Aku sudah dibully selama 3 tahun, kehidupanku gelap, demi terlepas dari kesengsaraan, aku memilih tidur dengan pembully itu.
Setelah dia kecanduan dengan tubuhku, aku pergi begitu saja :
"Apakah kamu benar-benar mencintaiku ? Buktikan cintamu dengan tiduri ibu tiriku."
1.
Pengalaman pertamaku dengan Carlos dimulai karena aku dengan tidak tahu malunya memasuki apartemennya dan tidur dikasurnya.
Aku berbaring telanjang dikasur dan menutupi tubuhku dengan selimut. Saat dia memasuki kamar, aku mendengar langkah kakinya terhenti sejenak.
Saat dia membuka selimut melihat diriku yang telanjang.
Ku meliriknya dan menunggunya menerkamku, karena tampak jelas dia terangsang dan bawahnya bereaksi, ini tidak bisa disembunyikan olehnya.
Tapi dia tetap berdiri disana melihatku, menyalakan sebatang rokok sambil mengangkat alisnya berbicara padaku :
"Sial kau Vania, gimana kamu masuk ke kamarku ? Bukannya kamu pelacur yang tidak pernah memilih pelanggan? Cepat turun dari kasur gua, gua jijik sama lu."
Ku menggesekkan tubuhnya dengan suara lembut berkata : "Terserah kamu berkata seperti apa, tidak masalah kalau kamu memikirku seorang pelacur, kamu boleh berbuat apapun padaku."
Dia mendorongku dan menimpakkan badannya diatas tubuhku, walaupun rekasi tubuhnya sangat jelas tapi dari tatapannya tidak ada nafsu sama sekali.
Dia menampar wajahku hingga miring ke sebelah :
"Apapun boleh lakukan pada lu ? Begini juga boleh ?"
Pipiku merasa panas kesakitan, tapi ku tetap tersenyum dan berkata dengan lembut : "Tentu saja, malam ini aku naik ranjangmu, kamu mau boleh berbuat apapun padaku."
Dia meraba tubuhku sambil memarahiku, dengan menahan napas berkata : "Lu beneran rendahan seperti yang digosipin orang-orang."
Iya, aku juga merasa aku sangat rendahan.
Tapi aku tetap berusaha yang terbaik untuk melayaninya, melayaninya hingga serasa disurga dan tenggelam digua nafsu yang hangat hingga melupakan duniawi.
Mungkin karena aku terlalu mengikuti permainannya sehingga Carlos sangat semangat, dia mempermainkan badanku cukup lama dengan berbagai gaya.
Setelah selesai, satu tangannya memegang rokok dan tangan satunya memelukku. Nampak dia sangat puas dengan permainanku tadi.
Dia menghembuskan asap rokok ke wajahku : "Jual diri sampai ke gua ? Berapa harganya ?"
Aku menahan rasa mual dengan senyum palsu : "Aku tidak mau uangmu."
"Oh ya?" Dia menarik rambutku, "lu sudah layani gua dengan baik, lain kali jangan cari pelanggan luar , gua sewa lu perbulan, gimana?"
Aku berusaha angkat kepala untuk mengurangi rasa sakit : "Kalau kubilang aku tidak seperti yang digosipkan orang-orang apa kamu percaya ?"
Senyumannya menyindir : "Lu kira gua tidak bisa bedain, lu udah jelas bukan perawan, kalau lu bukan pelakor, pertama kali lu sama siapa ?"
"Kalau aku bilang aku juga tidak tahu, kamu bakal percaya ?"
Ini pengalaman pertama ku dengan Carlos, tapi bukan pengalamanku. Perawanku direnggut siapa? Aku benar-benar tidak tahu.
Sama seperti aku tidak mengerti apa yang salah dengan diriku sehingga kehidupanku berjalan hingga pada titik ini.
2.
Dia menyimpan kontakku, semenjak saat itu dia sering mencariku, aku selalu hadir saat dipanggil.
Aku harus memanfaatkan setiap kesempatan sebelum dia bosan denganku.
Dia juga tidak selalu bersikap kasar padaku, saat moodnya baik dia akan memperlakukanku dengan lembut, membuatku nyaman hingga teriak.
Setiap kali selesai, dia mengeluarkan uang rupiah yang banyak dan melemparkannya ke badanku.
Dia suka menamparkan uang banyak ke tubuhku yang telanjang, sambil menampar uang itu sambil berkata : Vania lihatlah dirimu sungguh murahan, dasar pelacur.
Aku menyadari dia suka meremehkan orang dan tidak menganggap uang itu sesuatu yang berharga, dia suka mempermainkan orang dengan uang.
Tapi setiap kali pergi dari apartemennya, aku akan melepaskan uang yang nempel ditubuhku hingga bersih, aku tidak mengambil uang itu satu sen pun.
Dengan diam mengenangkan kembali pakaianku dan pergi tanpa mengatakan apapun.
Ku ulangi berkali-kali, suatu hari saat ku memakai baju, dia tiba-tiba menarikku ke dalam pelukannya dengan penasaran bertanya padaku mengapa berbuat seperti itu.
Aku dalam pelukannya berusaha mengangkat kepalaku : "Aku datang bukan demi mendapatkan uangmu, makanya satu sen pun aku tidak akan ambil."
Ini bukan omongan bohong.
Dia tertawa dan menatapku seakan-akan sedang sidangi diriku : "Lalu mengapa harus gua ? Karena gua ganteng ?"
Dia memang ganteng tapi jiwanya sudah lama busuk, aku tidak akan jatuh cinta pada orang seperti ini.
Melihatku tidak menjawab, dia menambahkan : "Jangan bilang lu cinta gua sampai mati ya, gua tidak percaya omongan seperti ini. Lu kalau siap ngomong gitu mending pulang saja."
Tanganku meraba dadanya : "Aku tidak bersiap ngomong seperti, jujur adik perempuanku sangat menyukaimu, sedangkan aku suka merebut barang milik adikku, gimana dengan jawaban ini? Apakah anda puas ?"
Dia nampak sedikit bingung : "Adik lu ? Siapa ?"
"Elmira."
Dia tertawa terbahak-bahak : "Anjing penjilat itu ?"
Aku menganggukkan kepala.
Elmira yang ada disebut penjilat ini adalah pelaku yang telah menghancurkan hidupku.
Dia meraih kepalaku ke dalam pelukannya : "Gua tidak pernah tidurin cewek tanpa bayaran, kalau lu tidak mau uang, gua kasih lu yang lain aja ! Mulai besok gua akan lindungi lu, Elmira tidak akan bisa tindas lu lagi."
Inilah yang ku mau.
3.
Elmira adalah anak ibu tiriku, dia telah menindasku dari SMA hingga kuliah, selama 4 tahun.
Berkat Elmira, disekolah selalu mengedar gosip bahwa aku seorang pelacur.
Pertama kali masuk sekolah, dia membawa sekelompok orang untuk memukulku, Carlos waktu itu hanya berdiri dan menonton.
Tapi saat aku mengangkat kepalau, dia melihat wajahku.
Dari kecil aku menyadari aku cantik, tapi justru karena kecantikanku membuat aku harus menerima kejahatan ornag-orang.
Ada saja lelaki yang merasa wanita cantik harus menjadi pelacur, tidak ada yang percaya kebenaran dari rumor yang disebarkan, mereka hanya suka menghina wanita cantik yang tidak bisa mereka dapatkan.
Carlos menatap wajahku sejenak, dengan tidak sabar melambaikan tangan : "Bubar, bubar, gua udah capek nonton, kasih saja dia kesempatan untuk hidup."
Tidak ada yang berani melawannya, Elmira yang tidak puas pun berhenti memukulku.
Akhirnya aku terselamatkan.
Setelah itu dia berjalan ke depanku, menarik rambutku dan memaksaku mengangkat wajahku : "Cantik juga lu, berapa lu sekali jual ?"
Semua orang tertawa.
Carlos jago bermain karena ayahnya adalah salah satu tetinggi sekolah ini, selain pergaulan bebas dia juga suka minum, berkelahi dan balapan mobil.
Saat dia mengatakan ucapan itu aku sudah tahu, dia tidak mengasihaniku, hanya tertarik dengan wajahku saja.
Nafsunya menjadi akar dari kehidupan tragisku selanjutnya.
Aku membencinya, tapi disaat ini aku akan melayaninya dengan baik.
Hanya dengan kekuasaannya aku baru bisa bangkit.
4.
Jujur, aku di sekolah sangat menderita.
Keluargaku kaya, tapi aku tidak bisa mendapatkan biaya hidup dari keluargaku, biaya kehidupanku harus kudapatkan dengan kerja paruh waktu.
Selain kerja, aku menghabiskan semua waktuku untuk belajar, setiap hari kuhanya tidur 5 jam. Ini sangat sulit, tapi aku menikmatinya.
Karena aku berencana mengajukan beasiswa pertukaran murid di Korea, hanya siswa berprestasi yang dapat mengajukannya.
Aku ingin pergi dari tempat ini, jadi ku harus menangkap kesempatan ini.
Saat kerja paruh waktu di kantin, aku mengenakan masker dan topi, orang-orang yang menindasku tidak akan mengenaliku.
Siang ini tidak ramai, ditambah udara panas dapur membuatku kepanasan dan terpaksa mekepaskan masker.
Hanya beberapa menit saja Elmira dan penjilatnya Daisy sudah menyadari keberadaanku.
Daisy sengaja mencari masalahku dikantin, dia menunjukk hidungku dan menyindirku adalah pelacor, dia berteriak bahwa siapa yang berani makan makanan yang disentuh pelacur, membuat semua orang memerhatikannya......
Aku dibalik kaca melihat semua orang yang menilaiku. Suara mereka bagaikan ombak yang menenggelamkanku.
Apakah aku sedih? Tidak, aku sudah terbiasa.
Aku sudah tidak peduli lagi.
5.
Tiba-tiba !
Segelas coca-cola dilemparkan ke kepala Daisy, Daisy tersandung hingga terjatuh ke lantai.
Semua orang melihat ke arahnya, ternyata si Carlos !
Daisy baru ingin bangun, Carlos tidak peduli bahwa dia gadis, kakinya menginjak kepalanya, sepatunya mengusapi tangan Clara, mendengar suara tangisan Daisy yang membuktikan kesakitannya, Carlos melihat orang disekitar, dengan nada tidak senang mengancam Daisy dan juga semua orang disini :
"Tarik balik semua ucapan lu tadi, coba saja gosipkan Vania lagi, buat yang ngerasa sudah bosan hidup ! Silahkan dicoba. Gua kasih tau lu, sekalian lu pulang kasih tahu Elmira, Vania orang yang kulindungi. Jangan kira lu semua bisa pakai trik kecil menindasnya lagi, kalau ada yang berani menindas Vania berarti menantangku, ingat ?"
Carlos mengangkat kakinya, Daisy dengan patuh menganggukkan kepala dan pergi sampai terguling.
Dia jangan hingga jendela kantin sambil mengetuk jendela berkata padaku : "ikut gua keluar."
"Aku masih belum selesai kerja."
Dia menyeberkan mulutnya : "Kalau gitu buatkan gua semangkok mie."
Aku membuat semangkok mie untuk dia. Dia membawa mie yang sudah dibungkus mendekati jendela : "Nanti pulang kerja ke tempatku."
Aku mengangukkan kepala, dia pergi.
Dia sekali pergi, bos menepuk pundakku, dengan ekspresi yang susah dideskripsikan berkata padaku bahwa kedepannya aku tidak perlu datang lagi, dia akan bayar gajiku bulan ini.
Memang iya, habis masalah ini mana ada yang berani mengrekrutku.
Hal ini membuat hidupku semakin sulit.
Aku melepaskan seragam dan keluar.
Orang dikantin masih diam-diam melirikku, tapi tidak ada yang berani membicarakanku lagi.
6.
Walaupun aku kehilangan pekerjaan dikantin, tapi karena masalah itu juga tidak ada lagi yang berani menindasku.
Aku tidak mau uang diberikan Carlos, dia kehabisan kata-kata : Gengsi dari mana si lu, lu tinggal di apartemen gua saja ! Gua biayain lu.
Setelah itu aku pindah dan tinggal bersamanya.
Semua orang tahu bahwa kami tinggal bersama, tapi dia tidak pernah mengatakan aku pacarnya.
Dia sering tidak pulang dan bermain dengan teman-teman brandalannya, aku tidak peduli, saat dia tidak pulang, aku berusaha belajar.
Suatu hari dia dengan jarangnya pulang awal dan menarik diriku yang sedang baca buku :
"Buat apa lu belajar, ayo, ikutin gua ke tempat bagus."