Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa berbakti kepada orangtua, khususnya ibu. Itu lah yang diterapkan oleh Uwais Al Qarni, seorang pemuda yang membuktikan kebaktiannya kepada sang ibunda.
ADVERTISEMENT
Uwais Al Qarni adalah seorang pemuda asal Yaman keturunan sub suku Murad. Pria yang lahir pada tahun 595 M itu mempunyai penyakit sopak, penyakit kulit berupa belang-belang putih.
Meski demikian, ada banyak sifat yang dapat diteladani umat Muslim dari sosoknya, terutama mengenai kasih sayang dan bakti kepada orangtua.
Bahkan, karena telah memuliakan ibunya, Uwais disebut Rasulullah SAW sebagai penghuni langit. Rasulullah bersabda, “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, minta lah doa dan istighfarnya. Dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.” (HR. Ahmad)
Bagi yang ingin mengenal lebih jauh sosok Uwais Al Qarni, berikut kisah lengkapnya yang dikutip dari buku Surga yang Terlupakan oleh Irsyadul Ibaad.
Gendong Ibu dari Yaman ke Mekkah untuk Pergi Haji
Ilustrasi berbakti kepada ibu. Foto: iStock
zoom-in-white
Perbesar
Ilustrasi berbakti kepada ibu. Foto: iStock
Di Yaman, Uwais Al Qarni tinggal bersama ibunya yang sudah tua dan lumpuh. Uwais sangat menyayanginya dan senantiasa merawat serta memenuhi semua permintaan sang ibu. Hanya satu permintaan yang sulit ia penuhi, yaitu memberangkatkan ibunya pergi haji.
Uwais hanya lah seorang pemuda miskin yang tak mempunyai harta. Sementara perjalanan dari Yaman ke Mekkah sangat jauh, melewati padang tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Lantas, bagaimana Uwais melakukannya dengan segala keterbatasan yang dimilikinya?
Uwais pun terus berpikir mencari jalan keluar demi memenuhi keinginan ibunya tersebut. Ia kemudian membeli seekor anak lembu dan membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi ia bolak-balik menggendong anak lembu itu naik-turun bukit.
Uwais tak peduli meskipun banyak orang yang menganggap dirinya gila. Setiap hari ia menggendong lembu itu naik-turun bukit hingga semakin hari anak lembu itu semakin besar dan semakin besar pula tenaga yang diperlukan Uwais. Namun, karena berlatih setiap hari, anak lembu yang membesar itu tidak terasa berat lagi baginya.
Berbulan-bulan berlalu, tiba lah pada musim haji. Lembu Uwais kini telah tumbuh besar, bahkan beratnya mencapai 100 kilogram. Begitu pula dengan Uwais yang semakin kuat karena latihan yang dijalaninya selama ini demi bisa menggendong sang ibu menuju Mekkah.
Tanpa kendaraan, tanpa bantuan apa pun dan hanya bermodalkan tenaga, Uwais dan ibunya berangkat ke Mekkah. Ia rela menempuh perjalanan yang amat jauh dan sulit demi memenuhi keinginan ibunda.
Sesampainya di Mekkah, dengan tegapnya Uwais menggendong sang ibu wukuf di Ka’bah. Di hadapan Ka’bah, Uwais berdoa agar Allah SWT mengampuni dosa ibunya.
Sang ibu pun bertanya bagaimana dengan dosa dirinya sendiri. Uwais pun menjawab, “Dengan terampuninya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridha dari Ibu yang akan membawaku ke surga.”
Itulah kisah Uwais Al Qarni yang berbakti kepada sang ibu. Karena ketulusannya dalam memuliakan sang ibu, Allah SWT memberi karunia untuk Uwais. Uwais Al Qarni seketika sembuh dari penyakit kulitnya. Hanya tersisa bulatan putih di telapak tangan sebagai tanda.
Harapan Bertemu Nabi
Ilustrasi harapan Uwais bertemu Nabi. Foto: Shutterstock
zoom-in-white
Perbesar
Ilustrasi harapan Uwais bertemu Nabi. Foto: Shutterstock
Walaupun Uwais hidup satu zaman dengan Nabi SAW, ia tidak pernah bertemu Nabi Muhammad. Salah satu alasannya adalah karena Uwais selalu menemani dan mengutamakan sang ibu.
Dikutip dari Kisah Kehidupan Uwais Al Qarni Sang Penghuni Langit Kekasih Tuhan Semesta Alam karya Muhammad Vandestra, pada suatu waktu, Uwais sempat minta izin kepada ibunya untuk bertemu Nabi di Madinah. Setelah sang ibu mengizinkan, Uwais bergegas pergi dengan jarak yang sangat jauh.
Sayangnya saat tiba di sana Uwais gagal bertemu Nabi karena Nabi sedang berperang. Akhirnya Uwais hanya bertemu dengan Aisyah, istri Nabi Muhammad dan Umar bin Khattab, sahabat Nabi. Tidak lupa Uwais menitipkan salam untuk Nabi melalui Aisyah.
Setelah itu Uwais segera pulang ke rumahnya untuk bertemu kembali dengan sang Ibu. Dikisahkan kalau sampai akhir hayatnya, Uwais tidak pernah bertemu dengan Nabi Muhammad. Sehingga dapat dikatakan bahwa Uwais bukan termasuk golongan sahabat Nabi melainkan hanya Tabiin, yakni orang yang pernah bertemu dengan sahabat Nabi.
Saat Nabi pulang dari perang, Aisyah menyampaikan amanah dan mengatakan kalau Uwais Al Qarni datang dan menitipkan salam kepadanya. Setelah mengetahui Uwais pernah datang, Nabi berpesan kepada Umar bin Khattab, jika bertemu dengan Uwais Al Qarni, hendaknya memintanya untuk didoakan.
Karena tidak kunjung bertemu dengan Uwais, Khalifah Umar bin Khatab akhirnya dengan sengaja pergi ke Yaman untuk menemui Uwais. Begitu bertemu Uwais, Umar meminta untuk didoakan dan meminta Gubernur Irak untuk memperhatikan dan memuliakan Uwais.
Dengan rendah hati Uwais menolak hal tersebut karena ia tidak ingin dimuliakan. Uwais juga mengatakan kepada Khalifah Umar untuk biarkan dirinya tidak dipedulikan di tengah lalu lalang kerumunan. Pada akhirnya, perkataan Umar dalam hadis Nabi Muhammad tetap membuat Uwais Al Qarni menjadi terkenal.