Kejujuran itu memang sulit dilakukan namun, dibalik kejujuran ada kebahagiaan. Sama halnya dengan ceritaku ini, dulu ketika aku masih SD aku mengerti tentang kejujuran. Pilihan untuk berbohong dan jujur, hal itu yang terjadi ketika aku menghadapi Ujian Nasional di SD. Saat Ujian berlangsung mungkin banyak temanku yang mencontek hingga akhirnya temanku berbicara padaku “Sil kamu mau nyontek gak? Aku bawa contekan nih” ucap temanku dengan memberikan sebuah kertas berupa contekan. “Boleh juga” ucapku dengan menerima kertas tersebut.
Dulu ketika Ujian itu aku tidak begitu tahu tentang mukjizat dari sebuah kejujuran. Kegiatan menyontek hanya kulakukan pada satu pelajaran yaitu matematika yang tak begitu kupahami materinya. Hingga akhirnya pengumuman kelulusan pun tiba, diriku dan teman-teman begitu tegang saat menunggu hasil Ujian. Akhirnya ketika Kepala Sekolah mengatakan bahwa semua lulus kami semua sangat senang, kini hanya menunggu nilai hasil ujian di Ijazah keluar.
Setelah satu bulan lamanya Ijazah kuterima saat itu aku sudah duduk di bangku SMP. Ternyata nilai Matematikaku jelek, diriku hanya mendapat nilai 4,0 sedangkan nilai yang lain tinggi. Saat itu ku merenung, bernostalgia disaat aku Ujian ku baru ingat dulu ku mencontek saat Ujian mata pelajaran Matematika kemudian hasil dari perilaku mencontek adalah mendapat nilai buruk dan mata pelajaran yang lain yang aku kerjakan dengan kemampuanku meraih hasil yang baik.
Hal itu kuterapkan saat Ujian di SMP. Ketika Ujian diriku niatkan untuk jujur dalam mengerjakan Ujian Nasional kali ini karena aku tidak mau mengulangi perbuatanku dulu ketika di SD. Kali ini materi yang telah kupelajari dan yang diajarkan guruku di kelas semuanya keluar. Tanganku menuliskan jawaban di LJK dengan tenang tanpa suatu keraguan. Hingga akhirnya pelaksanaan ujian pun selesai, kini hanya tinggal menunggu hasilnya.
Kurang lebih satu minggu, akhirnya pengumuman tiba. Ketika bapak Kepala Sekolah membacakan hasil Ujian Nasional serta siswa yang meraih nilai tertinggi di Ujian yang berjumlah lima siswa saja yang mendapatkannya, semua siswa tegang menunggu hasilnya. Kemudian bapak Kepala Sekolah membacakan satu per satu para siswa yang meraih peringkat lima besar paralel hingga tepat pembacaan siswa yang meraih peringkat pertama.
“Siswa yang meraih peringkat pertama adalah…” ucap bapak kepala sekolah, semua siswa begitu tegang menunggu kelanjutan ucapan dari bapak Kepala Sekolah. “Ananda Sila Ardila” Diiringi bahagia dan haru atas kerja kerasku belajar selama ini tidak sia-sia. Kemudian semua teman memberi selamat padaku, lalu bapak Kepala Sekolah mengatakan padaku bahwa peraih peringkat pertama akan mendapat beasiswa sekolah di kota. Diriku begitu senang mendengarnya. Anggapanku tentang kejujuran itu memang benar “kalau jujur itu membawa bahagia walau awalnya itu sulit”
Cerpen Karangan: Durotun Nur Laili Assalamualaikum ukhti wa akhi. nama ana nur dan ana dari kendal. semoga kisahnya bermanfaat ya. Syukron