Aku pertama kali mengenal mimpi saat berumur 10 tahun. aku melihat mimpi itu seolah menjadi masa depanku kelak, mimpi itu selalu datang dikala semangatku rapuh. Semakin hari mimpi itu semakin dekat, dekat sekali seperti jari tengah dan telunjuk, Dia dia seolah – olah meyakinkanku bahwa ini akan menjadi kenyataan jika aku berbuat sesuatu..”
“‘berbuat sesuatu?’ apakah makna kata itu?” ‘sesuatu..’ kata sesuatu itu universal, karena mencakup banyak hal, bisa ini bisa itu.. dan kata inilah yang kucari selama 4 tahun belakangan ini!!”
Setelah lama merenung di depan danau yang indah nan sunyi itu, aku segera pergi ke perpus untuk memenuhi janji dengan pamanku. Sebelum sampai perpus, di jalan aku di hadang angin yang bertiup kencang dan sebuah kertas mengenai kakiku, dan kamu tau apa kertas itu? Itu ‘Kertas bekas gorengan’,, berminyak, lecek, kotor, dsb. Saat aku ingin menyingkirkannya aku melihat kata – kata yang lagi – lagi membuat ku penasaran: “berbuatlah sesuatu untuk merubah nasibmu”.
Lagi – lagi kata itu, mengapa kata ‘berbuat sesuatu’ yang harus ku temui? Tetapi biarlah itu menjadi PR ku, aku segera melanjutkan jalan ke perpus, dan akhirnya bertemulah dengan pamanku.
“lama sekali kamu za..” keluhnya. “maaf paman tadi ada sedikit masalah” Jawabku. Di sela – sela perbincangan aku bertanya padanya apa arti ‘berbuat sesuatu’ pada mimpiku itu, dia hanya tersenyum dan berkata: “biarlah kamu sendiri yang mencari dan menemukan arti kata itu”.
Di sekolah, aku membawa buku, buku yang ku pinjam dari perpus kemarin. Judulnya ‘mimpi adalah bibit kesuksesan’. Di sela – sela pelajaran kosong, temanku mengajak ke kantin untuk merokok. “za, kantin yuk, mumpung gaada guru nih!!” ajak mereka “hmm maaf gue gak bisa, lain kali aja ya!” aku menolaknya dengan sopan karena aku ingin membaca buku yang kupinjam kemarin, dan aku masih tertarik mencari arti kata itu.
“ayolah za, gak asik lo sekarang. Bentaran doang juga!” paksa Juned (salah satu dari mereka) Aku menggeleng – gelengkan kepala dan tetap pada prinsip ku “gue gamau, maaf ya!” “za. Plis kali ini doang ayolah, lo kenapa sih? Awas lo za nanti pulang sekolah! Paksa mereka lagi “lo denger kan tadi gue bilang apa? Enggak!!” sahutku tegas Aku tak memperdulikan mereka yang menatapku seperti tajam seperti itu, banyak orang yang bilang kalau aku itu sangat konsisten dan teguh pada prinsip. Aku kira mereka akan marah, tapi yasudahlah biarkan saja, nanti juga diberi contekan langsung adem lagi! Tak lama kemudian aku mengeluarkan buku dari tas, mereka melihat dan mentertawakan
Saat aku mengeluarkan buku dari tas dan hendak membacanya, mereka mentertawakan “hahahhaa… jajan goceng aja baca buku beginian lo, inget, lo tuh miskin, emangnya bisa sukses? Bisa mewujudkan mimpi? Sukses tuh butuh modal!” ketusnya karena kesal ajakannya ku tolak. Aku menjawab “oke, dompet boleh kosong, tetapi pikiran tidak pernah kosong! Banyak jalan untuk mewujudkan mimpi tanpa harus berawal dari uang” Jawabku santai. Entah mengapa aku begitu terobsesi untuk mewujudkannya. Bel pulang berbunyi, aku pun lekas ke parkiran untuk pulang mengendarai Vespa peninggalan pamanku saat muda. Saat aku ingin menyalahkannya, aku melihat bannya kempes, entah siapa yang berbuat begitu itu kepadaku, aku tidak berfikir mereka (Juned dan kawan kawan) yang berbuat, tapi siapapun orangnya tidak apa – apalah, ini Cuma bocor biasa. aku segera mengeluarkannya dan mencari bengkel. Seusai menambal ban, aku pulang karena aku banyak tugas dan belum sampai rumah aku bertemu nenek – nenek bertengkar dengan supir bajaj “elu sama orang tua jangan mahal – mahal, ketimbang ke depan aje mahal banget, gak berkah lu ngasih makan bini lu,, gitu aje mahal banget, mau cepet pergi haji lu?” ocehnya “yaelah nek, tuh tarif udah dari belanda masih makan TAPE, nenek aja yang gak pernah naik bajaj” ngeles si supir bajaj. Aku langsung mendekatinya “nenek mau kemana?” “gue mau ke balik kerumah, ama die mahal banget, gatau gue orang susah ape” keluhnya. “yaudah nenek bareng sama saya aja ya naik motor, saya anterin” tawarku Akhirnya aku mengantarkannya sampai rumah dan mampir sebentar untuk izin ke toilet, perutku sakit karena nenek – nenek itu saat pegangan di motor kencang sekali, mungkin dia masih kesal dengan supir bajaj tadi, jadi pertku yang menjadi pelampiasan. Sebelum aku pulang aku ditahan olehnya “kamu mirip seperti cucuk ku!! (sambil menatap) matamu bulat, hidungmu mancung dan bibirmu merah, pesis seperti cucukku!” ujarnya sambil menahan ku yang ingin pamit pulang “ohya? sekarang cucu nenek dimana?” tanyaku melanjuti obrolan dan tak jadi pulang “cucuku sudah sukses! sehingga ia sudah lupa denganku, padahal, disaat orang tuanya bercerai, aku yang mengurusinya sejak lahir hingga ia kuliah, setelah itu dia meninggalkanku sendiri di gubuk ini!” Aku turut kasihan. aku langsung menghiburnya “nenek jangan sedih ya, kalau nenek butuh teman, atau sedang kesepian, hubungi aku saja!” dia diam membisu, seolah masih memikirkan keberadaan cucunya yang mirip denganku!
Hari demi hari berlalu, mereka terus mentertawakan dan meledekku “haha ada calon orang sukses lewat, haha”. Yang lain meneruskan “eh eh ajarin gue biar sukses dong.. haha sukses”. Begitu menjengkelkan mereka tetapi aku selalu berusaha memotivasi pikiranku “tenang za, mereka tidak sebaik dirimu”. Ohya, aku mempunyai 2 teman, bernama Ritney dan Wandi, Ritney itu berdarah Amerika – Sunda, sedangkan Wandi itu kental sekali dengan ciri khas jawanya ketika berbicara. Aku sempat menanyakan mereka tentang mimpiku, tapi mereka tidak bisa memberi jawaban yang pasti dan jelas. aku rasa memang harus aku yang mencarinya sendiri karena itu aku yang memimpikan, bukan orang lain, wajar kalau mereka tidak tahu detailnya seperti apa arti mimpiku itu.
Aku punya janji hari ini dengan paman untuk bertemu, Paman adalah satu – satunya keluarga yang aku punya. aku tidak mengenal keluarga sejak kecil, persis seperti cucu yang nenek ceritakan padaku, paman itu orang yang bijak, baik. Dulunya aku tidak mengenal apa itu keluarga disaat teman – temanku bercerita tentang kehidupannya, aku hanya diam, aku berfikir kenapa hidupku begitu sepi, tak ada seorang pun saudara yang aku kenal, kecuali paman. Dia menitipkanku pada sebuah kosan ketika aku berumur 12 tahun. dan aku sudah beljar mandiri sejak itu. Paman selalu memenuhi kebutuhanku, padahal yang ku tau, paman hanya seorang Kurir.
Liburan semester satupun tibaa.. aku menyambut dengan gembira dan tetap pada misiku kemarin, mencari arti kata ‘berbuat sesuatu’. aku memilih pantai untuk merenung dan menghilangkan beban sejenak “tikarnya ka? boleh?” tukang tikar menawarkan padaku “tidak, terima kasih!” Aku memilih tempat yang sejuk dari sinar matahari, kebetulan aku memilih tempat duduk dibawah pohon kelapa, Saat aku duduk di bangku pantai, aku mendengar suara, pertamanya tidak jelas, tapi lama kelamaan itu jelas seperti suara anak kecil. “tolong.. tolong” saat kucari dari mana suara itu berasal, dari sudut kanan pantai ke sudut kiri pantai ternyata itu suara 2 anak kecil yang terbawa ke tengah laut. Semua pengunjung hanya menontonnya dan tak ada yang mampu menolong. Akupun tidak berani menolong karena aku tidak bisa berenang apalagi hampir ke tengah lautan, tapi aku berusaha menolongnya dengan memanggil tim keamanan pantai. Aku melihat ada 1 anak kecil yang diam saja (tidak mau berusaha untuk berenang ke tepian) hanya ‘mengandalkan orang lain untuk menolongnya’ dan akhirnya dia tenggelam sebelum tim itu datang. Namun aku melihat anak yang satunya lagi, dia berusaha bergerak dan bertindak untuk berenang ke tepian, dia tidak mengharapkan bantuan orang lain, dia bergerak atas hati nuraninya. Dan ia dapat tertolong oleh tim keamanan pantai. Entah mengapa setelah melihat itu, fikiranku langsung tertuju pada kata ‘berbuat sesuatu’ yang selama ini aku cari, aku mendapat pelajaran dari kejadian itu bahwa: untuk mendapat sesuatu yang kita harapkan, itu berawal dari kita juga, bukan tangan orang lain.kita harus bergerak sendiri, berubah, tidak mandek, tidak statis, dan Aku jadi teringat paman, selama ini beliau selalu membantuku. Oke aku harus usaha sendiri. Aku harus melakukan hal – hal/tindakan untuk merealisasikan mimpi itu. Tidak perlu mengeluh apa yang menjadi kelemahanku, tapi gunakanlah kelebihanku untuk menutupinya, dan juga tidak perlu mengeluh ‘tidak punya keahlian’ gunakan saja apa yang sudah ditakdirkan Tuhan padaku. darisitu aku semakin yakin kalau aku bisa kerja/usaha untuk membayar kuliahku. Mandiri membuat segalanya menjadi mungkin.
—– 10 tahun kemudian—– “bekerja keras, rasa ingin tahu yang tinggi, pantang menyerah, berbekal cemoohan dan banyaknya kegagalan, berlapis pengetahuan dan pikiran yang ada, kalian akan menjadi sosok yang kalian inginkan” itulah kata – kata ku yang telah menjadi ‘Presiden Bank Internasional settlement’ dalam pidato. Tepuk tangan meriah juga diberikan kepadaku untuk menutup pidato yang diantaraya terdiri dari teman – temanku yang sering meledek saat SMU.
“rezan.. hebat ya kamu bisa meraih ini semua dan dijadikan orang sebagai sosok inspirator” kata mereka dengan nada malu karena dulu pernah menyindirku. Aku hanya tersenyum dan berkata “kalian sebenarnya bisa sepertiku, berawal dari mimpi menjadi pikiran, pikiran menjadi ucapan, ucapan menjadi tindakan, tindakan menjadi nasib, dan nasib menjadi suksesmu”. “maafkan kita ya za, telah meledek mu dulu” penyesalan mereka. “aku sudah melupakan semuanya, bahkan aku hampir lupa kalau kalian pernah berbuat begitu kepadaku dulu”.. Saat pulang dari pidato, di jalan aku melihat kerumunan orang, aku berhenti dan menghampirinya. Aku melihat ada seseorang pria tergeletak di jalanan karena tertembak salah sasaran polisi, dan ternyata ituuuuu……….. “pamaaaaa…nnnnnn…… apa yang terjadi …..???” air matta menetes dengan derasmelihat wajah rupawan, bijaksana, baik, dan dialah yang merawatku dahulu sejak mama dan papaku bercerai dan meninggalkanku sendiri. Dia mengasuhku dengan kesederhanaannya, benar – benar sosok yang mulia..
—mengiringi pemakaman— “paman, kebaikanmu takkan pernah kulupakan, bahkan kusimpan dalam hati ini, pelajaran hidup yang kau ajarkan hingga sekarang aku seperti ini, sukses dan bisa mewujudkan mimpi, doronganmu selalu menyertaiku saat kesedihan singgah.. Paman… inilah PR yang kau berikan sejak 10 tahun lalu …. inilah arti yang kutemukan dari kata ‘berbuat sesuatu’ untuk sukses……….. #memeluk batu nisan#
Cerpen Karangan: Siti Nurjanah Septiani Blog: www.princessnonyabubakar.blogspot.com