Dia masih termenung, jauh menatap seberang sungai dihadapannya. Burung-burung merpati berseliweran diatasnya, namun dia tetap tidak berkutik sedikitpun. Kepalanya masih tegak lurus menghadap kedepan. Hanya sebuah harapan dan kebingungan yang ada dalam bayangannya. Harapan akan sebuah cita-cita besar untuk dapat melanjutkan kuliah setelah lulus SMA dan kebingungan akan bagaimana cara merealisasikannya. Bagaimana mungkin dia bisa kuliah dengan keadannya yang sekarang, dia hanya anak seorang yatim yang memiliki satu orang adik yang juga harus terus melanjutkan pendidikannya. Namun disisi lain dia juga ingin seperti teman-temannya yang lain, yang sedang sibuk mencari Universitas yang akan dituju atau sibuk dengan banyak persyaratan untuk pendaftaran di Universitas impian mereka.
Ayahnya meninggal 3 tahun lalu, ketika dia masih duduk di kelas 10 SMA. Kepergian ayahnya membuat keluarga itu harus hidup lebih hemat dan kritis. Keadaan itu juga yang memaksa Ibunya untuk bekerja lebih keras lagi demi untuk menyambung hidup keluarganya dan kebutuhan sekolah anak-anaknya.
Arman namanya, dia juga punya cita-cita besar seperti temannya yang lain. Dia ingin kuliah! tapi dia juga tidak mau egois, dia juga harus memikirkan adiknya yang masih kelas 8 SMP dan kondisi Ibunya yang hanya seorang buruh pabrik dengan gaji dibawah UMR. Untuk makan dan kebutuhan hidup sehari-hari saja kadang masih kurang, lalu bagaimana harapan besarnya itu bisa tercapai.
Mentari sudah mulai meredupkan cahayanya, dan saat itu Ibu Arman menemukannya. “Kamu ngapain ngelamun disitu Man?” tanya Ibu Arman. “Ah Ibu ngagetin aja. Ngga apa-apa kok Bu, lagi pengen ngeliat sungai aja, suntuk di rumah terus” “Kata adikmu tadi kamu ngga berangkat sekolah, benar begitu?” “Iya” “Kenapa” “Ngga apa-apa Bu, lagian kan Arman juga sudah Ujian Nasional, jadi masuk sekolahnya sudah ngga wajib” “Yaudah kalau benar begitu, ayo sekarang kita pulang, sebentar lagi sudah mau magrib”
Arman sebenarnya tidak tega untuk menolak ajakan ibunya, apalagi dia tau karena ibunya sudah mencari-cari dia dari tadi ditambah lagi ibunya baru pulang dari pabrik. Tapi dia masih ingin disana, masih banyak keganjalan yang ada didalam pikirannya.
“Ibu pulang duluan aja ya, Arman masih ingin disini. 15 menit lagi deh Arman nyusul pulang” sanggah Arman “Beneran 15 menit lagi ya, jangan pulang terlalu malam. Yaudah kalo gitu Ibu pulang dulu, mau masak buat kalian makan malam nanti” “Iya Bu, Ibu hati-hati ya pulangnya”
Setelah Ibunya pulang Ia mendongak ke atas, melihat bagaimana indahnya langit sore kala itu yang dihiasi dengan kumpulan awan tipis. Sunggu indah. Melihat bagaimana kawanan merpati dapat terbang bebas kemanapun mereka ingin pergi. Lalu ia bertanya dalam hati “Apakah aku bisa seperti mereka, terbang-bebas-lepas terus dapat melanjutkan hidup seperti apa yang mereka inginkan?”
Arman memang tidak memakai jam tangan atau membawa ponsel genggam sebagai petunjuk waktu. Tapi dia yakin waktunya sudah melebihi 15 menit setelah kepergian ibunya tadi. Sebenarnya dia masih tetap ingin termenung dan melihat sungai, namun dia tidak ingin membuat Ibunya khawatir. Jadi dia memutuskan untuk pulang
Dalam perjalannya, ketika dia ingin menyeberang jalan tak sengaja dia melihat brosur yang ditempelkan ke tiang listrik yang berjudul “LOWONGAN KERJA FREELANCE CUCI PIRING DI RESTAURANT MANDALIKA” seketika matanya langsung tertuju pada brosur tersebut. Tanpa pikir panjang dia langsung menyomot brosur tersebut dari tempat asalnya. Selama perjalanan dia membaca berulang-ulang brosur tersebut. “Apakah ini jawaban dari kegelisahanku selama ini. Kalau begini aku bisa kuliah sambil bekerja, jadi tidak perlu menjadi beban Ibu”. Dipercepat langkah kakinya, dia tidak sabar menunjukkan brosur tersebut kepada Ibunya. Dengan brosur itu dia akan mengatakan alasan kenapa akhir-akhir ini dia sering termenung beserta alasan untuk menyelesaikan masalah itu.
Dia semakin mempercepat jalannya, berharap untuk segera sampai di rumah. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti seketika itu juga! Ada yang memanggil namanya dari belakang. Dia menoleh, ternyata Susy – teman satu sekolahnya. Wanitu itu semakin mendekat kearahnya.
“Hai man, aku punya sesuatu nih buat kamu” sambil memberikan selembar kertas “Apa ini?” “Udah baca aja dulu, ntar juga tau” “Info beasiswa program Sarjana?” “Iya, jadi Pemerintah Indonesia sedang membuka beasiswa untuk lulusan SMA yang ingin melanjutkan kuliah, dengan syarat anak tersebut berasal dari keluarga kurang mampu dan juga harus berprestasi. Nah menurutku syarat tersebut sangat cocok denganmu. Kamu coba daftar ya” “Hmmmm yaudah aku baca dulu ya sus infonya, by the way thanks ya udah ngasih aku info ini, sangat berguna sekali buat aku” “Iya man sama-sama, yaudah aku pulang dulu ya, bye”
Setelah mendapatkan brosur informasi dari Susi, Arman semakin bersemangat untuk melanjutkan kuliah. Kini dia memiliki 2 sumber keyakinan: Lowongan kerja Freelance dan Info Beasiswa program Sarjana. Langkahnya tidak lagi dipercepat, namun sekarang dia lari agar sampai menuju rumah. Setelah sampai didalam rumah dia langsung mencari ibunya karena segera ingin mengatakan uneg-unegnya selama ini
“Ibu, Arman ingin ngomong sesuatu” “Iya Man, ngomong aja” Arman menarik nafas dalam-dalam. Dia melihat lagi 2 senjatanya itu dan siap mengatakan semuanya kepada ibunya.
Cerpen Karangan: Imam Laksono Blog / Facebook: Imam Laksono