Tetes-tetes embun masih basah di dedaunan, ayam pun berkokok bersahutan dan adzan di masjid ikut berkumandang. Kami yang tinggal di ujung timur Indonesia lebih dulu merasakan hangatnya terik matahari. Seperti biasa, setelah salat subuh dan membantu bunda di dapur aku pun bersiap-siap untuk pergi sekolah. Nadia Fika Putri seorang siswi SMA yang cukup cerdas di kelasnya.
“Bunda.. Nadia berangkat sekolah dulu ya, Assalamu’alaikum,” teriak Nadia sambil jalan perlahan membawa ransel kesayangannya. “Iya nak, hati-hati ya sayang” jawab seorang ibu sambil memandangi anak semata wayangnya itu. Ibu Ina namanya, bunda Nadia yang telah merawat putri semata wayangnya sendiri setelah kepergian sang suami 2 tahun lalu karena kecelakaan pesawat saat pindah tugas ke Manokwari. Suami ibu Ina sekaligus ayah Nadia adalah seorang tentara yang telah mengabdikan dirinya untuk Indonesia kurang lebih 20 tahun lamanya. Bu Ina sendiri bekerja sebagai seorang perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Merauke.
Nadia melangkahkan kakinya memasuki gerbang sekolah sampainya di kelas paras wajah yang manis menyapa seluruh teman yang datang lebih awal. “Pagi semuanya..” sapa Nadia dengan senyum hangatnya. “Pagi juga Nadia.” jawab teman-teman serempak. “eh.. kalian lagi ngapain sih? Kok ngumpul-ngumpul gitu” sahut Nadia. “lagi kerjain PR Pkn nih Nad, emang kamu udah?” Tanya Reynald. “owalah.. udah dong” jawab Nadia penuh kebanggaan. “ya elah.. sombong banget sih kamu Nadia” Timpal Ifan dengan tatapan sinisnya. “astaga, enggak kayak gitu juga kali Ifan” jawab Nadia “kalau kayak gitu bagi jawaban dong, ayolah jangan pelit sekali ini saja.” rayu Ifan sambil memelas. “huftt.. baiklah tapi sekali ini saja ya.” jawab Nadia mengalah, Nadia pun harus mengalah kali ini karena tak tahan melihat muka memelas Ifan ketika memohon padanya. “yey.. Nadia baik bangeet..” jawab Ifan kegirangan.
Teng.. teng.. teng.. Bel berbunyi tanda bahwa kegiatan belajar mengajar akan dimulai seluruh siswa siswi menyiapkan diri mereka masing-masing sambil menunggu guru mereka masuk dan berdoa bersama.
Setelah menunggu kurang lebih 15 menit guru yang akan mengajarkan Pkn tak kunjung datang akhirnya kami memutuskan ketua kelas mencari guru Pkn yang bernama buguru Ningsih di kantor. Ketua kelas pun pergi 5 menit kemudian ia kembali bersama pak guru Hendri. Semua serempak berdiri dan memberi salam. “selamat pagi pak guru.” teriak kami serempak “selamat pagi anak-anak, silahkan duduk.” Jawab pak Hendri dengan senyum mempersilahkan kami duduk. “oke anak-anak, pak guru kali ini menggantikan Ibu karena beliau hari ini sedang berangkat tugas ke Jakarta, jadi sampai mana materi kalian? oya, sebelum itu pak guru mau tanya pekerjaan apa sih yang mengabdikan dirinya ke Negara?” tanya pak guru “tentara pak.” jawab Nadia “guru juga pak guru” sahut Afifah “polisi juga pak” timpal Andreas Seketika suasana kelas menjadi ricuh.
“Sudah, sudah jawaban kalian semua benar, jadi kesimpulannya seluruh pekerjaan yang ada adalah bentuk pengabdian untuk Negara. Tapi pak guru mau tanya lagi apakah siswa siswi kalian juga bisa mengabdikan diri?” lanjut pak Hendri “bisa pak” jawab Dhea penuh yakin “iya betul sekali dengan cara bagaimana? Dengan cara menuntut ilmu tanpa batas mengikuti lomba seperti olimpiade matematika sampai tingkat Internasional itu termasuk pengabdian kepada Negara loh yaitu dengan mengharumkan nama Negara Indonesia. Kalian itu harus bisa menuntut ilmu setinggi langit itu paling rendah deh kalau bisa menuntut ilmu itu tanpa batas walaupun sudah opa oma kalian harus tetap mau menggali ilmu sebanyak mungkin. Raihlah cita-cita kalian bangun potensi kalian sebelum terlambat.” terang pak Hendri dengan penuh semangatnya. “oh begitu ya pak guru jadi kita sebagai siswa sekolah juga harus aktif untuk mengharumkan nama bangsa Indonesia” sahut Rengga “iya seperti itu makanya jangan malas belajar jangan mau dibudaki oleh gadget, gunakan gadget untuk yang positif misal kalau diberi tugas sekolah tapi tidak ada dibuku cari di Internet jangan cuma pake selfie terus unggah di Facebook, Line, Instagram apalah itu.” terang paguru panjang lebar.
Teng.. teng.. teng Bel pergantian jam telah dibunyikan. Oke, begitu saja anak-anak mungkin sampe sini dulu harus rajin belajar ya, jadilah siswa siswi teladan Indonesia jadilah siswa siswi yang suatu saat bisa membanggakan, mengharumkan dan mengabdikan diri kepada Negara Indonesia.” terang pak Hendri. “siap pak guru.” jawab kami serempak.
“berdiri semua, beri salam pada pak guru” teriak Andreas sebagai ketua kelas “selamat pagi pak guru.” teriak kami serempak member salam. “selamat pagi juga anak-anak.” jawab pak guru.
Cerpen Karangan: Fauziah Aryani Fajar Putri Facebook: Fauziah Aryani Putri Nama Lengkap: Fauziah Aryani Fajar Putri TTL: Jayapura, 13 Desember 2002 Siswi SMA NEGERI 1 MERAUKE