“Arrgghhhh”, ucapnya dalam keheningan kamar. Sandhing terbangun dengan problematika yang tak kunjung lepas di kepala. Pusing, pening, hancur, rapuh dan tak tau lagi aku harus menggambarkan seperti apa. Mataku sudah tak sanggup membendung lautan emosi yang berhari hari tak kunjung mengekspresi.
Sandhing kembali menggerutu dengan lesu, “Kenapa disaat-saat seperti ini, justru masalah makin bermunculan, bukannya malah berkurang. Tugas kuliah yang ribet, lamaran kerja yang belum ada panggilan. Rasanya Lelah sekali ingin menjadi orang hebat dan sukses, tapi terhalang karena biaya ekonomi.”
Lalu Sandhing menenangkan dirinya dan berfikir, apa yang bisa dilakukannya agar bisa tetap lanjut dalam proses kuliah tanpa harus menyusahkan orangtuanya.
Pada akhirnya Sandhing memilih menggelar sajadah dan meminta jawaban, Sandhing berteriak sekencang mungkin didalam hati, menghela nafas, mengucapkan dengan lemah bahwa, “Aku lelah, yaa sangat lelah Tuhan. Apa yang harus bisa kulakukan?, ibuku di rumah pasti juga sudah kebingungan mengatur biaya listrik dan makan. Jangan sampai dia terbebani karena keberadaanku yang ingin melanjutkan studi di kampus impianku ini.”
Usai sholat dan berdoa, sandhing membuka aplikasi Instagram di gawai yang sudah hampir tak layak pakai itu. Tiba-tiba muncul informasi beasiswa untuk mahasiswa kurang mampu. Tentunya Sandhing sangat terkejut dan antusias. “Wah ada beasiswa nih, sepertinya aku harus coba. Siapa tau Tuhan memberikan jalanku disana.” Ucap Sandhing pada dirinya sendiri.
Lalu dia pun membaca informasi lebih lengkap terkait beasiswa itu. Satu demi satu Sandhing mulai menyiapkan berkas-berkas yang dibutuhkannya. Tak lupa Sandhing juga meminta restu pada orangtuanya agar dipermudah dalam proses pengajuan beasiswa ini.
Keesokan harinya, bertepatan pada hari senin Sandhing berangkat kuliah dan pergi ke akademik untuk mengurus berkas berkasnya. Berjalan sambil berkata dalam hati, “memang agak sedikit ribet sih, tapi bismillah aku bisa lolos.”
Setelah mengurus segala persyaratan beasiswa, Sandhing pun menjalani kehidupan seperti biasanya. Tidak ada yang spesial, hanya saja dia saat ini sudah mendapatkan pekerjaan paruh waktu untuk membantu ekonominya sambil menunggu pengumuman beasiswa yang sudah diurusnya.
2 bulan berjalan, seleksi demi seleksi sudah dilewati dan saat ini adalah hari dimana akan diumumkan siapa saja penerima beasiswa. Sanding pun sangat tidak sabar, dia langsung mengecek hp, “Waaaaaaa, Alhamdulillah akhirnya aku lolos. Trimakasih Tuhan… dengan begini aku ga perlu menyusahkan orangtuaku lagi. Wah ibu harus tau ini.” Ucap Sandhing dengan girang. Tidak menyangka bahwa usahanya tidak sia-sia.
Kini Sandhing sudah bisa menjalani proses di bangku kuliah dengan tenang.
Cerpen Karangan: Annisa Ilma Zulfa Sabila