Di era globalisasi ini remaja lebih sering menghabiskan masa-masa remajanya untuk bermain. Mereka juga jarang ada dirumah dan berkumpul bersama keluarganya. Sungguh miris melihat sikap dan prilaku remaja masa kini. Arus globalisasi telah membawa mereka pada hal-hal yang negative. Namun, tidak bagi sebagian remaja lainnya termasuk salah satu perkumpulan remaja yang ada di daerah Cangkuang.
Daerah Cangkuang memiliki tempat wisata yang sering dikunjungi para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Cangkuang tak hanya terkenal dengan peninggalan sejarahnya saja. Cangkuang juga terkenal dengan keadaan alamnya yang indah, sejuk, dan disana juga terdapat transportasi air yang berupa rakit.
Suatu hari beberapa remaja terlihat sibuk dengan tugas sekolahnya. Kemudian mereka pergi ke Cangkuang untuk belajar bersama setiap hari sepulang sekolah. Perkumpulan ini bisa disebut juga sebuah grup yang bernama Benkyo. Mereka menjalani rutinitas kesehariannya ini disebuah lahan kosong di sekitar Candi. Semua ini mereka jadikan rutinitas karena terpengaruh oleh Rio untuk belajar bersama. Rio adalah seorang siswa yang aktif dalam bidang akademik maupun non akademik. Apalagi ia juga berbakat dalam hal seni yang kerap ia tunjukkan dalam kesehariannya.
Setiap pulang sekolah Rio dan teman-temannya selalu pergi ke Cangkuang untuk mengerjakan tugas kelompok. Kebetulan tugas ini berhubungan dengan pelajaran sejarah mengenai kebudayaan setempat. Ketika sampai ditujuan mereka pun langusung mempersiapkan alat dan bahan, namun, saat mereka akan memulai pekerjaanya, tiba-tiba Rio terdiam dan terlihat melamun memikirkan sesuatu hal sambil memandang kepada kawan yang lainnya. “Hey, aku puny aide kawan !”, ucap rio sambil teriak bergembira. “Haah ? Ide kah Rio ? Ide apa memangnya?”, tanya febby yang kebetulan sedang asik memperhatikan Rio. “Iya, ide cemerlang. Bagaimana kalau kita membentuk sebuah komunitas untuk melestarikan budaya kita. So’ kita gak hanya mengenalkan budaya kita dalam pembuatan tugas sejarah ini saja. Akan tetapi, ini untuk selamanya. Bagaimana? Kalian setuju kan?,” ucap Rio sambil tersenyum. “Oke. Aku setuju dengan usulan kamu. Tetapi kita harus meminta izin terlebih dahulu kepada pengelola tempat wisata ini”, tambah febby menjelaskan prosedur yang sebaiknya mereka lakukan. “Ya iyalah, Feb. Izin dari petugas yo pasti harus kita dapatkan’, ucap Rio kepada Febby.
Setelah perbincangan mengenai ide yang diajukan Rio selesai dibahas mereka kembali melanjutkan tugas mereka. Pembagian tugas pada kelompok mereka mulai dilakukan, diantaranya Rio bertugas sebagai sutradra dalam pembuatan video iti, febby sebagai penulis naskah, Andi bertugas sebagai cameramen, dan sisanya bertugas sebagai pemeran drama dan seksi peralatan. Pembuatan video ini lumayan menguras tenaga mereka. Tak heran jika mereka semua kelelahan. Pembuatan film itu berlangsung hingga 5 jam padahal durasinya sekitar 20 menit saja. Usai pembuatan video mengenai budaya setempat ini sebagai syarat untuk memenuhi tugasnya, mereka langsung beristirahat sejenak. Sambil melepas lelah dan penat, mereka juga kembali melanjutkan pembicaraan mengenai rencana Rio untuk membentuk sebuah perkumpulan seni yang bermarkas di sekitar kawasan Candi Cangkuang.
Keseriusan pun mulai Nampak dari wajah mereka. Rencana ini memang benar-benar serius. Tiba-tiba mereka mengalami kebuntuan dalam pemikiran untuk kedepannya. Mereka kebingungan karena mereka tidak mempunyai seorang pelatih sebagai Pembina dan yang mengarahkan mereka. Piker mereka percuma saja mereka membentuk komunitas seni tanpa ada yang membina. Untunglah pertolongan dari tuhan pun datang. Disaat itu Bisma yang kebetulan mempunyai seorang saudara yang bernama Kak Felix dan Kak Felix itu juga memiliki kemampuan dalam hal seni. Kemudian Bisma mengajukan usulan untuk menjadikan saudaranya sebagai pelatih. Kak Felix merupakan salahsatu anggota teater ternama di dataran tanah Sunda ini. Rio yang mendengar usulan bisma pun segeraa meminta nomor Kak Flix untuk ia hubungi.
Setelah beberapa menit Rio membicarakan kepada Kak Felix mengenai beberapa hal tentang usulannya itu, akhirnya Kak Felix bersedia untuk menjadi pelatih. Sorak kegembiraan pun menggema seketika Kak Felix menyanggupi hal itu. Semua anak-anak itu terlihat senang.
Beberapa hari kemudian Kak Felix menyuruh Rio dan kawan-kawannya untuk berkumpul di rumah Kak Felix. Perkumpulan kalai ini dilakukan karena untuk menanggapi usulan Rio yang begitu serius yang idenya ini memang perlu diacungkan jempol. Jaeang sekali remaja masa kini memiliki ide yang cemerlang seperti ha;nya Rio dan kawan-kawan. Setelah beberapa menit kemudian akhirnya Kak Felix mengumumkan hasil rapatnya. Ia mengatakan bahwa Perkumpulan yang sebelumnya telah terencanakan ini akan diberi nama KSTA (Komunitas Seni Teater Artca) atau lebih dikenal dengan panggilan Artca. Dalam masa-masa di awal terbentuknya Artca ini, anak-anak Artca bekerja keras untuk membangun sedikit demi sedikit kekhasan yang akan ditunjukkan kelak dikemudian hari. Mereka terus berlatih berbagai kesenian, baik kesenian sunda maupun kesenian modern, dan mereka juga dianjurkan untuk belajar bermain peran. Setelah latihan dilakukan selama beberapa hari secara rutin, akhirnya anak-anak Artca mulai terampil dan terlatih dengan apa yang mereka pelajari selama latihan.
Terbentuknya Artca memang begitu banyak tantangannya. Komunitas ini pernah mengalami kajetuhan dan dicemoohkan warga sekitar. Mereka sering mendapat caci maki seperti ucapan-ucapan yang merendahkan komunitas ini. Perkataan pahit dari warga sekitar pun sering kali terdengar hingga mereka sempat putus asa. Namun semakin hari, perkataan itu mereka jadikan sebagai pecutan untuk menuju keberhasilan.
Dalam kesempatan kali ini, untuk pertama kalinya mereka mengadakan sebuah pagelaran seni teater. Mereka pentas ditempat yang mereka banggakan sekaligus sebagai markas mereka, yaitu Candi Cangkuang. Mereka juga tak peduli pementasannnya ini ada yang menyaksikan ataupun tidak. Pada pementasan ini ternyata tidak banayak orang-orang yang menyaksikan kerena kebetulan saat itu kawasan candi Cangkuang tidak banyak dikunjungi. Hanya anak-anak kecil yang berlalu-lalang desekitar Candi Cangkuang.
Ketika music terdengar yang menandakan bahwa Artca mulai menunjukkan aksinya itu, anak-anak kecil itu berlarian dan melihat pagelaran yang dipersembahkan Artca. Mereka juga begitu antusias melihat penampilan dari Artca. Dari awal itulah Artca mulai diminati warga sekitar karena anak-anak yang menyaksikan pagelaran yang pertama itu sering menceritakan kepada sanak saudaranya tentang pagelaran yang diadakan oleh Artca. Warga sekitar Cangkuang mulai penasaran dan ingin menyaksikannya secara langsung. Lalu Artca berinisiatif untuk mengadakan pagelarannya yang kedua. Ternyata pada pagelaran kali ini banyak mengundang perhatian warga sekitar yang ingin menyaksikan pagelaran itu. Antusias warga sekitar sangatalah membuat semangan anak-anak Artca kembali berkobar. Semenjak itulah Artca mulai menyusun jadwal pagelaran. Rencana kali ini adalah pagelaran tersebut akan mereka tampilkan dan disuguhkan kepada para wisataawn dari luar kota maupun mancanegara.
Suatu hari Cangkuan dikunjungi oleh rombongan wisatawan dari Amerika. Artca sengaja menampilkan kemampuan dan talenta dalam seni. Awalnya para wisatawan itu tidak memperdulikan pagelaran-pagelaran yang dilakukan Artca. Lama-kelamaan mereka mulai penasaran juga dan melirik kea rah dimana tempat anak-anak Artca melakukan pagelaran itu. ##@@ Kalian berbakat sekali. Penampilan kalian tadi sangat bagus dan bisa mengangkat kebudayaan di daerah ini yang mungkin sudah lama tak terlihat di muka umum. Lanjutkan anak-anak. Saya bangga dengan kreatifitas kalian. Saya juga yakin kelak kalian akan berhasil”, ujar salah satu wisatawan kepada anak-anak Artca.
Pujian yang diberikan oleh turis tersebut semakin membuat mereka bersemangat. Pagelaran-pagelaran yang dilakukan Artca pun semakin sering dilakukan. Tanpa disadari kunjungan wisatawan ke Candi Cangkuana juga dipengaruhi oleh adanya Artca. Masyarakat sekitar juga memberikan banyak dukungan kepada Komunitas Seni Teater Artca. Dengan adanya mereka, perekonomian masyarakat sekitar menjadi sejahtera. Bahkan Pemerintah Daerah garut yang awalnya acuh menanggapi perihal kebudayaan yang ada di Cangkuang, kini Pemerintah garut juga ikut mendukung.
Sekarang Artca mempunyai dukungan yang begitu banyak. Tempat untuk latihan pun semakin banyak. Artca bebas melakukan latihan diberbagai tempat di daerah sekitar karena sudah memiliki izin dari Dinas Pariwisata dan Budaya (DISPARBUD) sekitar. Artca telah membawa harum nama kecamatan Leles sebagai kecamatan yang didalamnya terdapat salah satu cagar budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan. Beberapa bulan kedepannya, Artca juga memiliki job pementasan dibeberapa tempat. Kini anak-anak Artca juga bisa mendapatkan sedikti tambahan uang untuk pegangan hidup mereka.
Cerpen Karangan: Resty Gessya Arianty Facebook: Resty Gessya Arianty Rezt’Caca Anggota Teater Artca (Teater Kecamatan Leles) berada di lingkungan cagar Budaya Candi cangkuang