Mengidap penyakit langka membuat dirinya merasa hina
ia di asingkan oleh keluarga angkatnya, dan hanya sekedar dijadikan budak pelayan dalam rumah yang megah itu.
Lilis yang bermain sendirian dengan bermodalkan tutup botol hanya dapat melihat betapa indah dan bahagia saudara tirinya bermain dengan banyaknya mainan dan dukungan dari orang orang sekitar.
"Lilis tangkap" teriak Burhan ayah angkatnya sembari melempar tutup botol kearah Lilis
Lilis yang berlari menangkap tutup tersebut tak menyadari bahwa di sampingnya terdapat dinding yang siap menghantam tubuh nya apabila bertabrakan.
dengan tabrakan yang keras, Lilis terjatuh
"Dia anak yang bodoh hahaha" tawa Burhan
Farisa yang melihat adiknya terjatuh spontan berdiri untuk menolong Lilis, namun ayahnya dengan sigap menahan tangan anak kandungnya itu
"Jangan di tolong biar dia mandiri"
Farisa menatap lengannya yang ditahan oleh ayahnya bergantian menatap Lilis yang masih meringis kesakitan.
"Sakit, kak ayo m-mainn" ucap Lilis mengangkat tutup botol tersebut
*
Beberapa pasang mata kerap mencibir kelakuan sang ayah termasuk Farisa, mereka tampak memberikan empati kepada Lilis yang setiap harinya hanya bermain sendirian di depan rumah.
Farisa tak kalah mendapatkan perkataan jahat dari mulut mulut tetangga yang tak suka dikarenakan membiarkan sang adik angkat merasakan kesepian di setiap harinya.
Dengan rasa jengkelnya, Farisa selalu membawa Lilis untuk bermain di taman belakang rumah agar semua sorot mata tajam tidak lagi tertuju padanya
begitu juga dengan Lilis yang bahagia disaat kakaknya akan menemani nya.
"Risa!, beraninya kamu keluar tanpa izin ayah, dan apa ini?!, kenapa kamu bermain dengan anak aneh itu. Ayo masuk" teriak Burhan keras
"Tapi aku cuma mau main ayah!" ucap Farisa sama sekali tak beranjak dari tanah tempat ia dan Lilis bermain bersama
Burhan berdecak kesal "Masuk sekarang, ada ibu di ruang keluarga sudah menunggu kita sedari tadi"
Farisa tak menggubris perkataan ayahnya, ia tau bahwa sang ayah sengaja berbohong, mereka sudah lama bercerai sejak Farisa berumur 2 tahun. Mengapa ia mengetahui sejarah kedua orang tuanya?
Semua informasi ia dapatkan dari sang paman yang bahkan lebih menyayangi dirinya dan Lilis dibandingkan sang ayah.
Sejak saat itu, hari hari ia lalui dengan adanya sosok Lilis. Baginya Lilis juga merupakan adik kadung yang amat ia sayangi, tak peduli adanya perbedaan dari mereka, mereka tetaplah manusia yang diciptakan dengan adanya tujuan kehidupan.
Bahkan saat dirinya memasuki masa sekolah Menengah, ia mulai menaruh amanah kepada sang ayah. Hanya sebentar saja. saat ia pulang sekolah nanti ia akan menjaga Lilis kembali seperti biasa. Namun nihil, Burhan tetaplah Burhan. Ia membiarkan Lilis terlantar tanpa makan dan minum.
"Dia bisa berusaha sendiri." hanya itu yang Burhan lontarkan saat Farisa memberikan tatapan kecewa padanya.
Farisa berniat untuk menitipkan adik angkatnya itu kepada sang paman kepercayaannya. Paman bersedia namun ia tak bisa apabila akan ada Lilis di kegiatan tiap harinya karna ia juga akan mencari nafkah dan meninggalkan rumah yang pada saat itu pamannya belum menikah.
Keluarga lain?, Farisa bahkan tidak mengetahui silsilah keluarganya seperti apa dan dari kalangan bagaimana
**
"Kenapa ayah berani membawa Lilis kerumah jika hanya membiarkannya seperti ini yah?!" tangis Farisa pecah ketika Burhan masih berusaha untuk menjadikan Lilis sebagai budak pelayan disaat Farisa tidak dirumah.
Lilis yang tersentak mendengar buncahan kalimat yang keluar dari mulut Farisa, datang menghampiri kakak angkatnya lalu memeluknya.
"Ayah tidak mengangkatnya, tapi ibumu lah yang mengirimkan anak itu kesini" jawab Burhan enteng
"Ibu?, apa hubungan ibu dengan Lilis?" batinnya seraya mengusap air mata yang tak kunjung berhenti
"Huftt so bad day" ucap Burhan meninggalkan keduanya
Usut punya usut, Farisa mencari tau keberadaan sang ibundanya.
Saat bertemu hanya derai air mata yang bisa meredakan kerinduan mereka selama ini. Tak terkecuali Lilis yang ikut merasakan manisnya pertemuan itu. Sang ibu yang bernama Mirna itu mengenali sosok Lilis dan ikut serta dalam pelukan hangat tersebut.
Semua orang tau dengan sikap Farisa yang dewasa dalam menanggapi suatu hal. maka dari itu Mirna tak segan segan menceritakan semua hal mengenai Lilis
"Farisa terdiam mendengar cerita sang ibu, dibalik alasan perpisahan antara Burhan dan Mirna tak lepas dari sosok Lilis. Mirna pernah mendapati Burhan bermain kotor dengan yang lain dan seperti yang kita tau bahwa Lilis merupakan hasil dari ketidak inginan Burhan dan wanita jalang itu.
Dan bayi yang polos tanpa dosa itu dibiarkan besar di panti asuhan tepat di samping rumah Mirna.
"Mau bagaimana pun, kamu tetapla adikku Lis" ucap farisa memeluk Lilis erat.