Saya tahu bahwa kenangan itu adalah hal yang tak mungkin kembali. Bagi saya kenangan itu adalah hal yang selalu saya kenang. Hal ini menjadi suatu inspirasi bagi saya. Orang mungkin beranggapan bahwa kenangan itu adalah momen di keluarga. Tetapi bagi saya tidak, kenangan itu adalah pada waktu saya pertama kali memasuki kelas 7 dahulu.
Mungkin saya beranggapan bahwa kenangan ini dahulu menjadi buah manis untuk saya. Awalnya begini, waktu saya kelas 7 dahulu mulai merasa cemas, takut, dan kebingungan dengan keadaan pada waktu itu. Saat pertama masuk kelasnya orang-orang di kelas itu saling tak tahu menahu dengan teman-teman yang lain. Saat saya bertanya “Hai, adakah tugas kita untuk besok?” ucap saya. Malah mereka itu senyum manis sambil berkata “Tidak sih, rasanya?”. Jawaban itu belum pasti benar. Padahal waktu itu kita semua sudah memperkenalkan diri.
Hari berganti hari, para teman-teman pun mulai tegur sapa, ngobrol, bercanda, bersanda gurau, dan lainnya. Kekompakan dalam diskusi dan kerja kelompok pun hal yang menjadi biasa. Waktu saya mambacakan jawaban dari tugas saya, langsung diapresiasi oleh guru.
Guru walas saya amat baik, sayang, perhatian, ramah pokonya the best deh. “Nah, Rizky coba ananda bacakan dan jelaskan jawaban dari apa yang ada bab 1 itu”. Ucap Bu guru. Waktu pertama kali maju kedepan rasanya mau copot jantung ini, mana deg-degan lagi. Tapi saya yakin saya pasti bisa untuk maju kedepan. Saya mulai mambacakan hasil tugas yang saya buat. Lalu, saya menjawab, “Baik Bu, saya coba jelaskan ke depan”.
Saya uraikan satu demi satu, kebetulan pada bab 1 yang di bahas mengenai Hakikat Metode Ilmiah. Nah, di situ diminta menyelesaikan fungsi dari alat-alat laboratorium. Pas saat itu, teman-teman saya mulaii tercengang dengan jawaban saya dan memberikan senyuman dan langsung tepuk tangan.
Teman saya yang laki-laki yang saya ingat waktu itu adalah, Al-Gazi, Aziz, Fahri, Fakhry, Rahul, Ferdi, Farid, Farhan, Revan, Habibi, Mardiono, David, Fatur, Karim, Haikal, Apriel, Yudha, hanya segitu.
Minggu berganti Minggu berlalu. Sesuatu yang menjadi momen ketika mereka tidak membuat tugas. “Ki, boleh pinjam buku itu sebentar?”, ucap Mardiono dan lainnya. “Boleh, kok, tetapi hanya sekedar melihatnya saja, bukan mencontoh”, ucap saya. “Mari saya ajarkan”. Begitu terus ketika mereka tidak membuat tugas, termasuk saya kadang-kadang sih, hihi.
Apa lagi jika mereka itu tugasnya sudah menumpuk, seketika mereka bolak-balik kian kemari meminjam tugas dari teman-teman yang sudah selesai. Malahan yang meminjamkan tugas itu kena marah oleh guru. Tapi kita itu selalu merasakan keharmonisan, kekompakan dan keselarasan, baik itu senang maupun susah “always feel happiness”.
Apalagi jika teman selalu mendukung apapun yang kita kerjakan. Baik itu dari saya sendiri maupun mereka semua. Sama-sama ada dampaknya bagi kita semua. Tetapi saya merasa bersyukur atas adanya teman-teman yang baik hati, bisa dijadikan sahabat untuk motivasi diri.
Tibalah saat kita semua terpisah oleh datang hari yang mengejutkan sekaligus menggemparkan, itulah dinamakan ujian. Kita terjarak ruangan maupun perasaan. Saya yang awalnya terkesan berubah menjadi kesepian tanpa adanya teman. Tetapi saya tahu bahwa itu bagi saya adalah tamparan untuk tetap bertahan dari dahsyatnya ikatan pertemanan.
Sesudah dari selesainya ujian itu, kita pun kembali bercanda gurau, ngobrol, tertawa dan hal-hal lain yang selalu membuat kita semua senang. “Gimana rasanya ujian kemaren itu, guys?”, ucap Al-Ghazi dan lainnya. “Oh, sedikit agak sulit sih, tetapi ada banyak juga yang dapat dan mudahnya”, ucap saya ke Al-Ghazi dan teman saya yang lain. Kita mulai membicarakan tentang ujian itu waktu sebelum sholat, selesai sholat, keluar main, di jalan, di kelas maupun di mana kita berada. Ada juga teman saya yang kerjanya selalu membahas mengenai sains ilmiah baik itu dari segi planet kah, tata surya dan benda langit lainnya.
Dia itu adalah Farhan. “My wish is to become a member of NASA one day”, ucapnya. Saya yakin bahwa keinginan dua itu sangat kuat untuk menjadi anggota dari NASA. Ada juga teman saya yang hampir tiap hari membahas tentang game mulu, entah itu karakternya, lah atau sebaliknya.
Hampir semua teman saya baik, tak terkecuali Habibie. Selalu dengan tingkah lakunya orang-orang kena imbasnya. Baik itu dari prilakunya, bahasanya, semua tugasnya, dan selalu heboh di kelas. Sudah juga dinasehati oleh guru-guru yang lain, malah tidak juga dia berubah.
Tapi gimana lagi itu sudah diatur oleh Allah SWT dan mungkin menjadi takdir bagi dia. Anggap saja itu menjadi suatu pelajaran bagi siswa-siswi lainnya, terutama bagi kelas kami. Saya bukan menjelekkannya tetapi itu kenyataan memang terjadi di kelas saya. Itulah yang kami alami waktu di masa-masa itu.
Oke, kita lanjutkan dengan waktu kosong atau kami semua menyebutnya “jamkos”. Nah, itu maksudnya ketika saya dan teman-teman saya yang lain tidak ada pembelajaran dari guru, tugas tidak ada, guru rapat, atau sebaliknya. Kita semua mulai bersorak riang gembira dan tertawa terbahak-bahak. “Woi, ibk sudah pergi, lihatlah!. Tapi tetap jangan berisik nanti kedengaran oleh guru atau orang yang lewat”, ucap saya dan lainnya. “Baiklah! Aman tu”, kata Yudha dan Rahul.
Dalam suasana seperti itu, kami semua senang mendapatkan waktu luang untuk bersantai dari jadwal pelajaran yang padat ditambah pulangnya sudah sore. Hampir setiap waktu seperti di atas tadi kami lakukan jikalau ada “jamkos” tersebut. Ada lagi pas kami semua menyiapkan persiapan untuk lomba antar kelas yakni lomba kebersihan, kelengkapan, dan keindahan kelas. Hari pertamanya kami memulai dengan membeli apa saja yang perlu dan dibutuhkan untuk persiapan itu. Mulailah kami bagi tugas masing-masing.
Ada yang pergi membeli perlengkapannya, ada yang disuruh oleh walas membuat segala sesuatu yang perlu, dan ada juga kerjaan hanya santai-santai saja. Mungkin dia itu menunggu perlengkapannya. Atau perihal yang sebaliknya?.
Semua sudah siap membeli perlengkapannya dan dimulailah mengerjakannya. Kami kerjakan dengan ikhlas dan berharap mendapatkan hasil yang maksimal ke waktu perlombaannya nanti. Waktu pengerjaan cukup lama, hampir dua Minggu kami semua mengerjakan sebab karena semua tidak mambagi pekerjaan.
Tibalah waktu perlombaan penilaian kebersihan dan kelengkapan kelas tersebut. Namun, hasil jerih payah kami tidak membuahkan hasil. Mau gimana lagi kita terima saja, tidak mengeluh dan menjadi pembelajaran kedepannya. Uang pun habis tak tersisa. Bulan berganti bulan berlalu, kami semua mulai belajar normal kembali.
Sudah tak risau lagi dengan biasanya. Mulai canda gurau, ribut, tertawa bahagia dan merasa tenang. Kejadian seperti di atas tadi ikut terbawa kembali. Semuanya sudah normal seperti biasanya. Saya pada waktu itu merasa bahagia sekali dengan adanya teman-teman yang selalu membuat saya tak kesepian yang membuat saya bersemangat untuk menggapai impian saya.
Sesuatu yang lain membuat bahagia sekali lainnya adalah ketika belajar dengan Bu Nur’aini Bahasa Indonesia. Dalam belajar dengan Bu Nur’aini saya merasa bahagia sekali karena beliau selalu membuat happy, semangat, gembira dan heboh.
Bu Nur’aini itu orangnya riang gembira dalam menyampaikan materinya, ceria, dan penuh semangat orangnya. Tidak marah dan tidak pula dendam.
“Hai semuanya, kita jumpa lagi nah silakan kita buka materi selanjutnya dan kerjakan latihannya, oh iya jika ada yang ragu dengan materinya silakan tanya ya, say”. “Nanti ibu jelaskan materinya jika tidak mengerti”. Ucap Bu Nur’aini tersebut.
Bu Nur’aini itu selalu membuat kita semua senang, paham dengan materinya, dan boleh mengerjakan sesuatu yang lain asalkan tugas yang beliau berikan harus siap dan disiplin. Selesai semua tugas-tugas yang beliau berikan, boleh ngapain aja asal yang positif.
Ada yang keluar mengerjakan tugasnya, ada yang di pojok literasi, pondok literasi, di perpustakaan, di luar kelas dan ada yang betah di dalam kelas. Dengan beliau boleh main hp jika beliau suruh membawanya. Dalam kelas pun ada yang jalan-jalan. Di waktu belajar ada juga yang suka mendengarkan musik seperti saya.
Cerpen Karangan: Rizky Budirmansyah Blog / Facebook: Rizky Budirmansyah