Sudah larut malam tapi aku masih sibuk menghadapi layar monitor di depanku. Tak aku hiraukan jam berdentang dengan melodi yang mengiringinya, sekarang sudah tepat pukul 00, hari sudah berganti. Aku biarkan radio berisik di sebelahku, setidaknya ia menjadi teman dikala sunyi ini, sudah tak terdengar lagi penyiar yang berbincang menyapa pemirsa, kini hanya terdengar alunan lagu-lagu syahdu, tampaknya merekapun juga sudah lelah dan ingin menghabiskan malam untuk beristirahat. Aku coba untuk menoleh ke saudara satu kamarku, dia pun sudah tertidur pulas. Ah sudahlah! Aku masih sibuk menelusuri alamat web yang satu ini, aku sibuk mengotak atik komputer milikku. Aku begitu tak sabar hingga rela menunggu pergantian hari di larut malam ini. “Aku telah menggantung mimpi ini sejak lebih dari tiga tahun yang lalu. Akankah aku menggapainya saat ini juga?” gumamku dalam hati.
SMA favorit, ya SMA favorit di kota ini. Inilah yang aku incar setahun belakangan ini. Aku pun semakin giat mengejarnya di tahun terakhir madrasahku. Entah apa yang mengubahku sejak saat itu. Bahkan mungkin aku menjadi pemimpi yang sangat hebat kala itu, meski aku tak begitu yakin bahwa aku bisa meraihnya. Tapi setidaknya aku berhasil menggenggam kuat tekadku, aku berhasil menggebu tinggi semangatku, aku berhasil mengubah aku yang pemalas tingkat akut sebelumya menjadi lebih tekun saat itu. Ya, memang tidak terlalu berlebihan, jelas saja semua itu hanya akan sebesar kapasitasku.
Menjelang UN hingga setelahnya pun begitu, aku tentu menghadapi jatuh bangun terhadap usahaku. Tapi tak apa. Kata orang semua itu biasa, segalanya butuh proses. Aku setuju dan terus bangkit. Sampai sekarangpun aku masih percaya, dan sering melafalkan kalimat itu “segalanya butuh proses!”
Sudah hampir satu jam aku duduk di depan komputer ini. Dari kabar yang aku dengar, pengumuman diterima atau tidaknya di SMA favorit ini sudah bisa diketahui hari ini juga. Melawan rasa kantuk, mataku masih menyala dengan sejuta harapan untuk menunggu pengumuman itu.
Yeey! Akhirnya! Aku bersorak bahagia. Hasilnya menyatakan aku LULUS. Tanpa sengaja suaraku membangunkan kakakku yang tertidur pulas di sebelahku. Aku pun memeluknya dan memberitahunya. Kemudian, tanpa sabar aku berlari keluar kamar dan membagi kabar gembira ini kepada orangtuaku. Mereka memberiku pelukan hangat dan ikut bahagia. Tak lupa, aku patut bersyukur kepada Allah atas segala kasih sayangnya. Dan benar sekali “segalanya butuh proses”, sekarang aku mencicipi manisnya perjuangan itu.
Cerpen Karangan: Nurul Fadhiylah Blog / Facebook: Nurul Fadhiylah