Kala itu kita sedang menunggu hujan reda, di masjid tepatnya. Jam menunjukkan pukul 18.30 WIB, jika kita tidak pergi berarti kita menggagalkan pertemuan kita dengan adik-adik panti asuhan an-nur, mencoba sabar menanti hujan, akhirnya kita berencana untuk tetap pergi apapun halangannya.
Kami ini dari salah satu komunitas relawan yang bergerak di bidang divisi pendidikan, apapun bentuknya relawan tetaplah relawan, hatinya harus selalu dipenuhi dengan rasa keikhlasan. Kami pergi hanya 7 orang, 1 laki-laki dan 6 perempuan.
“Mas yakin nih jadi pergi?” Gumamku. “Jadi Vi, kalo ga jadi nanti anak-anak kecewa, apapun yang terjadi kita serahkan sama Allah” jawab Mas Wasis.
Akhirnya, kami memang benar-benar memutuskan untuk berangkat. Kami pergi hanya berbekal Google-Maps, yang tahu lokasi hanya Mas wasis, kami berenam sama sekali tidak tahu.
Kami kira perjalanan hanya 30 menitan, ternyata 1 jam lebih dan hampir nyasar, karena Mas Wasis lupa, jadi kita berteduh terlebih dahulu di emperan.
“Mas masih jauh gak sih?” tanya Vani. “Iya e Mas, kok jauh banget.” gumam Nila. “tau gini mending dibatalin aja Mas” gumam Sindi. “Loh kok kalian pada ngeluh, sabar toh ini aku lagi berusaha mengingat-ngingat, lagi cari di Google-Maps juga, lagipula kita itu relawan, kalo emang niat kita bener dari awal, udah diniatin lillahita’la harusnya kita gak boleh putus asa gitu.” Jawab Mas Wasis. “Sudah-sudah jangan berdebat, mungkin saja Allah ingin menguji keikhlasan kita lewat ini” Nanda berucap bijak.
Setelah itu kamipun sadar, bahwa kepergian kami untuk tujuan baik, mengajar anak-anak panti di desa pelosok. jadi apapun yang terjadi harus dihadapi, luruskan niat yang baik di segala apa yang kami lakukan.
Cerpen Karangan: Rizki Oktaviani Blog / Facebook: Rizki Oktaviani Mahasiswi Fakultas Tarbiyah semester 3 UIN Jogja, yang hidupnya suka membaca dan mengembara.