Dengan langkah tegas seorang pemuda menyusuri koridor sekolahnya. Hari ini kepala sekolah memulangkan cepat muridnya dikarenakan Ujian Nasional SMP sudah diambang mata. Ia mendengar beberapa gerombolan murid merencakan berlibur setelah melaksanakan UN. Pemuda itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar diskusi teman-temannya. “Bukannya belajar malah mikirin liburan” gumamnya.
“Jal!” suara Gilang menghentikan langkah pemuda yang ternyata bernama Rizal. Rizal sejenak menghentikan langkahnya lalu memutar badannya ke arah Gilang. “Kamu mau ikut jalan-jalan nggak?, refreshing man” ajak Gilang. “Sorry Lang. Kayaknya aku nggak bisa. Aku pulang dulu ya” ucap Rizal diikuti anggukan Gilang. Lalu ia menjauhi posisi Gilang.
Rizal berjalan kaki meninggalkan sekolah menuju rumahnya. Rumahnya berada di atas bukit yang pastinya udara di sana sangat sejuk. Rizal harus melewati ladang dan pematang sawah lalu sedikit mendaki untuk sampai ke rumahnya. Saat melewati pematang sawah, dari sana terlihat rumahnya. Rumah kayu sederhana berwarna merah muda.
Setelah sampai di rumahnya Rizal bergegas menuju kamar lalu mengganti bajunya. Hari ini ia memutuskan untuk membantu Kakaknya bekerja di ladang. Rizal harus berjalan beberapa meter dari rumahnya hingga sampai di ladangnya. Di pondok ladang ia melihat Kakaknya sedang beristirahat. Ia melihat cangkul bersandar di samping pondok. Ia yakin Kakaknya lelah karena tadi sudah mencangkul. Rizal langsung mengambil cangkul dan melanjutkan pekerjaan Kakaknya yang tampaknya sedikit lagi selesai.
Baru beberapa menit Rizal mencangkul, keringat sudah membasahi wajahnya. Hal ini disebabkan karena cuaca di daerah Alahan Panjang saat ini panas. Musim kemarau tampaknya semakin ekstrim saja. “Capek kan? Minum dulu deh.” ucap Kakak Rizal sambil memberikan secangkir air putih dari teko yang dibawanya tadi dari rumah.
“Gimana, udah siap buat UN seminggu lagi?” “Insyallah kak. Doain aja” ucap Rizal sambil tersenyum. Senyumnya membuat kerutan di sudut matanya, menarik sekali.
Jam menunjukkan pukul 15:00. Rizal dan Kakaknya langsung berkemas bersegra pulang. Di sepanjang jalan menuju rumah mereka tampak mengobrol panjang lebar. Saat sampai di depan rumah, Rizal mengetuk pintu sekali. Lalu dari dalam sana terdengar suara mamanya yang menyuruh masuk. Mamanya tampak sedang mengobrol dengan ayahnya. Mereka tampak membicarakan sesuatu yang penting. Rizal hanya dapat menebak-nebak dalam hati karena ia yakin sebentar lagi orangtuanya akan memberitahukan sendiri padanya.
“Zal.. Ke sini dulu nak..” Panggil Mamanya saat Rizal menaruh topi ke dalam kamar. Rizal langsung bersegra keluar dari kamar lalu menemui orangtuanya. Lalu Rizal mengambil posisi duduk di samping ayahnya.
“Ehm.. gini Zal, bentar lagi Rizal UN dan pastinya harus melanjutkan pendidikan ke sekolah yang lebih bagus lagi..” Ayah memulai pembicaraannya. “Kami, mau kamu bersekolah di tempat yang bagus lagi. Kami memutuskan kamu harus bersekolah di Padang.” ucap Ayah mengutarakan maksudnya. Rizal mendengarkan kalimat demi kalimat yang di ucapkan ayahnya. Ia tampak sesekali menganggukkan kepalanya. Fikirannya melayang entah kemana. Ia tidak pernah membayangkan jika ia harus sekolah jauh dari orangtuanya. “Keadaan kita seperti ini. Ayah yakin Rizal akan mengerti”
Ayah memutuskan untuk menyekolahkan Rizal di Padang dikarenakan ia yakin bahwa anaknya memiliki potensi yang sangat besar yang dapat ia kembangkan di kota. Bukan di desa lagi. Ayahnya ingin mengubah kehidupan keluarganya menjadi lebih baik lagi. Karena itu seberapapun biayanya, seberapa pun jauhnya tempat itu, itu bukanlah halangan agar apa yang ia cita-citakan tercapai.
Setelah mendengarkan semua itu, Rizal masuk ke dalam kamarnya. Ia mengunci pintu kamar lalu menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Ia menatap langit-langit kamar, apa yang diucapkan ayah dan mamanya seperti kaset yang terus diputar oleh otaknya. Rizal menghembuskan nafasnya kasar. Setelah berfikir panjang ia akhirnya setuju dengan keputusan ayahnya. Jika bukan dia yang mengubah nasib keluarga maka siapa lagi? Ia yakin ayah memberikan tanggung jawab ini karena ayah yakin ia bisa. Maka itu artinya ia pasti bisa.
Seminggu sudah UN berlalu. Setelah mengikuti perpisahan sekolah, akhirnya hari ini Rizal berangkat menuju Padang. Ia berkali-kali menatap map berwarna hijau yang ada dalam genggamannya. Di map itu tertulis SMK-SMTI Padang dengan huruf balok besar.
Rizal kini berangkat menuju Padang dengan Avanza putih. Ia mengalihkan pandangannya dari map itu ke arah luar jendela. Di sana terlihat alam memperlihatkan keindahannya. Bukit barisan berjejeran sepanjang perjalanannya. Hari ini Rizal akan melaksanakan tes buta warna lalu sorenya akan diumumkan hasil tes rapor. Ia berharap angin akan membawanya ke tempat yang seharusnya.
2 jam sudah perjalanan berlalu. Dari jembatan Juanda, gedung SMK-SMTI Padang sudah tampak. Saat keluar dari mobil Rizal langsung menggandeng tangan Mama memasuki gerbang calon sekolahnya kelak. Saat memasuki gerbang tampak banyak murid SMP dengan seragam yang berbeda-beda. Lalu pandangan Rizal terpaku pada gedung SMK-SMTI Padang. Gedung bergaya modern dengan warna hijau, merah, dan abu-abu menarik matanya untuk terus memandangi gedung itu. Ia sempat terkagum lama melihat gedung sekolah itu. “Ini sekolah atau hotel ya?” Rizal berdecak kagum. Lalu senyum cerah mengembang dari bibirnya. Sekarang ia menjadi sangat yakin bahwa ia akan bersekolah di tempat ini.
“Bagi calon siswa-siswi SMK-SMTI Padang yang akan mengikuti tes buta warna agar segera menuju ruang tes masing-masing sesuai dengan pengumuman yang telah ditempel pada dinding di samping tangga perempuan” Pengumuman itu membuyarkan lamunan Rizal. Dengan lembut tangan Mama menuntun Rizal menuju tempat yang telah diumumkan tadi. Lalu mereka membaca dengan seksama pengumuman tersebut.
“Rizal tes di ruang 5 nak.” ucap Mama lalu mereka bersegera menuju ruang 5 yang berada di lantai 2 gedung SMK-SMTI Padang. Di depan ruang 5 tampak banyak murid mengantri. Mereka menunggu nama mereka dipanggil tak terkecuali Rizal. “Peserta nomor 01-149-089” Sontak mendengar nomor itu Rizal bersegra memasuki ruang 5. Lagi-lagi Rizal terpaku dengan fasilitas yang ada di SMTI. Ruangan itu berwarna putih bersih di depan kelas terdapat papan tulis kaca. Lalu di sebelah kanan ruang itu terdapat 2 buah AC. Dan terdapat infokus di langit-langit kelas. Fasilitas itu tidak pernah ia lihat selama ini. Lalu Rizal berjalan menuju guru yang akan mengetesnya. Ia duduk tepat di hadapan guru itu. Ia berharap hari ini adalah hari keberuntungannya dan di papan pengumuman nanti akan ada namanya, Fedrizal.
“Perkenalkan nama saya Fedrizal, biasa dipanggil Rizal. Saya berasal dari MTSN Alahan Panjang” Ucap Rizal memperkenalkan diri lalu kembali duduk di bangkunya.
Hari ini adalah hari pertama Rizal bersekolah. Impiannya untuk bersekolah di SMTI akhirnya tercapai. Tadi pagi saat pembagian kelas ternyata namanya berada di antara anggota kelas X5 dengan wali kelas Ibu Dra. Ildefniza. Saat ini sedang berlangsung perkenalan satu per satu anggota kelas.
Lalu pemilihan perangkat kelas pun dimulai. Sebenarnya anggota kelas X5 sudah membentuk perangkat kelas tanpa sepengetahuan Buk Il. Lalu saat masuk kelas tadi Buk Il sedikit kecewa. Sebenarnya mereka tidak bermaksud membuat Bu Il merasa seperti itu. Karena itu Ibu Il dengan persetujuan anggota kelas mengulang voting perangkat kelas. Ternyata hasilnya tetap sama. Rizal tetap mendapatkan suara terbanyak untuk menjadi ketua kelas. Dengan M Fachri sebagai wakilnya dan sekretaris kelas Windi Agnesya. Rizal yakin ia akan merasa nyaman belajar di kelas ini dengan anggota kelas yang saling peduli satu sama lain. Dan wali kelas yang humoris dan tentunya sangat peduli dengan anak didik yang sudah beliau anggap seperti anak sendiri. Itu pasti.
Kemarin telah diumumkan bahwa PlantVisit akan dilaksanakan besok. Pagi ini seperti biasa warga SMTI berbaris, menaikkan bendera lalu membaca asmaul husna lalu ditutup dengan doa “Seluruh ketua kelas X agar maju ke depan untuk mencabut lot Plant Visit” Yang pertama mengambil lot adalah kelas X.1 , X.2 dan tetunya X5 terakhir dan nggak bisa milih. “Sekarang buka gulungan kertasNYA!” perinta Pak Hamzah. Rizal membuka gulungan kertasnya. Di sana tertulis PT. MUTIARA AGAM, TIKU. Rizal melambai-lambaikan kertas nya ke arah barisan kelas yang dipimpinnya.
Seperti yang diumumkan Pak Hamzah kemarin, hari ini dlaksanakan Plant Visit. Kelas yang mendapatkan tempat ke PLN, dan Peruasahaan kelapa sawit seragamnya adalah baju bengkel. Sedangkan sisanya memakai baju putih abu-abu disertai alamamater.
Rizal menyiapkan anggotanya lalu memimpin mereka menuju bus yang akan mengantarkan mereka menuju PT. Mutiara Agam yang berada di daerah Tiku. Saat telah sampai di depan pintu bus, Rizal meminta yang perempuan duluan untuk masuk ke dalam bus barulah ia yang terakhir masuk. Lalu ia mengecek kehadiran anggota kelasnya sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai ketua kelas.
Beberapa menit setelah menunggu di bus Buk Il sebagai wali kelas dan Pak Fauzan yang notabenenya guru PKN kelas X di SMK-SMTI Padang masuk dan duduk di kursi paling depan bus. Kemudian Rizal membagikan map berwarna merah muda untuk diisi di perusahaan nanti. Map ini akan memudahkan peserta Plant Visit untuk membuat makalah setelah Plant Visit nanti.
Setelah pekerjaannya selesai ia bersegera duduk di kursi yang kosong. Tepat di samping Liza. Lalu perjalanan pun dimulai. Anggota kelas X5 di dalam bus bernyanyi dan saling bertukar makanan.
5 jam berlalu akhirnya anggota kelas X5 sampai di tempat tujuan. Saat telah sampai di sana, mereka terpaksa menunggu kuramg lebih 1 jam untuk mendapatkan izin masuk perusahaan. Tak sedikit dari anggota kelas mengeluh karena cuaca di daerah ini sangat panas.
Setelah menunggu lama akhirnya mereka diizinkan untuk masuk ke perusahaan. Sebelum masuk mereka diminta berkumpul dan diberikan pengarahan oleh kepala laboratorium PT. MUTIARA AGAM. “Jadi, kita akan membagi dalam 2 ronde. Kelompok 1 sampai 3 ronde pertama dan sisanya di ronde ke dua. Dan jangan lupa pakai helm proyek kalian.”
Ronde grup pertama didampingi Bu Il. Mereka melihat proses pengolahan kelapa dari penimbangan sampai diolah menjadi minyak kelapa sawit. Di ronde ini Rizal terlihat paling aktif bertanya di antara teman-temannya. Sedangkan anggota kelompoknya ada yang bertugas untuk mendokumentasikan kegiatan dan anggota lain merekam penjelasan dari kepala laboratorium.
Kurang lebih sejam ronde pertama berkeliling perusahaan lalu dilanjutkan ronde ke dua. Langit bumi Agam sore ini tampak mendung. Awan menutupi matahari. Lalu perlahan tetes demi tetes hujan membasahi bumi. Anggota kelas berlarian memasuki bus. Lalu bus pun menjauhi posisi PT MUTIARA AGAM. Hari ini mereka mendapatkan pengetahuan yang baru serta pengalaman yang takkan merek lupakan.
“Astaghfirullah, Rizal dokumen ibu ketinggalan” ucap buk Il lalu meminta supir bus untuk berhenti. Dengan ditemani Rizal, Buk Il kembali menuju perusahaan walaupun posisi bus sekarang ini sudah jauh dari lokasi perusahaan ditambah lagi hujan.
Dengan langkah tergesa Rizal dan Bu Il berjalan menuju perusahaan. Semakin jauh mereka berjalan hujan semakin deras. Setelah beberapa meter berjalan, di sebelah kanan jalan tampak pos satpam PT. MUTIARA AGAM. “Bu kenapa balik ke sini lagi bu? Apakah ada yang tertinggal?” tanya seorang satpam menghampiri Buk Il dan Rizal. Buk Il pun menceritakan penyebab ia dan Rizal harus kembali menuju perusahaan. Karena satpam itu kasihan dengan Rizal dan Buk Il, satpam itu pun meminjamkan motornya. Ia tak tega melihat Buk Il da Rizal harus berjalan kembali menuju perusahaan yang masih cukup jauh ditambah lagi hujan deras. “Saya pinjam dulu ya Pak” ucap Rizal lalu dengan sigap membonceng Buk Il.
Saat sampai di perusahaan Buk Il mengambil dokumennya lalu kembali lagi menuju pos satpam. Setelah berterima kasih Rizal dan Buk berlari-lari kecil menuju bus. Kejadian ini merupakan pengalaman yang tidak akan dilupakan Buk Il dan Rizal.
“Zal udah makan?” tanya Taufik sembari menepuk pelan punggung Rizal. Rizal diam tak bergeming sedikitpun. Ia tampak khusuk menghafal materi yang akan diujiankan nanti. Nanti akan dilakasanakan ujian Analisis Non Instrument. Ujiannya double, praktik sekaligus teori. Karena itu Rizal saat ini sangat serius menghafal.
“Belajar mulu ntar sakit maag malah tambah ribet” ucapan Taufik kali ini membuyarkan konsentrasi Rizal. Ia pun kemudian berdiri dan menuju warung nasi goreng yang tepat berada di samping lokasi sekolahnya. Rizal mengakui semenjak sekolah di SMK-SMTI PADANG ia menjadi sangat sibuk. Hingga hanya sekali dalam dua minggu ia menyempatkan untuk pulang kampung, membantu mama dan kakaknya bekerja di ladang, serta melepaskan kerinduannya dengan adik-adiknya. Dan kadang kala ia pulang hanya sekali dalam sebulan disebabkan karena tugas yang banyak yang tidak memungkinkannya untuk sering pulang kampung. Namun menurut Rizal, ini semua adalah hal yang wajar. Bukankah untuk menjadi seseorang yang sukses maka kita harus mengorbankan waktu serta fikiran? Serta harus berusaha mati-matian. Hingga akhirnya bukan hanya posisi teratas yang akan kita dapatkan. Namun juga posisi terbaik kan? This Right Setelah memesan seporsi nasi goreng, Rizal mengambil posisi duduk di depan Taufik. Taufik sejenak mengamati wajah Rizal. Wajah Rizal kali ini tampak sedikit kusut. Sepertinya Rizal lagi-lagi begadang untuk mengerjakan tugas yang akhir-akhir ini sangat banyak.
Rizal memang orang yang sangat komitmen terhadap tugas yang diberikan padanya. Selain menjadi ketua kelas yang bertanggung jawab, tugas-tugas sekolahnya tidak pernah telat ataupun tidak ia selesaikan. Tak salah jika banyak kaum hawa yang mengaguminya. Setiap pagi setelannya selalu rapi. Dan malah bisa dikategorikan sangat rapi.
Teman-teman Rizal sangat tahu bahwa Rizal adalah satu-satunya siswa di kelas X.5 yang tidak pernah remedi dalam mata pelajaran apapun, dan salah satu orang yang dijadikan motivasi baik teman sekelas nya maupun teman satu angkatannya. “Udah hampir masuk Fik, kita masuk yuk” ajak Rizal ditangggapi anggukan oleh Taufik. Setiap menit sangat berharga untuknya. Ia ingin mendapatkan nilai sempurna saat praktik maupun teori.
Ujian telah berlalu. Hari-hari dengan setumpuk tugas untuk sementara waktu tidak ada. Hanya untuk sementara waktu. Hari ini Rizal memutuskan untuk pulang kampung. Ia telah memesan satu bangku di travel langganannya. Ia tak ingin hanya bermalas-malasan di sini saat tidak sekolah. Ia berfikir lebih baik membantu orangtuanya di kampung yang rela membanting tulang untuk memenuhi kebutuhannya di Padang.
Tak terasa perjalanan yang tak terlalu lama itu pun berlalu. Kini ia telah sampai di depan rumahnya. Matanya mengamati keseliling rumah. Tidak ada yang berubah, masih sama seperti 2 bulan yang lalu saat dia juga pulang kampung karena libur sekolah.
Sebelum mengetuk pintu ia sejenak menghirup udara daerah yang sangat di rindukannya ini. Setelah puas ia lalu mengetuk pintu rumahnya. Ia melihat kenop pintunya berputar. Ia sedikit memasukkan kepalanya ke dalam pintu. Di sana tampak mama dengan wajah berbinar-binar menyambut kedatangannya. Ia sontak langsung memasuki rumah lalu menyalami mama lalu kakaknya.
“Capek nak? Udah makan? Mama udah siapin makanan” ucap Mama. “Ntar aja Ma. Rizal mau istirahat bentar dulu. Tadi juga udah makan di perjalanan kok ma” ucap Rizal lalu memasuki kamarnya. Jujur ia kali ini deg-degan karena beberapa hari lagi akan diumumkan peringkat kelas dan murid yang DO. Ia tak ingin hasil belajarnya mengecewakan keluarganya. Juga tak ingin salah satu anggota kelas X5 Drop Out. Rizal membayangkan kebersamaan, tawa, tangis bersama-sama akan hilang karena di tingkat selanjutnya mereka akan berada di kelas yang berbeda. Walaupun begitu, Rizal yakin anggota kelas X5 akan tetap akan kompak meskipun berbeda kelas.
Hari ini langit kota Padang sangat gelap. Awan-awan hitam menutupi matahari. Lalu hujan lebat turun dengan sangat deras nya. Dua hari sudah kota padang hujan tak berkesudahan. Hal ini menyebabkan sebagian besar wilayah kota Padang banjir.
Hari ini adalah hari ke dua hujan deras. Tapi tak menyurutkan semangat siswa-siswi SMTI untuk menerima hasil belajar semester genapnya. Tak terkecuali Rizal. Rizal sudah memasuki ruang 10, ruang yang akan dipakai untuk pengumuman peringkat kelas. Hal ini disebabkan karena hujan deras tidak memungkinkan untuk mengumumkan di lapangan.
Rizal mengambil posisi duduk di barisan paling depan kelas. Satu per satu orangtua dan wali murid juga memasuki ruangan. Karena kursi tak cukup untuk murid dan orangtuanya maka anggota kelas X5 memutuskan berdiri di belakang kelas sambil mendengar urutan peringkat kelas yang umumkan oleh wali kelas X5, Ibu Dra. Ildefniza.
“Juara 1 di kelas X5 semester ini adalah Fedrizal. Fedrizal sekaligus mendapat Juara umum 1 di angkatan ini” ucap Buk Il disambut dengan tepuk tangan yang meriah dari seluruh anggota kelas juga orangtua dan wali murid.
Mama Rizal sontak melihat anaknya. Senyum bangga mengembang dari bibirnya. Rizal membalas senyum Mamanya. Lalu Rizal dipersilahkan ke depan kelas mengambil rapor serta beasiswa dari sekolah. Setelah penerimaan rapor Rizal lalu menuju gerombolan teman-temannya. Satu per satu teman-temannya mengucapkan selamat padanya.
Langkahnya untuk mencapai cita-citanya memang masih jauh lagi. Banyak rintangan yang akan ia lewati bahkan akan lebih berat dari apa yang telah ia alami. Tetapi Rizal yakin dengan tekad dan ketekunannya dia akan menjadi yang terbaik. Namun ia juga sadar bahwa ia bukanlah manusia sempurna. Ia akan membuat kelemahannya itu menjadi senjata paling ampuh untuk mewujudkan mimpinya.
Now, Who’s Want To Follow Me To Make Youre Dreams Come True? 🙂
END
Cerpen Karangan: Henny Novia Hendri Blog / Facebook: Henny Novia Hendri Penulis bernama Henny Novia Hendru dengan nama pena Nohe. Penulis lahir di Padang 2 November 1999. Penulis sudah memulai karir menulisnya sejak ia duduk di MIN GUNUNG PANGILUN PADANG. Ia sekarang menjadi penulis aktif setiap bulannya pada koran daerahnya. Penulis kini sedang menempuh pendidikan di SMK-SMTI PADANG