Saat aku berpikir untuk mengakhiri hidupku, tiba-tiba ku diberi kemampuan untuk membaca pikiran orang.
Aku bisa membaca isi hati orang yang membullyku :
Nia hari ini ngomong sama orang lain lagi.
Mengapa dia selalu saja tidak ikuti perintahku.
Padahal dia hanya perlu melihat diriku saja.
1
Sepulang sekolah, aku dipaksa berlutut oleh sekelompok orang.
Air kotor langsung disirimkan ke kepalaku, di cuaca yang dingin aku kedinginan hingga tidak sadarkan diri.
Sebuah tamparan keras menyadarkan pemikiranku yang membeku.
Aku dengan takut mengangkat kepalak untuk melihat sosok yang menjulang tinggi.
Dia adalah teman sebangku aku dan juga brendalan terkenal di sekolah, dia juga orang yang memulai membullyku ——
Joshua
Matanya tertunduk dia berkata dengan tatapan dingin :
[Sudah sadar apa yang salah denganmu ?]
Aku berlutut di lantai dengan mati rasa mengeluarkan pengakuan maaf :
[Maafkan aku, aku seharunya tidak berbicara dengan siapa pun tanpa izin]
[Lalu apa lagi ?]
[Dan……?] Aku dengan bingung mengangkat kepalaku.
Tapi detik berikutnya kepalaku dibenturkan ke lantai oleh orang yang ada didepankku.
[Wenia, lu ini tidak bisa hidup kalau tanpa cowok ya ?]
[Jijik lu, asal lihat ada cowok langsung di dekatin.]
Oh, jadi ini sebabnya.
Aku dengan pasrah berucap :
[Maafkan akku, aku tidak boleh mendekati dan menggoda cowok.]
Tetapi aku tahu jelas diriku hanya ngobrol biasa dengan orang……
Tapi aku tahu tidak ada gunanya berdebat dengan mereka.
Aku ditendang beberapa kali lagi, diriku berusaha melindungi kepala dan berusaha untuk tidak menangis.
Joshua berbicara dengan pelan :
[Lain kali masih berani ?]
[Tidak, aku tidak berani lagi……] Seluruh badanku sakit, hanya mengucapkan beberapa kata ini saja sudah menguras semua tenagaku.
[Bagus……] Suara Joshua terdengar senang, dia melihat orang disekitar dan mengangkat dagunya [Bubar.]
Sekelompok orang itu pergi dengan tertawa sedangkan diriku masih terbaring kaku dilantai.
Seluruh badanku sakit, diriku sudah tidak ada harga diri dan juga harapan.
Tatapanku penuh kebingungan : Apa makna untuk terus hidup seperti ini?
2
Saat pemikiran ini muncul, disaat yang sama aku mendengar suara Joshua :
[Nia hari ini ngobrol lagi dengan orang lain.]
[Mengapa dia selalu saja tidak ikuti perintahku.]
[Padahal dia hanya perlu melihat diriku saja.]
……Nia, adalah namaku.
Suara itu terngiang-ngiang di kepalaku.
Aku dengan kaget mengangkat kepalaku tapi Joshua sudah pergi.
3
Keesokan harinya, aku membawa sarapan yang belum sempat dimakan dengan pelan memasuki kelas.
Dengan ragu aku jalan hingga tempat dudukku, aku melihat Joshua sudah duduk dengan nyaman di tempatnya.
[Pengen minum susu sarapan yang dibawa Nia. Tapi kalau gua minum Nia bisa kelaparan sampai siang, Lupakan saja.]
Suara yang familiar muncul lagi dikepalaku.
Aku terbengong dan melihat ke arah Joshua, secara refleks memberikan susuku padanya :
[K, kamu sudah sarapan ? Ini untuk kamu.]
Habis mengucapkan ini, diriku langsung menyesal.
Joshua pasti akan mengatakanku menjijikkan dan membuang susu tersebut.
Namun…… Joshua juga terkejut dan memandang susu itu, dia seperti kepikiran sesuatu.
Beberapa saat kemudian muncul senyuman diwajahnya [Ya, terima kasih.]
Dia menerima susu itu ? Bahkan mengucapkan terima kasih ???
Aku tidak percaya denga napa yang terjadi.
Jangan-jangan suara yang muncul dikepalaku itu bukan halusinasi tetapo adalah suara hati Joshua ?
[Pfft—— Konyol sekali. Tiap kali melihat ekpresinya yang bodoh itu jadi pengen menindasnya. Tapi hari ini cukup sampai sini, susu sarapan yang dia berikan cukup manis.]
Sekali lagi mengdengar suara hati Joshua, aku segera menarik Kembali tatapanku,ku duduk dikursi dan tidak lagi melihatnya.
Aku pura-pura dengan serius membaca buku, sebenarnya pikiranku sudah melayang.
Ternyata aku benar-benar bisa mendengar pemikiran orang, aku bisa mendengar suara hati Joshua.
…… Kalau aku bisa memanfaatkan kemampuan ini, apakah bisa membuatnya tidak menindasku lagi ?
4
Kalau mau dibilang, hubunganku dengan Joshua sebenarnya tidak dimulai dengan buruk
Dia adalah murid pindahan, kelas 3 SMA baru pindah ke kelas kami, wali kelas menyuruhnya duduk disampingku dan memintaku bisa mengajarinya.
Dia pendiam dan tidak suka ngomong, aku tiap hari membawakan sarapan untuknya, memberinya catatan buku. Sepulang sekolah juga akan ngobrol dengannya, aku lakukan semua ini berharap Joshua bisa jadi lebih ceria.
Lalu kenapa situasi bisa jadi seperti ini ?
Sepertinya waktu itu aku sedang membahas soal dengan beberapa teman dikelas, Joshua tiba-tiba membanting meja.
Setelah itu dia menarik rambutku dan memarahiku tidak tahu malu……
Semenjak itu aku sering dimaki dan dipukulnya.
Dia memperingati teman kelas lainnya tidak boleh berhubungan denganku dan semenjak itu aku dijauhin teman-teman.
…… Jadi, Joshua mengapa tiba-tiba membullyku ?
5
Aku terus memikirkan masalah ini sehingga tidak focus belajar.
Joshua dengan malas mengangkat dagunya dan melihat jendela, aku tiba-tiba mendengar suara hatinya lagi ——
[Kelinciku nampaknya hari ini kurang focus.
Jangan-jangan kemarin kelewatan ? …… Tapi itulah yang pantas dia dapatkan.
Gua sudah memperingatinya beberapa kali untuk jangan bicara dengan yang lain, mengapa dia masih suka menempel orang-orang itu ?
Pengen kurungin dia saja, dengan begitu dia tidak bakal bisa berhubungan dengan orang lain lagi.]
Diriku jadi takut dan semakin banyak suara hati yang muncul di kepalaku.
[Kelinci nampaknya lebih kurus ?
Harusnya pagi tadi gua tidak ngambil susu sarapannya.
Tapi dia sudah lama tidak bawakan gua sarapan.]
[Jangan piker gua tidak tahu, kamu begitu giat belajar demi kedepannya bisa masuk universitas yang bagus dan menjauh dari ku. Lu piker lu benar-benar bisa lari dari perangkapku ?]
[Gimana kalau buat dia tidak bisa ikut ujian nasional ? Misalnya patahin tangan kanannya ?]
[Hanya menghancurkannya dia baru tidak kepikiran terus untuk menjauh dariku. Jadi orang cacat dan teruslah berada disisiku.]
……
6
Wajahku jadi pucat, sekali bunyi bel istirahar aku segera keluar dari kelas.
Sesampai di wc, aku muntah.