni coba menguji keyakinan Fito terhadap apa yang diajukan di proposal skripsi. “Ya, bu. Saya siap dan yakin dengan segala konsekuensinya”, jawab Fito dengan yakin. “Yowes nek ngunu, lakonono temenan yo penelitian iki*. Sebenarnya ibu tidak meragukan kemampuanmu, yang ibu khawatirkan itu kamu tidak mampu membiayai penelitian ini. Ibu sedikit sangsi dengan kemampuan finansialmu. Kalau kamu mau, ibu ada penelitian lain tentang sistem imun pada Ikan Gabus. Ibu akan membiayai seluruh biaya penelitian bagi siapa yang mau membantu ibu”, ucap Bu Unni.
Hati dan pikiran Fito mulai bimbang, berkecamuk saling serang. Alam pikirnya mengajak Fito untuk menerima tawaran dari Bu Unni karena seluruh biaya penelitian telah ditanggung Bu Unni, sehingga Fito tak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk penelitian skripsi. Sementara itu, hati kecilnya menolak tawaran dari Bu Unni karena sadar kalau Fito bukanlah orang yang berminat meneliti sistem imun ikan. Lagipula, Fito telah menghabiskan waktu selama 4 bulan demi menyelesaikan proposl skripsinya. Akhirnya, hati kecilnya lah yang menang.
“Jadi bagaimana, nak? kamu memilih lanjut dengan proposal skripsi yang kamu ajukan atau menerima tawaran penelitian dari ibu?”, tanya Bu Unni sekali lagi. “Begini, bu. Sebenarnya tawaran dari ibu menarik, hanya saja saya ingin tetap fokus memperjuangkan ide yang saya ajukan di proposal skripsi saya ini, bu. Saya mohon maaf jika ada yang salah dari ucapan saya ini”, jawab Fito lirih, tapi menegaskan. “Baiklah kalau itu yang kamu inginkan, nak. Ibu akan memberikan ACC untuk proposal skripsimu. Pesan ibu, berjuanglah sungguh sungguh dalam melaksanakan skripsi. Kamu boleh memulai penelitian setelah ini. Ibu akan mengkomunikasikan dengan Pak Mahyadi selaku dosen pembimbing satu karena saat ini beliau masih di Paris, Perancis”, ujar Bu Unni kepada Fito, membuat wajah Fito sumringah. “Baik, bu. Terima kasih atas kesediannya menyetujui proposal saya”, ucap Fito.
Fito berpamitan dengan Bu Unni sembari mencium tangan kanan beliau, lalu ia keluar ruangan. Perasaan gembira menyelimuti sanubari hatinya, perjuangan menuntaskan proposal skripsi selama 4 bulan lamanya akhirnya membuahkan hasil. Namun, pikirannya masih saja bingung. Bingung menggelayuti pikirannya karena ia harus mencari dana untuk melaksanakan penelitian skripsi. Uang kiriman dari kedua orangtuanya di Lampung hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari dan membayar kos setiap bulan. Alhasil, setelah ia telusuri informasi tentang biaya analisis kualitas air, tanah, serta jaringan otot ikan bandeng di beberapa instansi atau laboratorium yang ternyata tidak murah di Jawa Timur.
Sesampainya di kos, Fito beristirahat sejenak dan meletakkan tas yang berisi segala sesuatu yang menunjang skripsinya di meja belajar. Jam telah menunjukkan pukul 14.44 WIB, tak lama lagi memasuki waktu sholat ashar. Belum ia sempat menikmati istirahat sejenak, Roni lagi lagi menelponnya.
“Halo. Assalamualaikum.Ada apa ron?”, ucap Fito. “Waalaikumsalam. Maaf mengganggumu, to. Coba cek emailmu ya”, ucap Roni. “Ada apa dengan emailku, ron?”, tanya Fito. “Informasi penting tentang pembukaan pendaftaran seleksi pendanaan skripsi tahun ini yang diadakan oleh fakultas khusus mahasiswa angkatan 2010 dan 2011”, ujar Roni.
“Maksudmu? fakultas mengadakan bantuan dana skripsi?”, tanya Fito. “Ya, coba kamu baca saja dulu, to. Sudah dulu ya”, ucap Roni. “Terima kasih, ron”, ucap Fito lalu menutup teleponnya dengan Roni.
Selepas menunaikan Sholat Ashar di Masjid, Fito mengunduh file informasi yang dikirim Roni di email, berisi pengumuman seleksi pendanaan (hibah) skripsi tahun 2015 yang diadakan oleh dekanat fakultas kampusnya. Sepuluh proposal skripsi terbaik akan memperoleh bantuan dana penelitian dari dekanat fakultas sebesar Rp 1.500.000,00 untuk tiap proposal. Fito sangat antusias dengan adanya informasi tersebut, ia mempersiapkan segala persyaratan pendaftaran seleksi yang meliputi fotokopi Kartu Tanda Mahasiswa, fotokopi Kartu Tanda Penduduk, serta proposal skripsi dengan dijilid mika bening. Keesokan harinya, ia menemui panitia pendaftaran seleksi pendanaan (hibah) skripsi tahun 2015 di ruang kemahasiswaan, dengan membawa berkas berkas yang diperlukan.
“Ya, silahkan diisi dulu presensi pendaftarannya di sini”, ucap panitia. “Baik, pak. Ini berkas berkasnya”, ucap Fito lalu menyerahkannya kepada panitia. “Fito Ardelio. Jurusan apa kamu? angkatan berapa?”, tanya panitia. “Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, pak. Angkatan 2011”, jawab Fito.
“Berarti sekarang pas semester 8 ya? skripsi tentang apa?”, tanya panitia. “Ya, pak. Skripsi saya tentang jaringan otot ikan bandeng, pak”, jawab Fito. “Wow, baru dengar. Semoga lolos pendanaan ya, ditunggu informasi selanjutnya tentang nama nama penerima dana hibah skripsi sekitar dua minggu lagi di papan pengumuman dekanat”, ucap panitia kepada Fito. “Amin. Terima kasih, pak”, ujar Fito singkat.
Hari demi hari, Fito selalu sabar dan tanpa mengenal lelah berjuang mengumpulkan uang untuk penelitian skripsinya, dengan mengajar les privat mata pelajaran SD dan SMP di sebuah lembaga bimbingan belajar di Singosari, Malang. Rutinitas itu terus dilakukannya setiap hari senin hingga jumat, mulai sore hingga pukul 19.30 WIB.
Namun di sisi lain, ia masih menanti pengumuman penerima dana hibah skripsi yang tak kunjung tiba, padahal sudah lewat dua minggu dari yang dijanjikan oleh panitia. Di suatu malam setelah pulang dari mengajar les, Fito menelepon sang bunda.
“Halo. Assalamualaikum, bu. Bagaimana kabar ibu? Fito kangen, bu”, ucap Fito. “Waalaikumsalam, anakku yang sholeh. Kabar ibu dan bapak baik baik saja. Kami juga rindu padamu, putra satu satunya, hehe. Bagaimana kabarmu, nak?”, tanya Ibunya. “Kabarku baik dan sehat, bu. Alhamdulillah. Bapak mana, bu?”, tanya Fito. “Syukurlah kalau begitu, nak. Bapak masih di sawah, nak.”, jawab Ibunya.
“Ya, bu. Salam ya nanti buat bapak. Alhamdulillah, proposal skripsi Fito sudah disetujui oleh dosen. Sekarang sedang persiapan untuk memulai penelitian. Mohon do’a restunya supaya lancar ya, ibuku sayang, hehehe”, ucap Fito berharap. “Amin. Ibu dan bapak selalu mendoakan yang terbaik buatmu, nak”, ucap Ibunya. Percakapan antara ibu dan anak yang cukup menyejukkan terus berlanjut selama 45 menit. Maklum, sudah hampir dua bulan, Fito tidak menelepon ibu dan bapaknya karena skripsi yang sedikit menyita waktu, lagi-lagi itu menjadi alasannya. Skripsi sering menjadi satu alasan klasik untuk terlalu sibuk bagi mahasiswa tingkat akhir di negeri ini.
Tak heran, sempat muncul suatu wacana penghapusan skripsi, meskipun wacana tersebut tak terdengar gaungnya lagi. Kalau tidak ada skripsi, lantas parameter apalagi yang akan dijadikan tolak ukur dalam menilai kualitas lulusan sarjana? Maka, skripsi wajib dijaga keberlanjutannya. Bukan menghapus skripsinya, melainkan memperbaiki kualitas skripsi itu sendiri.
Rabu, 8 April 2015, awan terlihat mendung di pagi hari. Hari disaat Fito genap berusia 22 tahun. Ia menuju kampus seperti biasa, mencari jurnal jurnal ilmiah dengan memanfaatkan wifi gratis yang disediakan kampus. Ia menuju gedung dekanat fakultas untuk mengecek informasi yang tertera disana, barangkali pengumuman penerima dana hibah skripsi sudah muncul.
Sesampainya di depan papan pengumuman dekanat, benar saja informasi tentang yang ia tunggu selama ini sudah tertempel. Fito membaca dengan seksama informasi yang berisi 10 penerima dana hibah skripsi dengan proposal skripsi terbaik, yang meliputi:
1. Bagas Puji 2. Wahyu Andhiko 3. Widya Aina Wardani 4. Eki Hardianto
5. M.Nazlan Hadi 6. Fitria Kemalasari 7. Wahyu Pradanan Arif 8. Mahfudotul Lus Lusi
9. Arisa Dina Aristi
dan di urutan ke 10 tertulis… Fito Ardelio. Ya, Fito Ardelio. Bukan main gembiranya ia melihat namanya tercantum di urutan ke 10, itu tandanya ia merupakan salah satu penerima dana hibah penelitian skripsi dari dekanat fakultas.
Ekspresi spontan yang langsung muncul darinya tatkala itu tidak lain dan tidak bukan adalah sujud syukur.
“Halo, ron. Ini aku Fito. Ron terima kasih ya atas bantuanmu kemarin”, ucap Fito. “Halo. Hei, to. Bantuan yang mana yang kamu maksud?, hehe”, ujar Roni. “Itu lho ron, info pendanaan hibah skripsi yang kamu kasih via email”, ucap Fito. “Jadi bagaimana hasilnya? kamu lolos kan? Jangan bilang tidak ya”, ucap Roni.
“Iya ron, alhamdulillah aku lolos. Terima kasih banyak ron”, ucap Fito. “Ah, aku hanya menginfokan saja. Selamat ya to, semangat skripsinya”, ujar Roni, Ya, sujud syukur kepada Sang Maha Pemurah, yang telah menjawab kegelisahannya akan biaya penelitian skripsi, do’anya, serta kerja kerasnya selama ini. Mendapatkan dana hibah penelitian skripsi menjadi kado indahnya di usianya yang memasuki 22 tahun.
Kini, tantangan yang tak kalah besar masih menunggu di hadapannya yakni penelitian di lapang dan di laboratorium, yang akan dilakukan selama dua bulan kedepan. Perjalanan untuk meraih gelar dan toga Sarjana Perikanan belum berhenti, Fito tetap harus terus memacu gairah dan langkah, juga ibadah kepada Sang Maha Pemurah.
Sungguh, sebuah konsistensi sikap yang berakhir dengan kesejukan hati. Bertahan pada prinsip, walau jutaan godaan datang menghadap. Itulah karakter dari mahasiswa sejati yang sudah mulai pudar saat ini.
sekian
keterangan * : Temenan ora awakmu? Soale biaya penelitian jaringan otot iku larang lho* dalam bahasa jawa) artinya sungguh sungguh tidak kamu? Soalnya biaya penelitian jaringan otot itu mahal lho.
Yowes nek ngunu, lakonono temenan yo penelitian iki* (dalam bahasa jawa) artinya yasudah kalau begitu, laksanakan dengan sungguh sungguh penelitian ini
Cerpen Karangan: Dito Aditia Facebook: Dito Adimia Penulis bernama lengkap Dito Aditia, dengan nama panggilan kak Dito. Penulis lahir di Kota Surabaya, Jawa Timur, pada tanggal 9 April 1993, merupakan putra pertama dari Boedi Santoso dan Lina Winarti. Penulis berdomisili di Jalan Mawar I nomor 84C, Kelurahan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa timur. Penulis baru saja menyelesaikan studi S1 Manajemen Sumberdaya Perairan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang. Penulis memiliki hobi menulis, mengajar, dan travelling dan saat ini aktif mengajar les privat di Bimbingan Belajar Aurelia Sains Malang, menulis artikel, cerpen, dan puisi.