Prolog Bismillahirrahmanirrahim Bismillahirrahmanirrahim Bismillahirrahmanirrahim Allah Allah Allah Yang Maha Pengasih Yang Maha Penyayang Yang Maha Mengabulkan Lagi Maha Bijaksana Tunjukkan semua kekuasaanmu yang belum kami ketahui ya Allah Kabulkan semua doa kami ya Allah Hanya padamu kami memohon dan hanya padaMu kamu meminta Dan hanya kepadaMu pula kami berserah diri
—
“Nggak, nggak mungkin itu semua nggak adil” kesal Arin “Iya ini nggak mungkin terjadi, masak mereka yang seenaknya beli kunci bisa lulus dengan nilai yang baik, sedangkan kita…” kata Krish “Apaka ini suatu hal yang buruk buat kita?” kata Ella “Kita tak perlu menyesal dengan semua yang terjadi, mungkin justru ini awal yang baik buat kita” kataku “Apa awal yang baik?, nilaimu anjlok sedangkan mereka yang nggak usaha siang malem, bisa dapet yang lebih baik dari kita, masih kamu bilang itu awal yang baik?” gertak Puput Begitulah reaksi kita berlima setelah nilai UN di umumkan. Aku tertegun dalam keramaian melihat sorak sorai teman-teman menyambut kelulusan UN mereka dengan begitu senang. Mereka tampak senang, apakah sekarang Aku juga sama seperti mereka? Senang saat ini? Mungkinkah tidak?
Aku tak tahu bagimana raut orang tuaku saat mengetahui nilai-nilai UN nanti yang sedang-sedang ini, atau mungkin cukup miris jika dibandingkan dengan usaha orang tuaku yang siang malam bersusah payah untuk membayar seluruh kebutuhan sekolahku? Ya Allah, bagaimana raut Ibuku nanti? Akankah nanti Ia akan tersenyum menyambutku pulang meski nilaiku seperti ini? Apakah ia akan menerimaku? Bagaimana pula dengan Ayahku? Akankah Ia marah? Melihat Aku nanti? Rasanya Aku tak sanggup jika harus melihat kedua orang tuaku menitikkan air mata, entah itu di depan ataupun di belakangku. Sungguh Aku benar-benar tak sanggup, rasanya Aku menjadi anak yang tak tahu balas budi.
Aku tau ini bukanlah akhir dari segalanya, Ya Allah kuatkanlah hambaMu ini dalam menerima cobaan ini, juga teman-temanku. Kami memilih jujur meskipun kami tak tahu jika hasilnya akan seperti ini. Ya Allah jadikanlah kami hambaMu yang berpikir ke depan, dan yakinkanlah kepada Kami semua bahwa di balik semua ini pasti ada hikmahnya.
—
“Ibu maafkan Rina ya.. nilai Rina tak seperti yang Ibu harapkan” kataku dengan menunduk Ibu hanya terdiam menatapku. “Ibu Rina tau, mungkin Rina bukan anak yang baik, dengan nilai Rina yang tidak memuaskan hati Ibu, Rina minta maaf” kataku menahan air mata. Ibu masih terdiam. “Bu…” Aku tak sanggup berkata apapun di depannya. “Tapi Rina mengerjakannya dengan jujur Bu… Rina juga sudah belajar Bu.. sudah solat malam, solat duha, tapi…” “Tapi hasilnya tidak seperti yang kau harapkan begitu?” ucap Ibu memotong kalimatku Aku hanya tertunduk. “Sayang, Ibu tak mengharapkan seorang anak ibu ini menjadi perempuan yang pemalas, yang menjadi koruptor nantinya, pembohong, atau apapun lainnya yang tak pernah ibu harapkan” tandas Ibu. “Lantas..?” Aku menatap Ibu dengan gugup “Ibu mendidikmu dan selalu mendoakanmu supaya kau menjadi anak yang sholehah, pandai bersyukur, dan bersabar Nak, tentunnya menjadi seorang anak yang jujur” Ibu menatapku dengan lembut. “Jjad.. ddii, Ii.. bbu tidak sedih?” kataku “Tidak sayang, Ibu tidah sedih ia juga tidak marah kepadamu, tidak juga dengan Ayah” kata Ayah yang datang tiba-tiba seraya memeluk pungungku. “Kami percaya padamu Nak.. kami tau kau tak mungkin mengotori nilaimu dengan prbuatan curang seperti itu bukan” kata Ayah dengan senyumnya yang khas. “Kami justru bangga padamu.. kamu mampu melewati semuanya dengan menahan hawa nafsumu, nilaimu bersih” kata Ibu dengan hangat. Aku terharu. Segera kupeluk mereka dengan sangat erat. “Terimakasih Ayah.. Ibu..” kataku menangis haru.
Tiba-tiba terdengar bunyi bel dari arah kamarku. KRinng… kring… kRing… Aku berlari kekamar. *Aku terbangun. Jadi semua itu tadi hanya mimpi? Lalu bagaimana dengan nilai hambaMu ini ya Allah… aku takut mimpi itu… mimpi itu… jadi kenyataan. Aku segera berlari mengambil air wudhu untuk sholat tahajud, di sanalah Aku meluapkan semua isi hatiku kepadaNya, Hanya kepadaNya, dan berharap hari ini adalah awal yang baik untuk semua yang terbaik.
—
Pukul 14.00 WIB Ayah belum pulang, Aku jadi semakin tegang. terbayang olehku akan semua mimpiku tadi malam dan tiba-tiba terdengar suara yang sudah lazim kudengar dari luar rumah.. “Assalamu’alaikum..” suara Ayah “Wa-wa’alaikumsalam” kataku. Segera Aku keluar dari kamar dan menemuinya. “Ayah.. bagaimana nilaiku? kataku gugup. Terlintas bayangan dari akhir mimpiku tadi malam, oh.. seandainya mereka bahagia seperti di mimpi. Tapi aku tak berharap nilaiku seperti dalam mimpi itu. Aku masih berharap agar keadaan lebih baik dari mimpi itu. Ayah menatapku dengan penuh keheranan. “Tenanglah dulu” kata Ibu keluar dari kamar mandi. Ayah duduk di sampingku. Aku menatapnya. Ia menatapku, lalu menatap Ibu. Kemudian menatap Aku lagi. “Bu.. Ayah harap kamu jangan kaget melihat nilai anakmu ini” kata Ayah singkat. Aku terdiam. Mungkinkah mimpi itu… “Sungguh ayah tak menyangka Nak..” Katanya terputus “Nilaimu.. nilai Sosiologimu sempurna dan yang lainnya juga bagus, jumlahnya 58” “Oh Ayah…” kataku dengan senang seraya mencium tangannya berkali-kali “Selamat ya Nak…” kata Ibu sambil memelukku.
Ya Allah terima kasih Ya allah, ternyata di balik ujianMu tersimpan kado terbaik untukku hari Ini. Jadikanlah hambaMu untuk tetap tetap dan selalu bersyukur.
#kita tak pernah tahu masa depan kita, namun aku percaya Akan ada akhir yang indah untuk semua yang baik, selagi kau percaya bahwa kekuataan doa dan Allah itu nyata.
——-
Aku melangkah ke kamar dengan senyuman puas. Tiba-tiba Aku teringat oleh para sahabatku yang masuk dalam mimpiku. Apa kabar mereka hari ini? Semoga mereka juga merasakan Apa yang Aku rasakan.
di layar HP: 4 pesan diterima.
pesan 1 dari Krish: Aku lulus. Kamu gimana? pesan 2 dari Puput: Alhamdulillah nggak nyangka nilai bahasa Inggrisku bisa dapet 8. Ini sesuatu banget..!! pesan 3 dari Ella: Yee…Lulus. senangnya hatiku prend… gimana nilaimu? pesan 4 dari Arin: Teman Aku nggak lulus.
Deg!! begitu kira-kira reaksi jantungku melihat pesan terakhir. Ya Allah bag.. bagaimana mungkin Arin nggak lulus? dia kan pintar.. mengapa harus dia, mengapa harus sahabatku sendiri. Sekarang Aku harus bagaimana? Aku harus bales gimana? Apa yang harus aku lakukan untuk menghiburnya? Pasti dia sangat sedih di sana. Ya Allah.. kuatkanlah hatinya…
Tiba-tiba satu pesan di terima
pesan dari Arin : Teman aku memang nggak lulus. Kamu nggak usah sedih ya.. Aku sudah menerimanya dengan ikhlas. Karena Aku memang nggak lulus dengan nilai kebohongan, tapi Aku dan kalian semua lulus dengan nilai kejujuran 😀 Kaget? Ahahai berhasil ngerjain Si Rina :p
Oh, jadi gitu ceritanya? Si Arin bohongin Aku. gapapa deh, Alhamdulillah malah. Terima kasih Ya Rabb.
Cerpen Karangan: Bondan Ratnasari Facebook: Bondan Ratnasari Blog: www.bondanratna.blogspot.com Halo teman, Assalamu’alaikum… kalau boleh jujur ini cerpen udah ada di blog saya, tetapi karena sepi tak ada salahnya saya mecoba posting di sini, barangkali ini dapat menjadi inspirasi untuk teman2. Trimakasih 🙂