Setibanya di bandara, Tania langsung mengenakan jaket hodie berwarna maroon kesayangannya. Tangan kirinya menarik satu koper kecil berwarna hitan dan tangan kanannya memegang tas jinjing berwarna putih, kakinya melangkah sedikit berlari hingga menimbulkan suara yang beradu dengan suara roda koper miliknya.
"Huhh, hampir saja aku terlambat. Ini semua gara-gara si anak cengeng. Awas saja dia, akan kulaporkan pada kak Ren." Ucapnya saat tiba tepat di barisan akhir antrian orang-orang yang sedang melakukan boarding pass.
Kemudian ia segera mengeluarkan paspor dan tiket pesawat yang akan membawanya kembali ke Indonesia. Selagi menunggu antrian yang ada, ia menyibukkan diri dengan memainkan ponsel pintarnya. Setidaknya ada 10 orang sebelum giliran dirinya tiba, itu waktu yang cukup untuk dirinya mengirim pesan singkat pada kakak tertuanya.
"Aku pulang." Tulisnya cepat. Setelah itu ia kembali menyimpan ponsel pintar miliknya kembali ke dalam tas.
Suasana bandara internasional Changi malam itu cukup ramai, mungkin karena musim libur sekolah sudah hampir selesai, sehingga banyak keluarga yang harus kembali ke negara asal mereka. Sama halnya dengan para turis tersebut, agenda Tania datang ke Singapura adalah untuk berlibur dan menjenguk adik bungsunya yang tinggal bersama neneknya.
Setelah selesai dengan semua prosedur yang ada, akhirnya Tania memutuskan untuk membeli beberapa camilan yang mungkin akan ia makan di dalam pesawat nanti. Pilihannya jatuh pada outlet donat yang cukup terkenal di Singapura. Selesai membayar pesanannya, Tania kemudian duduk di salah satu bangku yang kosong di outlet tersebut. Tangannya kembali mengambil ponsel pintar miliknya, ternyata sudah ada balasan dari sang kakak.
"Hati-hati, paman akan menjemputmu nanti." Bunyi balasan tersebut.
Saat sedang asik memainkan ponsel miliknya, tiba-tiba terdengar pengumuman bahwa pesawat yang akan menuju Indonesia akan segera berangkat. Dengan segera Tania mematikan ponselnya dan memasukkannya kembali ke dalam tas, lalu berdiri dan berjalan menuju pintu keberangkatan.
"Aduh.. Heii kamu, hati-hati kalau jalan." Pekiknya sambil memegang bahunya yang sedikit sakit karena insiden tabarakan tersebut.
Laki-laki yang menabraknya hanya menghiraukan saja teriakan Tania seolah tidak mendengar apapun. Tania yang sedikit kesal, kemudian berjalan setengah berlari mengejar laki-laki tersebut. Saat jarak di antara mereka sudah cukup dekat, Tania menarik pergelangan tangan laki-laki tersebut.
"Hei, kamu ini ya. Sudah salah, bukannya minta maaf malah main pergi begitu saja. Punya sopan santunkan ?" Tegur Tania. Laki-laki itu hanya tersenyum remeh pada Tania dan kembali berjalan. Tania yang sudah cukup kesal dengan perilaku laki-laki itu hanya mampu mendengus kasar. Dia tahu bahwa dirinya hanya membuang waktu. Akhirnya ia kembali berjalan ke arah terminal keberangkatan.
Saat di pesawat, Tania terkejut karena ternyata laki-laki yang menabraknya tadi sedang duduk santai di bangku sebelah bangkunya. Tak mau membuang energi untuk hal yang sia-sia akhirnya ia memutuskan untuk menduduki bangku miliknya tanpa harus berbasa-basi dengan laki-laki angkuh tersebut.
Perjalanan Singapura ke Indonesia tidak membutuhkan waktu yang lama, mengingat jarak kedua negara tersebut tidak begitu jauh. Saat pesawat sudah berhenti dan para penumpang mulai keluar dari pesawat, Tania segera mempersiapkan diri. Namun gerakan Tania terhenti saat melihat laki-laki di sampingnya masih tertidur. Awalnya Tania hendak membangunkannya, namun ia urungkan niat baik tersebut dan memilih untuk mengatakannya pada pramugari yang bertugas.
"Huh, akhirnya sampai juga. Indonesia aku merindukanmu!" Ucap Tania sambil melangkah riang keluar dari terminal kedatangan.
Dari kejauhan Tania melihat bahwa pamannya sudah menunggunya. Tania makin mempercepat langkahnya menghampiri sang paman. Namun langkahnya terhenti saat ia merasakan ada yang menarik tudung hodie miliknya.
"Apa-apaan ini? Kamu? Maumu apa sih?" Sungut Tania.
"Ini, kalungmu jatuh. Lain kali hati-hati." Jawab laki-laki itu singkat dan setelahnya berlalu begitu saja.
Tania yang terkejut hanya mampu terdiam tanpa sempat mengucapkan terima kasih.
"Dasar laki-laki aneh." Gerutunya.