Salah satu nabi yang memiliki kesabaran seluas samudra dan tergolong dalam golongan nabi Ulul Azmi ialah Nabi Ayub Aalaihis Salam. Nabi Ayub mendapatkan gelar kenabiannya pada tahun 1500 Sebelum Masehi. Nabi Ayub seringkali dijadikan suri taudalan dalam hal kesabaran. Allah timpakan kepadanya ujian demi ujian untuk menguji keimanan dan ketaqwaan. Kendati demikian keteguhan iman Nabi Ayub kepada Allah tak tergoyahkan. Bahkan Iblis beberapa kali hampir menyerah dalam menggoda Nabi Ayub. Sungguh dahsyat kesabaran yang dikaruniakan Allah kepada Nabi Ayyub, hingga kini kisahnya masih tetap hidup sebagai teladan bagi seluruh umat Islam. Kisah Nabi Ayub Alaihis Salam dengan kesabarannya yang dikagumi oleh penghuni langit dan bumi akan dipaparkan pada ulasan berikut ini.
ADVERTISEMENT
Kisah Nabi Ayub AS dengan Kehebatannya dalam Bersabar
Ilustrasi kisah Nabi Ayub AS, sumber: www.pexels.com
zoom-in-white
Perbesar
Ilustrasi kisah Nabi Ayub AS, sumber: www.pexels.com
Nabi Ayub adalah seorang nabi yang berdakwah kepada Bani Israil dan Kaum Amoria (Aramin) di Haran, Syam. Dikutip dari Situs Pendidikan Islam, dalam artikel Kisah Nabi Ayyub AS (2012:1), Ayub dikisahkan sebagai seorang nabi yang paling sabar ketika mendapatkan cobaan dari Allah, bahkan bisa dikatakan bahwa kesabarannya berada di ambang puncak kesabaran. Kisah Nabi Ayub dalam Al-Qur’an berisi pujian Allah terhadap kesabarannya:
“Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaih-baik hamba.Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).” (QS. Shad: 44)
Dikisahkan Iblis mendatangi Ayub yang bergelimang harta dan kenikmatan dunia serta memiliki keluarga yang besar juga hidup rukun. Ayub tidak silau oleh kekayaan yang ia miliki dan tidak tergoyahkan imannya oleh kenikmatan duniawi. Hari-hari Ayub diisi dengan melakukan sholat, sujud dan tasyakur kepada Allah.
Allah memberikan izin kepada Iblis untuk menggoda Ayub, dengan cara memusnahkan harta kekayaannya sehingga ia menjadi miskin, mencerai-beraikan keluarganya dan mengujinya dengan kematian anak-anaknya sehingga ia menjadi sebatang kara tidak berkeluarga. Namun Nabi Ayub sedikitpun tak bergeming. Ia tetap dalam sujudnya dan senantiasa berdzikir kepada Allah.
Iblis lalu memerintahkan kepada anak buahnya agar menaburkan benih-benih penyakit ke dalam tubuh Ayub. Hal itu menyebabkan Ayub menderita berbagai macam penyakit,seperti deman, panas, batuk dan lain-lain lagi sehingga menyebabkan badannya semakin kurus, tenaganya lemah dan wajahnya menjadi pucat tidak berdarah, kulitnya pun menjadi berbintik-bintik. Orang-orang di kampung dan kawan-kawan dekat menjauhinya, lantaran penyakit Ayub dapat menular.
Ilustrasi kisah Nabi Ayub AS, sumber: www.unsplash.com
zoom-in-white
Perbesar
Ilustrasi kisah Nabi Ayub AS, sumber: www.unsplash.com
Nabi Ayub sedang dalam keadaan sakit yang parah, namun tidak pernah meninggalkan ibadahnya dan pantang mengeluh. Kemudian Ayub memohon kepada Allah dengan sepenuh hati untuk limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya. Ayub berdoa:
“Wahai Tuhanku, aku telah diganggu oleh syaitan dengan kepayahan dan kesusahan serta siksaan dan Engkaulah wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.”
Allah menerima doa Nabi Ayub yang telah mencapai puncak kesabaran dan keteguhan iman. Allah menyampaika kepadanya:
“Hantamkanlah kakimu ke tanah. Dari situ air akan memancur dan dengan air itu engkau akan sembuh dari semua penyakitmu dan akan pulih kembali kesihatan dan kekuatan badanmu jika engkau gunakannya untuk minum dan mandimu.”
Dikutip dari buku Kisah Nabi Ayub Alaihis Salam (2010:5) karya Dr. Amin bin Abdullah asy‐Syaqaw, setelah Ayub memohon kepada Allah maka Allah memberikan pertolongan padanya. Allah brfirman:
اركض برجلك هذا مغتسل بارد وﺷﺮاب
"Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum” (QS. Shad: 42)
Sekian ulasan mengenai kisah Nabi Ayyub singkat, mari teladani sitat-sifat baik para Anbiya. Menjadikan perilaku mulia para Nabi sebagai inspirasi dalam menjalani hari-hari di dunia. Menjaga ketaqwaan pada Allah dan senantiasa melibatkan Allah dalam setiap detail sisi kehidupan. Dari Nabi Ayub mari belajar untuk menerima setiap ketetapan Allah dengan lapang dada, bersabar atas ujian, dan bersyukur atas nikmat-Nya. (RHM)